Bunda, Ragamu tak Bisa Kusentuh Lagi tapi Cintamu Senantiasa di Hati

Endah Wijayanti diperbarui 20 Des 2019, 07:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya momen yang tak terlupakan bersama ibu? Memiliki sosok ibu yang inspiratif dan memberi berbagai pengalaman berharga dalam hidup? Seorang ibu merupakan orang yang paling berjasa dan istimewa dalam hidup kita. Kita semua pasti memiliki kisah yang tak terlupakan dan paling berkesan bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam lomba dengan tema My Moment with Mom ini.

***

Oleh: Kanyaka Utami - Labutan Batu Selatan

Setiap Ucapan Ibu adalah Petuah yang Tak Lekang Oleh Waktu

“Kenyo," begitu panggilan sayang bunda padaku. Nama khas Jawa yang memiliki makna anak perempuan, anak gadis, atau anak perawan. Nama yang sering membuatku jengkel. “Norak atau ndeso,” begitu batinku ketika nama tersebut acapkali terdengar langsung oleh telingaku.

Aku, si “Kenyo” adalah anak perempuan tunggal yang sangat dimanja sedari kecil. Alasannya bahwa aku adalah anak satu-satunya, saat itu usia kedua orangtuaku pun sudah cukup tua untuk memiliki anak. Namun kedua orangtuaku, terutama bunda tetap menjadi sosok Ibu yang tegas ketika aku salah dan susah diatur. Apa saja contohnya? Beliau marah ketika aku tidak bisa menghargai orang lain, beliau akan keras padaku ketika sikapku terlalu cuek dengan lingkungan sekitar. Beliau akan menegurku ketika aku tidak bisa menempatkan diri pada situasi dan kondisi tertentu.

Untuk hal urusan rumah, bunda juga tidak pernah bosan untuk mengingatkan bahwa sehebat dan sekuat apa pun perempuan, kita harus bisa mengurus rumah, seperti memasak, membersihkan rumah sampai urusan merawat diri. Namun bagi si “Kenyo” saat itu, wejangan (nasihat) ini tidak digubris. Kenapa? Baginya, urusan rumah bisa dikerjakan orang lain. Menjadi wanita karier adalah hal utama yang ingin diraih.

Kasih sayang nan tulus sangat bisa kurasakan dari keteguhan hati seorang Bunda. Aku sangat bersyukur dengan semua cinta kasih yang ditunjukkan Bunda padaku. Pernah suatu hari, kondisi ekonomi keluarga kami sedang carut marut tidak karuan. Semua hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan sekolah.

 

2 dari 3 halaman

Berbagai Memori Tak Terlupakan saat Bersamanya

Ilustrasi./copyright shutterstock

Memoriku mengulang kembali pada waktu itu aku sedang mengidam-idamkan sepasang sepatu dengan harga yang tidak murah. Aku tidak berani menuntut. Aku hanya bercerita, itu juga tidak bersifat meminta. Terus terang saja aku menyesal. Kala itu bunda memanggilku dan memberikan beberapa lembar uang sambil berkata, “Ini uang buat adek Kenyo beli sepatu ya.” Malu rasanya bila kuingat. Sungguh naluri dan intuisi seorang ibu sangat kuat. Aku tahu bunda sering menyisihkan sebagian uangnya ke dalam celengan tanah liat. Sejak hari itu, aku semakin yakin bahwa pengorbanan seorang ibu di dunia ini sangat luar biasa. Tak terbayarkan oleh apa pun.

Ketulusan dan kepeduliannya terhadap sesama juga ditunjukkan dengan rajin membuat masakan lezat untuk dibagikan pada tetangga. Kadang-kadang bunda membuat rendang daging, selang beberapa hari bunda bisa membuat bistik Jawa, lalu juga semur ayam, dan lain-lain. Seharusnya kebiasaan baik itu yang aku contoh, aku bisa belajar banyak darinya, tapi terlewatkan begitu saja.

Kenangan terindah yang membuatku meneteskan air mata adalah ketika aku sudah duduk di bangku kuliah, justru kedekatan kami semakin erat. Setiap malam aku tidur berdua dengan bunda. Sebelum tidur kami selalu berbagi cerita. Mulai dari cerita menyenangkan hingga cerita yang menyayat hati seperti putus cinta. Kami bisa saling bertukar pikiran. Aku merasakan tidak ada jarak dan batasan di antara kami berdua.

Setiap beliau sudah terlelap, aku selalu menatap wajahnya yang penuh lelah. Mungkin ini terkesan konyol, aku selalu memastikan detak jantung bunda berdetak. Aku selalu mengamati embusan napasnya. Aku takut kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Aku belum siap dan tidak akan pernah siap. Entah mengapa tiba-tiba perasaan itu muncul. Bahkan sering menghantui ketika malam sudah tiba.

3 dari 3 halaman

Semoga Bunda Bahagia di Sisi Tuhan

ilustrasi./Photo by Paul Kerby Genil from Pexels

Ketakutan itu seharusnya sirna, hilang dan lenyap. Kenyataannya, ketakutan itu terjadi. Beberapa hari setelahnya, bunda merasakan sesak dan sakit pada bagian dada, juga pinggangnya. Rasa sakit itu membuat bunda merintih sepanjang malam. Beliau selalu terbangun mengerang kesakitan. Ya Tuhan, ada apa ini? Seumur hidupku, aku tidak pernah melihat bunda sesakit itu. Ini adalah pertama dan juga terakhir kalinya aku melihatnya sakit. Tuhan berkehendak lain. Tuhan lebih sayang padanya. Apakah aku ikhlas? Apakah aku sanggup kehilangan figur seorang Ibu di usiaku yang masih sangat membutuhkan kasih sayang ibu?

Tidak akan pernah kusangka malam-malam yang kami lewati dengan canda tawa, tangis dan haru adalah momen terindah yang aku rasakan terakhir kali. Kadang terbesit dalam benakku, apakah itu adalah hari-hari terakhirnya? Setiap hari sebelum kepergiannya, beragam nasihat dan petuah hidup selalu terucap darinya. Beliau tak pernah lelah untuk memberikan makna kehidupan.

Selama dua tahun aku melewati masa kesedihan dan penerimaan atas berpulangnya bunda. Seminggu setelah beliau tiada, aku sudah bisa mengendalikan rasa sedihku, aku bisa mengondisikan diriku untuk tetap tersenyum dan tabah. Namun dalam hati, siapa yang bisa menebak?

Aku tetap bersyukur. Aku masih diberi kesempatan untuk mendengar petuah dan wejangannya langsung dari ungkapan tulus seorang ibu. Aku tahu rasa cinta, kasih dan sayangnya tak akan bisa ku balas semuanya. Satu hal yang pasti, aku harus mampu menjalankan amanah dan petuahnya. Aku harus bisa mengamalkannya terutama pada kedua anak perempuanku.

Terima kasih bunda, kalau saja bisa memilih, aku ingin mendampingimu dan hidup bersamamu seribu tahun lamanya. Tapi kuasa Tuhan adalah hal yang pasti. Terima kasih telah menjadi sosok ibu kuat dan hebat. Engkau adalah penerang jiwaku. Ragamu memang sudah tidak bisa lagi kusentuh, tapi ketulusan cinta dan kasih sayangmu akan terasa di dalam hatiku sampai akhir hayatku.

Selamat Hari Ibu, Bunda. Tenang dan bahagialah di sisi Tuhan. Amin.

 

#GrowFearless with FIMELA