4 Perempuan Ditetapkan Sebagai Peneliti Terbaik untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan

Vinsensia Dianawanti diperbarui 27 Nov 2019, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dunia peneliti masih didominasi oleh laki-laki. Sementara perempuan mempunyai potensi serupa untuk menjadi peneliti dunia. Lewat program L'Oreal-UNESCO For Women in Science National menjadi bentuk dukungan akan hadirnya peneliti perempuan di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, program ini sudah berjalan selama 16 tahun dan tahun ini L'Oreal bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan empat perempuan sebagai peneliti terbaik dengan riset yang menunjang pembangunan berkelanjutan.

"Tidak ada batasan perempuan maupun laki-laki terhadap sains. Tapi program ini adalah salah satu upaya supaya perempuan diberdayakan. Jangan sampai terjadi pembiaran dan pemubazirkan kekuatan kekuatan. Tetap harus ada program, memajukan peranan perempuan di bidang sains," ujar Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari 57 proposal yang masuk dalam program L'Oreal-UNESCO For Women in Science tahun ini, akhirnya terpilih empat perempuan yang menerima pemenang penerima penghargaan. Menurut salah satu juri Prof. Dr. Endang Sukara, keempat pemenang ini dinilai mampu memberikan solusi dan dampak bagi kehidupan masyarakat melalui objek penelitian yang mereka ambil.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Penelitian yang strategis dan berdampak

L'Oreal bersama Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan empat perempuan penerima penghargaan L'Oreal-UNESCO For Women in Science 2019 (Foto: L'Oreal Indonesia)

Mereka adalah Dr. Sc. Widiastuti Karim, M.Si, dari Universitas Udayana Fakultas Kelautan dan Perikanan yang meneliti tentang fungsi biologi GFP untuk mengatasi fenomena pemutihan terumbu karang di Indonesia, Dr.rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL., M.Sc, dari LIPI yang meneliti tentang fungsi keong darat sebagai solusi masalah kesehatan, Dr. Swasmi Puwajanti, M.Sc dari BPPT yang meneliti bagaimana nanoadsorben dari bittern untuk dekontaminasi air yang lebih efisien, serta Dr. Eng. Osi Arutanti, M.Si, dari LIPI yang meneliti alternatif fotokatalis untuk memproduksi air bersih.

Selain itu, menurut Endang, keempat pemenang ini memiliki riset yang tidak melulu memiliki dampak jangka pendek. Melainkan ada juga penelitian yang memiliki dampak strategis. Para peneliti hanya butuh untuk didanai dan melakukan kolaborasi antar penelitian sehingga menghasilkan produk solusi bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Melanie Masriel selaku Communications, Public Affaris, and Sustainability Director dari L'Oreal Indonesia menuturkan bahwa banyak perempuan yang minat di dunia sains sejak dari tingkatan sekolah hingga profesional. Hanya saja semakin tinggi tingkatannya akan semakin berkurang.

Kurangnya keterlibatan perempuan di dunia sains juga bisa jadi karena ada fase di mana perempuan harus vakum dulu dari dunia penelitiannya. Itu mungkin yang membuat laki-laki terkadang memiliki perkembangan yang lebih cepat. Meski demikian, perempuan selalu bisa tampil dengan baik di tengah persaingan yang ada ketika dirinya memiliki sistem pendukung di institusi, kantor, laboratorium untuk memastikan perempuan bisa diberdayakan.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#GrowFearless with Fimelaw