Fimela.com, Jakarta Punya momen yang tak terlupakan bersama ibu? Memiliki sosok ibu yang inspiratif dan memberi berbagai pengalaman berharga dalam hidup? Seorang ibu merupakan orang yang paling berjasa dan istimewa dalam hidup kita. Kita semua pasti memiliki kisah yang tak terlupakan dan paling berkesan bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam lomba dengan tema My Moment with Mom ini.
***
Oleh: Dewi Rahmadani - Medan
Siapa orang pertama yang mencintaiku? Siapa orang yang telah rela mengorbankan nyawanya demi aku terlahir ke dunia? Siapa orang yang paling lama hidup denganku? Siapa orang yang paling tidak terima jika ada yang mengusikku? Siapa orang yang paling berjasa dalam hidupku? Siapa orang yang mau mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untukku? Siapa orang yang paling mengkhawatirkanku setiap saat? Siapa orang yang akan tetap menganggap aku anak kecil walaupun aku sudah dewasa? Mama.
Mama adalah sosok yang tidak bisa aku gambarkan penuh dengan kata-kata. Begitu banyak yang telah aku lalui bersamanya. Mamaku bukanlah sosok malaikat ataupun ibu peri yang selalu mewujudkan keinginanku. Mama selalu punya caranya sendiri untuk menyayangi dan mendidikku sedari aku kecil.
Mama cenderung mendidikku dengan cara yang mandiri. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua orangtuaku dulunya bekerja sebagai PNS. Aku sangat bersyukur, aku mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah yang baik sejak aku kecil berkat orangtuaku.
Mamaku selalu menabung penghasilannya hanya untuk memikirkan pendidikan dan masa depan anak-anaknya. Kami hidup dengan kesederhanaan dan keterbatasan. Oleh karena itu, tidak mudah bagiku untuk mendapatkan keinginanku selain permintaan yang berhubungan dengan pendidikan. Bahkan jika ingin makan sesuatu yang enak pun harus sabar dengan menahan selera. Saat aku kuliah, aku menjual makanan ringan yang aku beli dari grosir untuk dijajakan pada temen-temenku di kelas. Hasilnya, lumayan untuk membeli bedak dan makanan yang aku inginkan tanpa meminta uang dari mama. Ya, secara tidak langsung Mama telah mendidikku menjadi sangat mandiri.
Pernah Membuat Kecewa dan Bangga
Prestasiku sangat baik di kampus. Aku mendapatkan beasiswa prestasi dari kampus. Aku mendapatkan sejumlah uang di tiap semester yang bisa aku gunakan untuk membiayai kuliahku sendiri. Saat itu, aku merasa telah meringankan sedikit beban Mama. Mama begitu bangga padaku. Dia membelikanku motor sebagai hadiah darinya agar aku tidak naik angkutan umum lagi untuk pergi ke kampus. Namun, pada saat itu hal yang paling mengecewakan terjadi.
Baru tiga hari aku menggunakan motor pemberian mamaku, tapi aku lalai menjaganya dan motor itu dicuri orang. Saat itu, aku pulang sedikit sore karena ada rapat organisasi pengurus mahasiswa. Motor aku parkirkan di halaman depan kampus. Lingkungan kampusku memang cukup sepi dan tidak memiliki tempat dan penjaga parkiran motor. Dan naas sekali saat aku turun dari lantai atas dan hendak pulang, aku tidak lagi melihat motorku yang masih memakai plat putih saat itu.
Motor baru hadiah pemberian dari mamaku hilang beserta STNK-nya yang aku taruh di dalam jok motornya. Saat itu, aku melihat betapa kecewanya orangtuaku, sampai mamaku bertanya padaku apakah aku telah menjual motor itu atau memang benar hilang. Pertanyaan yang begitu menyakitkan yang pernah aku dengar dari mamaku. Tapi, aku mengerti, saat itu mamaku sedang emosional, tidak menyangka jika motor bisa hilang dengan STNK-nya, seolah-olah seperti aku jual. Di dalam hati, aku bertekad suatu saat nanti aku akan mengganti semua kehilangan ini.
Saat aku lulus kuliah, aku mencoba tes CPNS. Aku mengambil formasi yang jauh dari kotaku. Ketika itu, aku bolak balik untuk mengurus segala administrasinya dan mengikuti ujian ke kota itu sendirian tanpa ditemani mama atau siapa pun. Bukannya mama tidak ingin menemaniku, tapi aku sangat memikirkan biaya yang akan dikeluarkan jika kami pergi berdua, terlebih jika aku nantinya tidak lulus.
Aku tidak mempunyai banyak uang untuk membeli tiket dan membayar hotel untuk aku pergi dan tinggal di kota itu. Aku memberanikan diri berkenalan dengan teman sesama pendaftar yang berdomisili di daerah itu untuk menumpang bermalam di rumahnya. Bersyukur aku mendapatkan keluarga baru yang sangat baik disana. Saat itu, mamaku sangat yakin padaku kalau aku bisa menjaga diri dengan baik. Tentu saja, berkat doa-doanya, aku lulus PNS.
Saat itu aku mempunyai momen yang indah sekali saat aku mengabarkan kelulusanku kepada kedua orangtuaku. Saat itu, aku disuruh papaku untuk membeli sesuatu ke warung. Saat aku hendak pergi, aku menitipkan mereka sebuah amplop sambil aku mengatakan, “Pa, Ma, coba tolong lihatkan ini ada undangan pesta pernikahan teman kakak di mana ya alamatnya, kakak nggak ngerti." Lalu, aku meninggalkan mereka dan bergegas pergi ke warung membelikan barang pesanan papa.
Amplop itu berisikan kertas pengumuman kelulusan yang berisikan namaku, aku satu-satunya yang lolos pada formasi yang aku ambil. Sepulang dari warung, mama dan papaku menanyakan kejelasannya dengan sangat bahagia, bahkan sampai menitikkan air mata, dan dengan bangganya mereka langsung menghubungi saudara terdekat untuk memberitakan kabar bahagia itu. Indah sekali momen saat itu jika aku ingat hingga sampai saat ini.
Di awal karierku sebagai PNS, aku belum memiliki gaji selama setahun. Mama masih membiayai hidupku di kota orang. Setelah setahun, gajiku dirapel dan aku cukup banyak mendapatkan uang saat itu. Saat aku menerima uang itu, aku langsung memberikan sepenuhnya kepada mama. Saat itu, aku tidak melihat lagi raut kecewa di wajahnya, yang ada hanyalah senyum kebahagiaan dan air mata haru. Begitu juga dengan aku, aku sangat bangga bisa menyenangkan hati kedua orangtuaku.
Cobaan yang Menguatkan
Aku sering sekali melihat mamaku bangun ditengah malam untuk salat tahajud. Dia pernah mengatakan kepadaku, di sepertiga malam dia selalu mendoakan anaknya satu per satu. Mamaku begitu dekat dengan Tuhan. Sehingga aku pun selalu meminta doa mamaku. Karena doa seorang ibu kepada Tuhan tidak memiliki penghalang atau batas.
Setahun yang lalu, papaku sakit-sakitan. Kami merawatnya dengan cara bergantian dengan mamaku. Abangku sudah mempunyai keluarga sendiri dan adikku masih kuliah sehingga sulit bagi mereka mempunyai banyak waktu untuk merawat papa di rumah sakit. Sedangkan aku harus bolak-balik dari kota tempat kerjaku untuk menjaga Papa di rumah sakit waktu itu.
Aku dan mama berjuang bersama untuk membantu kesembuhan papa. Momen saat itu mendekatkan hubunganku dengan mama. Kami saling menguatkan satu sama lain. Sampai saatnya kondisi papaku kritis dan harus dirawat di rungan ICU. Selama 3 hari 2 malam di ICU, mamaku tidak pernah mau pulang ke rumah walau hanya untuk membersihkan diri, dia tidak ingin sedetik pun meninggalkan papaku di rumah sakit saat itu. Bahkan aku melihatnya selalu salat dan berdoa. Mama hanya tertidur satu atau dua jam karena kelelahan.
Di saat itu, aku belajar banyak dari mamaku. Sekeras apa pun dia mendidikku, mama selalu mempunyai hati yang lembut dan penuh kasih sayang. Aku menjadi saksi atas kesetiaannya yang begitu besar kepada papaku. Begitu banyak yang mama korbankan untuk orang-orang yang disayanginya. Kekuatannya hanyalah doa. Namun doa itu yang selalu melindungi kami.
Hingga akhirnya papa harus meninggalkan kami untuk selama-lamanya, dan itu adalah takdir yang telah ditetapkan Tuhan dan menjadi jalan terbaik bagi papa. Mamaku kini menjadi orangtua satu-satunya bagiku dan bagi saudara-saudaraku. Betapa pentingnya mama bagi kami, apalagi setelah Kami kehilangan papa. Tidak bisa terbayangkan jika mama juga meninggalkan kami. Saat ini, pentingnya orangtua lebih terasa bagiku saat papa sudah meninggalkanku. Aku akan menyanyangi dan menjaga mama selamanya, karena mamalah sumber semangat dan kekuatanku untuk hidup hingga sampai saat ini. Terima kasih mama.
#GrowFearless with FIMELA