Belajar dari Ketangguhan Ibu, Aku Harus Kuat Menjalani Hidup

Endah Wijayanti diperbarui 30 Nov 2019, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.

***

Oleh: Mardiah Hayati Panggabean - Jakarta

Aku tidak pernah menyalahkan takdir atas perceraian kedua orangtuaku sepuluh tahun silam. Sebelumnya ayahku sendiri memang sudah menduakan ibuku sejak aku masih berumur 7 tahun. Tentu aku sangat menyayangi ayahku, tapi aku sangat ingat hari-hari di mana dia tidak ada untukku dan saudara-saudaraku selama bertahun-tahun, hingga ketidakhadirannya dalam hidupku menjadi suatu kebiasaan.

Ibu, aku, dan saudara-saudaraku tetap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Kami dididik dan dibesarkan sebaik mungkin. Anak-anak ibu ada lima orang, yang terdiri dari kakakku, aku, adik laki-lakiku, dan dua adik perempuanku. Saat aku masih kecil, ibu selalu bangun lebih awal dari siapa pun di rumah, kemudian ia akan mulai melakukan berbagai aktivitas seperti beribadah, memasak, dan menyiapkan banyak hal.

Saat ibu terbangun, aku akan segera menyusulnya karena aku tidak ingin ia merasa sendirian. Ibuku bekerja sebagai seorang guru di dua sekolah sekaligus, sesekali ia juga berjualan berbagai jenis barang. Dulu aku tidak pernah tahu bahwa semua yang ia lakukan adalah demi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kelima orang anaknya.

Aku selalu takut ibu merasa lelah, karenanya aku berusaha menjadi anak yang rajin di rumah. Membersihkan seisi rumah menjadi pekerjaanku sejak SD hingga SMA, karena aku tidak ingin ibuku merasa kecewa saat ia pulang dan keadaan rumah berantakan, aku yakin itu akan membuatnya merasa bersedih.

Ibuku sangat kuat, aku jarang melihatnya menangis. Dia perempuan hebat yang hampir tidak kenal lelah. Dia berjuang sendirian selama bertahun-tahun tanpa sekalipun pernah mengeluh. Setiap malam aku dan saudara-saudaraku tidur di kamar yang sama dengan ibuku. Ibu rajin menceritakan dongeng atau pengalaman hidupnya sewaktu muda. Aku dan saudara-saudaraku pun sangat antusias mendengarkan semua ceritanya sambil bergantian memberikan pijatan pada beberapa bagian tubuh ibuku yang lelah, terutama bagian kakinya. Ibu sangat pandai bercerita, hingga kami selalu menantikan cerita-cerita darinya.

Saat aku kelas 5 SD, adik laki-lakiku mengalami kecelakaan yang cukup serius. Peristiwa itu akhirnya membawa ayahku kembali pulang setelah beberapa tahun menghilang tanpa kabar. Kemudian kami tahu bahwa dia juga telah memiliki keluarga baru, dan dengan lapang dada ibuku menerimanya.

Dalam dua atau tiga bulan, ayah sesekali berkunjung ke rumah. Terkadang dia mengingap, jadi keesokan paginya ia akan mengantarkan aku dan kakakku ke sekolah. Perjalanan ke sekolahku harus melewati area perumahan ayahku dan istri mudanya, dan salah seorang teman sekolahku juga tinggal disana. Pagi itu ternyata dia melihat syah mengantarkan kami, dan kemudian ia menanyakan siapa sosok pria yang mengantarkanku tersebut, karena sepengetahuannya pria itu memiliki keluarga lain. Jawabku ketus, “Dia adik ibuku." Saat itu rasanya aku benar-benar sangat malu, aku menahan diri untuk tidak menangis di sepanjang perjalanan pulang karena rumahku cukup jauh dan aku harus menaiki dua kali angkot untuk sampai ke rumah.

Rumahku masih beberapa meter lagi, tapi air mataku sudah benar-benar tidak terbendung, aku menangis sekeras-kerasnya, tanpa kuketahui bahwa ibuku telah lebih dahulu sampai di rumah, karena biasanya ia pulang lebih lama dari aku.Aaku tentu tidak bisa berbohong, ibu hanya memelukku dan memintaku untuk tetap bersabar.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Ibu Tetap Menjadi Tulang Punggung Keluarga

ilustrasi./copyright Shutterstock

Meski sosok ayah kembali muncul, tapi ibu tetap menjadi tulang punggung di rumah. Ayah hanya memberikan sedikit bagian dari gajinya untuk kami. Ibu tetap ikhlas dan berlapang dada, karena bagi ibu melihat kelima anaknya tumbuh dalam keadaan sehat dan seluruhnya berprestasi di sekolah masing-masing sudah lebih dari cukup.

Bertahun-tahun berlalu, hingga pada saat aku duduk di kelas XI SMA kedua orangtuaku memutuskan untuk bercerai. Aku dan saudara-saudaraku sempat terpisah selama beberapa bulan karena aku, kakakku, dan salah seorang adik perempuanku ikut tinggal dengan ayah, sedangkan adik laki-laki dan satu adik perempuanku dengan ibu. Masa-masa hidup sulit dengan sosok ibu tiri ternyata memang benar adanya. Ibu tiriku mungkin memang lebih baik dibandingkan cerita-cerita sosok ibu tiri lainnya, namun kecemburuan terhadap perhatian ayah ke kami pada akhirnya membuat kami kembali tersisih. Ibu kandungku tentunya dengan besar hati mau menerima kami kembali.

Perjuangan ibu belum usai begitu saja, ia harus ekstra bekerja keras karena aku dan Kakakku berkuliah di luar kota. Selama masa kuliah, ayah juga banyak membantu. Alhamdulillah, sekarang, 4 dari 5 anak ibu telah menyelesaikan pendidikannya dengan prestasi yang membanggakan serta masing-masing telah bekerja dengan baik.

Satu lagi adikku yang paling kecil, dia masih berkuliah semester lima, dan aku beserta saudara-saudaraku yang lain saling membantu untuk memberikan uang bulanan baginya. Berhubung ayah sudah pensiun sejak tahun 2015, bersamaan dengan tahun kelulusan kuliahku.

Ibu hebat, dia sangat kuat, tegar, sabar, dan penyayang. Bagiku dia bukan manusia biasa, melainkan seorang malaikat. Sosoknya mengajarkanku menjadi pribadi yang tangguh, unggul, kuat, sabar, dan banyak lagi lainnya. Saat ini ibu juga masih aktif bekerja. Semoga Allah memberikan kesempatan bagiku dan saudara-saudaraku untuk sedikit saja membalas jasa ibu.

Terima kasih telah menjadi ibu kandungku, aku sangat bangga terlahir dari rahimmu. Belajar dari ibu, aku tidak mau menjadi pribadi yang mudah menyerah. Aku harus kuat, sekuat ibu, atau bahkan lebih kuat dari ibu, karena kisah perjalanan hidupku masih sangat panjang.

 

#GrowFearless with FIMELA