Bapak Kedua yang Menuntun Arah Masa Depan Pendidikanku

Endah Wijayanti diperbarui 02 Des 2019, 10:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.

***

Oleh: A - Pacitan

Sekujur tubuh seketika seakan lemah tanpa penopang kala ayah meninggalkanku pergi menghadap Sang Pecipta. Tahun itu menjadi tahun kelam tahun kesedihan untukku untuk ibu dan untuk keluarga. Seketika pula aku bingung akan arah masa depanku yang kala itu memasuki semester terakhir di bangku sekolah menengah.

Apakah aku masih sanggup melanjutkan mimpi ke perguruan tinggi jika seseorang yang mendambakan hal ini terjadi padaku malah tidak melihat hasil yang diinginkannya? Ayah selalu bisa memberikan rencana dan menuntun harus bagaimana aku nanti, beliau menginginkan aku kuliah dan bakal bisa menjadi satu-satunya anak beliau yang akan menjadi sarjana. Namun, kini beliau sudah tiada. Rasanya runtuh mimpi ini, hidup ibu pun menjadi linglung sepeninggal ayah, aku pun kehilangan penyemangat hidup untuk membantuku harus bagaimana ke depannya.

Sekejap kejadian aku nyata sebagai anak yatim, ada sosok yang merengkuh tubuhku erat dengan kedua tangannya. Seseorang yang memelukku itu adalah pakde, perhatian dan kasih sayangnya melebihi orang tuaku. Beliau kakak kandung dari pihak ayah. Ya, pakde sosok yang sudah kuanggap sebagai ayah juga yang memiliki andil membesarkanku sedari kecil. Bagiku, pakde itu lelaki luar biasa yang pernah Tuhan berikan kepadaku, selain ayahku sendiri tentunya. Banyak hal yang telah beliau berikan dan dukung kepadaku salah satunya terhadap mimpiku untuk menjadi sarjana.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mengantarkanku ke Gerbang Pendidikan Tinggi

Ilustrasi/Copyright shutterstock.com

Gagal jalur undangan SBMPTN untuk bisa tembus ke perguruan tinggi, beruntung aku punya pakde sebagai penyemangat yang bisa kuandalkan. Bisa dibilang masa itu aku masih penakut untuk bisa bepergian sendirian ke luar kota, jadinya pakde yang mengantarkanku untuk tes tulis SBMPTN. Sebenarnya ketika pengumuman tidak diterima jalur undangan, aku merasa down sejadi-jadinya seakan tidak pantas untuk melanjutkan pendidikan, tapi pakde getol mengatakan aku bisa kuliah melihat nilai-nilai UN-ku jadi terbaik di sekolah.

Hingga akhirnya aku bisa diterima kuliah dari jalur tes, pakde pun seseorang yang paling bersemangat memberikan fasilitas sebagai persiapan aku kuliah. Tas dan buku, dua hal yang juga kerap diberikan ketika aku naik kelas. Kini ditambah laptop, beliau tahu pentingnya laptop di bangku perkuliahan. Beliau pula yang memberikan nasihat kepada ibu yang saat itu tidak rela meninggalkanku pergi untuk merantau.

Bisa dibilang, aku agak tertekan kala ibu tidak rela akan kutinggal hingga pakde bisa mengutarakan kepada beliau agar aku bisa meraih mimpi. Mungkin jika tidak ada pakde, tidak ada yang menopang kondisiku yang tengah berduka sekaligus ingin mencapai impian. Beliau yang memperjuangkan kuliahku, meskipun ibuku tidak bisa menentukan masa depanku ketika ia masih berkabung.

3 dari 3 halaman

Memberikan Segala yang Tidak Mampu Diberikan Orangtuaku

ilustrasi./copyright By mentatdgt (Shutterstock)

Terlahir dari keluarga tidak mampu, aku hidup dalam kekurangan. Namun, adanya pakde yang selalu memberikan apa yang tidak bisa diberikan orang tuaku seperti mainan dan makanan enak, menjadiku hidupku cukup. Tidak ada satupun saudara bapak maupun ibu yang memberikan perhatian terlebih materi melebihi pakde.

Dari kecil hingga saat aku sudah dewasa berhasil menjabat sebagai mahasiswa, dukungan pakde tidak pernah berhenti. Tidak berhenti sampai mengantarkanku bisa berhasil masuk ke perguruan tinggi, beliau masih mendukungku terus seperti mengirimi uang. Ah, aku jadi mengingat bagaimana pakde dulu juga mengantarku ketika aku di usia taman kanak-kanak sekalian beliau pergi ke kantor.

Sebelum sampai di TK, beliau kerap mengajakku mampir ke warung untuk membelikan jajan. Hingga di bangku sekolah dasar, beliau masih peduli kepada aku dengan sering memberikan uang saku. Setiap lebaran pun pakde selalu membelikan aku baju, juga memberikan uang saku. Rasanya kalau kusebutkan satu per satu tidak akan cukup apa yang sudah beliau berikan dan perhatian yang seakan sudah seluas samudra.

Tidak sekedar sebagai my superhero yang bisa memberikan apa pun, pakde adalah inspirasi. Suri tauladan yang kuambil dari beliau adalah kedermawanannya. Beliau tidak pelit untuk membagikan rezekinya kepada orang lain.

Beliau bapak keduaku. Dulu berharap pakde yang menggantikan ayah sebagai wali nikah aku kelak, ternyata pakde menyusul ayah dua tahun kemudian. Ditinggal dua sosok yang sungguh berarti dalam hidup menjadikan hidupku hampa. Tapi aku menguatkan diri agar kuat menjalani hidup.

Yang kusesali, seumur-umur belum pernah aku bisa membalas kebaikan dari pakde. Bahkan mengucapkan terima kasih pun belum pernah terucap dari bibir sebagai bentuk penghormatan atas apa yang sudah beliau berikan. Mungkin karena terlalu banyak materi yang aku terima jadi terlena untuk tak berucap terima kasih. Kini yang bisa kulakukan hanya mengirimkan doa di setiap salatku untuk beliau, selain kepada ayah.

Terima kasih, pakde. Aku janji pada diri sendiri aku ingin bisa menjadi orang baik seperti pakde yang bisa berbagi kepada orang lain.

#GrowFearless with FIMELA