Fimela.com, Jakarta Judul: Loving the Wounded Soul
Penulis: Regis Machdy
Editor: Yohana Shera
Pemeriksa aksara: Nadira Yasmine
Desain isi: Mulyono
Desain sampul: Sukutangan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Depresi adalah penyakit yang sangat mengganggu, bahkan dapat memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup bagi yang mengalaminya. Di tengah pergulatan orang dengan depresi, banyak stigma yang melabeli sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan pertolongan. Regis, sebagai salah satu penyintas depresi dan akademisi psikologi, akan mengungkap apa itu depresi dan mengapa depresi rentan dialami manusia abad ini.
Buku Loving the Wounded Soul membahas depresi secara komprehensif, mulai dari aspek klinis dan budaya, faktor internal dan eksternal, serta higher meaning dari kehadiran depresi itu sendiri. Tak hanya menjadi pedoman bagi orang dengan depresi, buku ini juga penting bagi pendamping dan siapa saja yang ingin memahami kompleksitas jiwa sekaligus menemukan makna sejati kehidupan.
***
Sudah sejauh mana kita memahami depresi dengan baik? Sudah sejauh apa kita mengerti pentingnya memahami kesehatan mental? Memahami depresi dan kesehatan mental sama pentingnya dengan memahami kesehatan fisik atau tubuh kita. Bagaimana pun, aspek kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik kita.
Berbagai stigma terkait depresi banyak beredar di sekitar kita dan sering kita dengar. Label yang disematkan pada orang depresi pun kerap membuanya kesulitan untuk meminta pertolongan atau bantuan. Melalui buku Loving the Wounded Soul, Regis Machdi membahas kompleksitas depresi dengan bahasa yang sangat mudah dipahami. Sebagai penyintas depresi, dia pun membagikan cerita dan pengalamannya mengatasi kondisi depresinya.
Tidak ada orang di dunia ini yang ingin mengidap alergi debu atau asma. Orang dengan depresi yang memiliki pikiran bunuh diri pun tak pernah menginginkan kondisi tersebut. (hlm. 67)
Pada bagian awal buku ini, kita akan diajak untuk memahami stres dan depresi. Kemudian, berlanjut dengan pembahasan ciri-ciri depresi dan berbagai faktor yang memengaruhi kondisi depresi tersebut. Ada banyak fakta dan kajian yang sangat menarik mengenai depresi.
Salah satunya adalah faktor yang memengaruhi kondisi kaum perempuan yang lebih rentah depresi. Dipaparkan pada halaman 78-79, "Secara global, perempuan memang lebih rentan terhadap berbagai turbulensi emosi karena memiliki fluktuasi hormon lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perempuan juga lebih ruminative atau sering memikirkan sesuatu berulang-ulang." Namun, ada hal yang cukup mengejutkan di sini. Meski perempuan lebih rentan depresi, tapi lebih banyak pria yang memutuskan bunuh diri.
Ada juga informasi penting tentang hubungan antara penyakit-penyakit fisik yang sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan kestabilan kesehatan mental yang kita rasa. Ternyata tubuh, pikiran, dan emosi yang kita miliki ini saliang terhubung satu sama lain. Ada penelitian yang menemukan bahwa orang dengan depresi yang menunjukkan banyak gejala ketidaknyamanan fisik akan lebih rentan terhadap gangguan depresi.
Louise Hay, seorang terapis holistis dan penulis You Can Heal Your Life menjelaskan bahwa dari aspek emosi dan spiritual, ketika ada permasalahan di perut, hal ini bisa mengindikasikan adanya pengalaman hidup yang belum "dicerna" dengan baik. Mungkin hal tersebut dialami oleh sebagian dari kita. Misalnya, dalam masa transisi dari kuliah ke bekerja, kita bisa mengalami gangguan di perut karena belum bisa "mencerna" realitas kehidupan yang berbeda sebagai orang yang dituntut lebih dewasa.
Menyalahkan mereka yang telah memberi luka tidak akan menyelesaikan masalah. Namun, menarik diri sesaat dapat membantu kita memahami asal muasal pikiran negatif kita. (hlm. 167)
Banyak istilah medis yang dipaparkan di buku ini. Namun, jangan khawatir sebab semua istilah dilengkapi dengan definisi yang sangat mudah dipahami. Membaca buku ini bisa membantu kita untuk sekaligus melakukan refleksi diri. Regis juga membagikan pengalamannya mengunjungi berbagai psikiater dan berdamai dengan kondisinya. Seperti pikiran bunuh diri yang sudah muncul sejak usianya masih sangat belia. Situasi dan kondisi yang dialaminya tidaklah sebentar, melainkan sudah berlangsung bertahun-tahun. Dari pengalamannya tersebut, mata kita akan lebih terbuka dengan berbagai faktor penyebab depresi serta sejumlah solusi yang bisa diambil untuk berdamai dengan kondisi tersebut.
Dari buku ini kita pun bisa belajar untuk lebih berempati. Kita tak semestinya menganggap orang yang sedang depresi itu lebay, drama, atau mengada-ada. Jangan lagi kita menghakimi seseorang yang mengalami depresi atau gangguan kesehatan mental. Sebab kita tak pernah tahu apa yang sedang dialami dan situasi yang sebenarnya terjadi pada seseorang tersebut.
Loving the Wounded Soul merupakan buku yang sangat penting untuk dibaca kita semua. Siapa saja bisa mengalami depresi, meski memang ada orang-orang tertentu yang memiliki tingkat kerentanan berbeda terhadap depresi. Dari buku ini, kita bisa memahami kesehatan mental dengan lebih mendalam melalui bahasa yang sangat mudah dicerna. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman Regis sebagai penyintas depresi dan akademisi psikologi, kita mendapat banyak pandangan baru tentang depresi dan pentingnya mencintai diri sendiri.
#GrowFearless with FIMELA