Lewat karya Setan Jawa, sebuah film bisu dengan gamelan orchestra, yang telah dipentaskan di berbagai ajang seni dunia mulai dari Melbourne, Amsterdam, London, Glasgow, Singapura, dan Berlin memberi satu perenungan baru buatnya. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Terinspirasi dari berbagai bencana alam di dunia akhir-akhir ini, Garin Nugroho siap mementaskan seni pertujukan kontemporer tentang sebuah ratapan (lament) dalam nyanyian mencari sebuah planet utuk satu peradaban. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Bertajuk ‘Planet-Sebuah Lament’, karya terbaru Garin Nugroho yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, Arts Centre Melbourne, dan Asia TOPA ini akan ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 17-18 Januari 2020 mendatang. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Saat ditemui dalam sesi latihan di Studio Tari Salihara, Jakarta Selatan pada senin (16/12/2019), Sutradara Garin Nugroho mengungkapkan satu misi khusus yang ingin disampaikannya melalui pementasan tersebut. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
“Di beberapa budaya dunia, saat ada bencana atau kematian biasanya lament akan berkumandang. Jadi lament itu adalah sebuah ratapan atau ekspresi kesedihan dengan tujuan akhir membangkitkan berbagai nilai positif,” ujarnya. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Bagi Garin, ‘Planet-Sebuah Lament’ adalah karya ratapan yang sangat penting dipentaskan dalam menyambut awal tahun baru 2020, karena representasi harapan atau doa umat manusia dalam menghadapi dan bangkit dari semua masalah alam. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
"Ini adalah upaya bersama sebagai bangsa atau komunitas, untuk bangkit dan melahirkan keindahan. Planet itu ya orang-orang memang harus selalu membangun sebuah planet atau dunia baru yang lebih baik," ungkap Garin Nugroho. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Selain pementasan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, ‘Planet-Sebuah Lament’ juga akan menjadi pembuka di Asia TOPA, yaitu Festival triennial untuk tiga cabang seni: seni musik, seni rupa, dan seni pertunjukan di Australia. (Bambang E.Ros/Fimela.com)