Fimela.com, Jakarta Industri mode yang mengedepankan unsur sustainable saat ini mulai ramai. Sudah banyak yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan selaras dengan keindahan koleksi busana. Hal ini juga yang ingin semakin diperkenalkan oleh Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), bukan hanya sustainable namun juga halal.
ISEF merupakan wadah integrasi berbagai kegiatan di sektor ekonomi dan keuangan syariah yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia secara berkelanjutan setiap tahun sejak 2014.
Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar 20 miliar USD atau sekitar 300 triliun rupiah. Indonesia yang berada di posisi kedua setelah Uni Emirat Arab dalam pemain pasar fashion muslim terbesar di dunia merupakan pencapaian terbaik Indonesia jika dibandingkan dengan sektor jasa halal lainnya seperti keuangan syariah pada posisi 10 atau wisata halal pada posisi empat.
Dengan begitu, produk fashion muslim Indonesia potensial sebagai komoditi untuk mengintegrasikan kerja sama internasional dan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal global. Sejalan dengan target yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia.
Dengan target untuk memasarkan produk busana muslim Indonesia ke skala global, Bank Indonesia bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) mempersembahkan “Sustainable & Ethical Fashion” sebagai rangkaian kegiatan ISEF 2019.
Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 menampilkan etalase karya 78 perancang busana muslim Indonesia yang mengaplikasikan konsep fashion berkelanjutan dan fashion etis melalui pameran Business to Business dan rangkaian fashion show. Potensi buyer dalam dan luar negeri dihadirkan dalam perhelatan ini untuk dipertemukan dengan para perancang busana muslim Indonesia yang terpilih melalui proses kurasi dan telah dibina untuk mempersiapkan brand dan produk siap ekspor.
“Potensi pasar fashion muslim masih terbuka lebar, namun kompetisi lokal maupun global juga semakin ketat. Oleh karena itu, pelaku industri fashion lokal mesti mampu menangkap perubahan, berkreativitas, dan berinovasi untuk meningkatkan produktivitas serta memperkuat yang bersaing di pasar lokal maupun global,” kata Destry Damayanti Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
ISEF 2019 menghadirkan Sustainable & Ethical Fashion untuk mengangkat pentingnya sustainable fashion (fashion berkelanjutan) dan ethical fashion (fashion etis) untuk pertumbuhan jangka panjang dan kesinambungan lingkungan. Fashion etis merupakan salah satu sumber utama pendapatan lokal dan nasional Indonesia yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, maupun budaya.
Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan komitmen dan tanggung jawab dari pelaku desain, pengrajin, maupun pemerintah untuk dapat menerapkan fashion etis. Ini menjadi model bisnis baru untuk mendapatkan perhatian dan kredibilitas di mata konsumen.
“Industri fashion muslim Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan dan menawarkan keragaman konten lokal yang tidak dimiliki oleh negara lain sehingga menjadi potensi dan nilai tambah untuk dipasarkan ke skala global dan menciptakan citra bahwa Indonesia telah bersiap sebagai pusat industri halal global,” kata Ali Charisma National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC).
Deretan desainer yang ikut serta di ISEF 2019
Desainer yang akan ikut serta di antaranya Vivi Zubedi, Saffana, Itang Yunasz, Rosie Rahmadi, Tuty Adib, Wignyo Rahadi, Dian Pelangi, Irmaintan, Neera Alatas, Defika Hanum, Medina Zein, Jeny Tjahyawati, Lisa Fitria, Ina Priyono, Hannie Hananto, Meccanism, Iva Lativah, Shafira, Khanaan, Sessa by Monika Jufry, Zya & Luana, L by Laudya Cynthia Bella, Elzatta, Oki Setiana Dewi x Irna Mutiara, Sofie, Deden Siswanto, Nurzahra, Rya Baraba, Ayu Dyah Andari, Kursien Karzai, ETU by Restu Anggraini, hingga Nuniek Mawardi.
Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019
“Dalam hal gaya hidup halal, fashion, dan konteks luasnya yaitu cara baik berpakaian, kita harus patuh pada pedoman mengenai apa yang dimaksud dengan kehidupan dan gaya-hidup yang sekaligus halal dan thoyyib (baik, sehat, tidak berbahaya, dan ramah lingkungan)," kata Jetty R Hadi Vice Chairman of IndonesiaHalal Lifestyle Centre (IHLC).
Sepotong hijab, sebagai contoh, harus bisa ditelusur bahan mentah dan material tambahan apa saja yang digunakannya, seberapa bermanfaat atau bermudarat bagi sesama rantai pasokannya sampai ke tangan penggunanya.
Begitu pula, seberapa tepat atau berlebihankah sebuah industri dan pasar fashion dihadapan keadaan masyarakatnya. Oleh karenanya sangat logis apabila kriteria dari produk konsumen yang "ethical" dan "sustainable" sesuai dengan kriteria berbusana yang Islami.
#GrowFearless with Fimela