Kritikan Pedas Seorang Guru, Membangkitkan Semangatku Mengejar Mimpi

Endah Wijayanti diperbarui 29 Nov 2019, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.

***

Oleh: Yosi Aprilia Yonanda - Tangerang

Mungkin awalnya itu lebih terdengar sebagai hinaan bagiku. Saat masa bangku sekolah aku ingat betul bagaimana salah satu guruku tiba-tiba memanggilku untuk menuju ruangannya.

Padahal aku sudah mengerjakan tugas seperti murid-murid lainnya, jika waktu belajar ataupun saat menerangkan materi, aku mendengarkannya dengan baik, dan aku juga tidak pernah berkelahi. Tapi kenapa tiba-tiba aku dipanggil? Salahku apa?

Saking takutnya aku meminta teman sebangku untuk menemaniku menemui guru tersebut. Entah apa yang salah, guruku mencoret semua jawabanku. Bukan karena salah atas jawabannya, tapi ya aku tahu tulisanku ini tidak rapi, banyak bekas coret-coretan d isana. Tapi, apa yang salah? Ini kan pelajaran eksakta? Bukan bahasa ataupun pelajaran kesenian? Aku tertunduk lesu saat guruku perlahan meninggikan kritikannya di hadapan guru yang lainnya, dan tak banyak yang bisa kuperbuat selain menganggukan kepala bertanda iya. Walau saat itu aku belum terlalu paham, apa iya kesalahanku sefatal itu ?

Aku sadar aku memang murid yang kurang disiplin terhadap waktu. Akan tetapi, saat guru telah memberikan tugas aku akan berusaha untuk bertanggungjawab.

Jujur saja aku memendam rasa kesal tersebut selama beberapa waktu, yang entah kapan aku tiba-tiba bisa mengikhlaskannya. Masuklah aku pada jenjang berikutnya, yaitu tingkat perguruan tinggi.

 

2 dari 2 halaman

Mengubahku Menjadi Lebih Baik

Ilustrasi.| unsplash.com

Entahlah, aku tak paham maksud semuanya. Kenapa tiba-tiba saja seluruh ucapan guruku itu benar, dan seketika aku mengaku bahwa aku salah. Ternyata benar kerapian juga bisa sebagai tanda bahwa seseorang telah memberikan rasa menghormati, menghargai, dan juga bisa sebagai ucapan terimakasih nya atas apa yang telah kita lakukan.

Saat aku mengerjakan tugas kelompok, dan di mana salah satu di antara mereka mengirimkan semua materi tapi dalam keadaan tak rapi, itu tentu menjengkalkan bagiku. Aku tahu semua materinya sudah benar, lengkap ataupun sebagainya. Lalu, setelah itu? tanggung jawabkukah yang harus bersusah payah merangkai dan menyatukannya materinya? Bukankah kita ini kelompok yang seharusnya bekerjasama dengan tugas masing-masing? Mungkim bisa saja, jika satu orang yang seperti itu. Tapi, bagaimana jika lebih dari setengah orang dalam kelompok seperti itu ?

Seketika rasanya aku ingin bertemu dengan guruku untuk mengucapkan rasa terima kasih, karena telah memberi makna dalam sebuah coret-coretan kritikan pada buku tugasku itu.

Kini diriku sudah berada dalam tingkat akhir kuliah. Aku bersyukur setiap saja ada tugas di hadapanku, seringkali aku mendapatkan ungkapan positif dari dosen pembimbing, ataupun dosen pengujiku. Walau aku bukanlah termasuk kedalam kategori mahasiswa yang pintar, ada saja teman atau bahkan dosen-dosenku yang menunjukku sebagai perwakilan dalam sebuah kegiatan.

Aku sangat bersyukur dan juga senang. Sehingga aku harus selalu berusaha untuk melanjutkan mimpiku, karena aku tahu ada harapan dan juga doa orang-orang yang menyayangiku di sana. Aku tak akan lupa akan semua itu, Pak! Terima kasih.

#GrowFearless with FIMELA