Restu Orangtua Jadi Kunci Keberhasilanku Sampai ke Titik Ini

Endah Wijayanti diperbarui 29 Nov 2019, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.

***

Oleh: Ayu Wahyuningtyas - Malang

#MyHeroMyInspiration adalah ibuku, karena tanpa perjuangan dan kasih sayangnya mungkin saya tidak akan seperti ini sekarang.

Bapak hanya seorang tukang bangunan dan ibu hanya buruh konveksi. Sedari kecil, hidup kami memang berkecukupan, maksudnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Apalagi ditambah pekerjaan bapak yang tidak selalu ada setiap saat, jadi terkadang kebutuhan rumah dicover oleh pendapatan ibu yang tidak seberapa.

Bapak memang tidak pernah mengkhianati hati ibu, tapi saya sering mendengar perdebatan di rumah akibat bapak yang terlalu sering di rumah ketika tidak bekerja. Beruntungnya, bapak dulu lulusan SMK Elektro, jadi di rumah menyambi menjadi tukang servis narang elektronik seperti TV, radio, tape, dll. Setidaknya ada input tambahan meskipun tidak seberapa.

Berada di kondisi tersebut tetap membuat saya merasa beruntung dilahirkan oleh ibu yang selalu berjuang demi pendidikan saya. Satu yang saya ingat adalah ketika ibu berkata, "Ibu nggak mau melihat kamu kayak ibu yang cuma lulusan SD. Biarlah ibu sama bapak yang cari uang sampai mencekik leher yang penting kamu bisa sekolah sampai sarjana." Maksud sekolah di sini bukan sekadar disekolahkan, tapi ibu selalu mencarikan pendidikan dengan kualitas terbaik untuk saya.

Dari sejak saya TK sampai SMA saya dimasukkan ke sekolah khusus Islam yang menjadi favorit di kota kami. Lokasinya di tengah kota, dan mayoritas siswa-siswinya adalah anak dari keluarga berada. Bagi saya, sekolah yang ibu pilihkan memang membawa saya banyak belajar dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menikmati kemudahan akses menuju kehidupan lebih baik.

Terutama saat saya SMA, saya berkesempatan diikutkam olimpiade Fisika Nasional dan menjadi bagian dari siswa kelas Akselerasi. Dan itu membuat saya cukup dikenal di kalangan sekolah serta memudahkan saya memilih jurusan untuk saya ketika kuliah. Tapi, pilihan saya yang dimudahkan prosesnya itu ternyata tidak direstui oleh orangtua saya. Alasannya karena saya akan berada jauh dari orang tua. Akhirnya saya harus berjuang lagi di kampus kota saya sendiri melalui jalur lain.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Perjuangan Orangtua Menyekolahkanku

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Ya, sejujurnya perjuangan ibu saya menyekolahkan saya tidak semulus itu. Karena ibu ternyata yang lebih banyak berkorban, karena bapak memang lebih sering tidak bekerja. Entahlah ibu juga rela berutang sana sini demi saya tidak putus sekolah, karena tekad ibu hanya ingin anaknya tidak seperti dirinya. Alhamdulillah, perjuangan ibu (dan bapak) terbayar.

Selepas saya wisuda S1, saya sudah diterima bekerja di tempat yang sebelumnya saya magang. Sejak semester tiga sebetulnya saya sudah membebani orang tua dengan biaya kuliah karena saya mendapat beasiswa. Sebetulnya saya juga punya gengsi waktu kuliah. Saya bertekad mencari beasiswa, tapi bukan karena miskin pikir saya, saya harus bisa mendapatkan beasiswa karena saya berprestasi.

Bersyukurnya IPK saya cukup bisa diakui untuk mendapatkan beasiswa tersebut, jadi setidaknya saya bisa meringankan beban mereka yang fisiknya sudah mulai renta karena usia. Ketika sudah bekerja kurang lebih dua tahun, saya berpikir untuk melanjutkan jenjang. Tapi kali ini saya ingin ini atas biaya saya sendiri. Cukuplah selama ini sebagian penghasilan saya tabung untuk biaya S2. Saya mengutarakan ini pada orangtua dan mereka setuju. Ibulah yang pertama mendukung, karena di pikiran ibu sejak dulu memang pendidikan nomor satu. Kali ini yang membuat saya bahagia adalah mereka mengizinkan saya kuliah di luar kota, tempat yang dulu saya inginkan. Berangkatlah kami membawa perlengkapan pindahan dengan mobil yang dipinjami oleh tetangga saya.

Saat ini saya sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Saya juga bekerja menjadi dosen. Jauh lebih baik dari yang orang tua saya impikan dulu. Mereka dulu berharap saya menjadi guru, tapi saya tidak mau. Tapi mungkin di luar itu doa orangtua sangat penting untuk keberlanjutan hidup saya. Bagaimana pun saya mencari pekerjaan, tidak jauh dari lingkaran keinginan orang tua.

Saya cukup bersyukur dengan apa yang ada pada diri saya saat ini, karena memang restu orangtua terutama ibu yang menjadikan saya berhasil menempuh semua sejauh ini. Mungkin jika saya memaksakan semua kehendak saya, saya tidak akan semudah ini menjalaninya. Karena bukankah restu Allah SWT berada pada restu orangtua? Semoga cerita saya menginspirasi.

 

#GrowFearless with FIMELA