2 Penyebab Terbanyak Gagal Ginjal di Indonesia

Anisha Saktian Putri diperbarui 14 Des 2019, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Penyanyi Vidi Aldiano memberikan kabar mengejutkan lewat video yang unggah di akun Instgram pribadinya. Dari postinganya tersebut, ia mengatakan jika dirinya mengidap kanker ginjal.

Dalam video tersebut, Vidi juga memohon doa untuk kelancaram operasi kanker ginjal yang dilaksanakan pada, Jumat (13/12) di rumah sakit Singapura.

Penyakit ginjal sendiri selaku meningkat tiap tahunnya. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan persentase penyakit ginjal kronis (PGK) masih tinggi yaitu sebesar 3,8%, dengan kenaikan sebesar 1,8% dari tahun 2013.

Beban negara akibat PGK pun amat besar, data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) di tahun 2017 tercatat 3.657.691 prosedur dialisis dengan total biaya sebesar 3,1 Triliun rupiah.

dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH, Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) mengatakan, saat ini diperkirakan sekitar 10% penduduk dunia menderita PGK. Prevalensi PGK cenderung lebih tinggi di negara berkembang.Di Asia Tenggara, prevalensi PGK sangat beragam, antara lain di Malaysia sekitar 9,1%, di Thailand 16,3%.

"Angka ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Prodjosudjadi W. (2006), prevalensi PGK di Indonesia saat itu adalah 12,5%. Sehingga perkiraan kejadian PGK saat ini mungkin jauh lebih tinggi dari data Riskesdas 2018. PGK dapat berkembang menjadi suatu gagal ginjal tahap akhir jika tidak tertangani dengan baik, dan menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian," ujarnya saat ditemui dalam acara Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) 2019.

2 dari 2 halaman

Penyebab gagal ginjal di Indonesia

Kanker Ginjal/Unsplash Robina

Tentang faktor risiko, ia mengatakan, ada beberapa faktor risiko PGK seperti diabetes, penyakit darah tinggi (hipertensi), kegemukan (obesitas), glomerulonefritis, penyakit autoimun, merokok, dan lain-lain.

Data yang masih terbatas pada IRR tahun 2017 menunjukkan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi (36%) dan diabetes (29%).

Namun, jika seseorang memasuki stadium akhir dari penyakit ginjalnya, maka ia akan membutuhkan suatu terapi pengganti ginjal. Yaitu hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017, menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77,892 orang, sementara pasien baru adalah 30,843 orang, 59% diantaranya mengenai usia produktif 45-64 tahun.

 

#Growfearless with Fimela