Fimela.com, Jakarta Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang memberikan beban finansial paling besar untuk pemerintah dibandingkan penyakit tidak menular lainnya. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2018 menunjukkan pelayanan untuk penyakit jantung menghabiskan 10,5 Triliun rupiah.
Penyakit jantung yang paling umum diderita adalah penyakit jantung coroner, yang disebabkan karena adanya hambatan aliran darah ke jantung. Faktor risiko penyakit jantung ini dibagi menjadi dua, yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga atau faktor genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti obesitas, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, diet tinggi lemak, konsumsi garam berlebih, dislipidemia, konsumsi alkohol berlebih, dan faktor psikososial.
Namun data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi penyakit jantung pada perempuan mencapai 1,6%. Angka ini lebih besar dibandingkan prevalensi pada laki-laki yang menempati angka 1,3%. Penyakit jantung pada perempuan juga memiliki gejala yang berbeda dibandingkan laki-laki, menjadikannya lebih sulit didiagnosis dan diobati.
Dr. dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, KKV, Dokter Spesialis Dalam dan Konsultan Kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyatakan bahwa penyakit jantung pada perempuan dapat dikenali lewat beberapa gejala, seperti rasa nyeri atau tidak nyaman pada dada, pegal didaerah tubuh atas seperti leher dan punggung, sesak napas, sering berkeringat dingin, nyeri kepala ringan mendadak, serta mual atau nyeri pada ulu hati. Namun, gejala-gejala penyakit jantung ini seringkali disalahartikan sebagai penyakit lain seperti maag.
Hal ini menyebabkan banyak dari penyakit jantung pada perempuan tidak terdeteksi.“Penyakit jantung pada perempuan seringkali tidak terdeteksi karena gejalanya yang tidak disadari. Karenanya, sangat penting mengetahui kondisi tubuh sendiri. Salah satunya dengan menjaga gaya hidup dan pola makan serta melakukan screening jantung teratur,” ujar Dr. dr. Sally Aman Nasution dalam siaran pers Royal Philips menyelenggarakan sebuah forum diskusi dengan tema “Waspadai Penyakit Jantung pada Perempuan”.
Munculnya penyakit pada perempuan
Penyakit jantung pada perempuan sering kali muncul pada saat memasuki masa menopause. Hal ini disebabkan menurunnya hormon estrogen pada perempuan, yang dapat melindungi jantung dan membuatnya lebih kuat.
Kondisi fisik saat wanita menginjak menopause dan berkurangnya kadar estrogen ini dapat menjadikan perempuan rentan terhadap penyakit jantung.Selain faktor kadar estrogen, terdapat beberapa faktor risiko non tradisional (tidak umum) yang hanya dapat terjadi pada perempuan, yaitu kehamilan. Saat seorang perempuan hamil, tubuhnya akan menyediakan darah dua kali lipat.
Namun, jika sang ibu memiliki kelainan jantung bawaan atau pun menderita faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, atau diabetes, maka kemungkinan sang ibu mengalami gangguan jantung di saat hamil akan meningkat. Hal ini dikarenakan kehamilan menyebabkan stres secara fisik pada tubuh ibu, akibatnya jantung akan dipaksa untuk bekerja lebih keras.
“Kami sadar bahwa ibu merupakan ujung tombak keluarga dan memiliki posisi yang tidak tergantikan. Karenanya, lewat cara ini, kami berharap dapat memberikan edukasi serta meningkatkan kesadaran para kaum perempuan mengenai kesehatannya. Lewat inovasi teknologi seperti USG, penyakit jantung scara dini dapat dilakukan. Selain itu, solusi Cath Lab Azurion Philips digunakan untuk membantu perawatan penyakit jantung,” Ujar Tjutya Arumsari, Marketing Lead Philips Health System Indonesia.
#Growfearless with Fimela