Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.
***
Oleh: S - Tangerang
Beberapa tahun yang lalu, aku sangat trauma ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa diriku tidaklah seperti apa yang aku tuliskan di media sosial setelah meluapkan amarahnya kepadaku. Lambat laun, aku terus saja memikirkan dan merenungi perkataan itu. Kepercayaan diriku runtuh hingga akhirnya tak ada lagi minat untuk menulis.
Aku seperti tak lagi mengenali diriku sendiri, pertanyaan satu memunculkan pertanyaan lainnya. Siapa aku? Apa tujuan hidupku? Apa yang sebenarnya aku perjuangkan? Untuk apa aku hidup?
Aku menonton YouTube, membaca buku, dan kegiatan lainnya tapi ketika aku melakukannya pikiran buruk selalu saja muncul. Dalam situasi tidak tahu arah, aku mengurung diri di dalam kamar kemudian menaikkan volume radio yang sedang dinyalakan sambil berteriak.
Pikiranku saat itu kacau, seolah-olah pikiran satu dengan pikiran lainnya sedang bertempur. Ibuku menggedor pintu, memintaku untuk berserah diri kepada Tuhan dengan beribadah juga berdoa. Ibuku menangis dari balik pintu. Tak kalah sedihnya, aku menghakimi diriku dengan terus menangis. Aku sadar bahwa ada yang salah dengan diriku.
Sebelum aku menerima semua nasihat ibu, setiap harinya aku menilai orang lain selalu melihatku dengan tatapan sinis lalu ditambah dengan lilitan utang yang keluargaku alami seakan ujian hidupku datang tiada henti.
Pekerjaan Pertamaku
Melihat ibuku yang berjuang keras untuk melunasi utang, aku tidak ingin diam saja. Saat saudaraku main ke rumah, aku menanyakan lowongan kerja dan seminggu kemudian aku diterima bekerja di sebuah pabrik.
Bekerja tidak semudah yang aku bayangkan sebelumnya, satu minggu rasanya lama sekali. Aku berpikir mampu bertahan beberapa bulan bekerja di sana, tapi nyatanya pada hari ketiga aku pulang dengan tangisan.
Pengalaman pertamaku dalam bekerja membawa sebuah kenangan pahit, aku sempat diledek. “Ada yang mau pulang,” teriak seseorang sambil menertawaiku yang ketika itu dia tahu aku menangis pada hari ketiga di tempat kerja.
Berbulan-bulan kemudian ketika mengingat ledekan itu, kesehatan pikiranku menjadi semakin memburuk. Ibu yang mengetahui anaknya sedang tidak baik-baik saja, ia mengingatkanku untuk beribadah dan meminta pertolongan Tuhan.
Rezeki yang Tak Terduga
Saat semuanya terasa sulit, aku membangun kembali puing-puing kepercayaan diriku yang berserakan. Aku belajar menerima kekurangan diriku dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, berpikir positif, menonton berbagai channel YouTube yang menginspirasi, dan senantiasa bersyukur.
Tidak mudah memang, tapi aku selalu percaya bahwa aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku mencoba menulis kembali, mengaktifkan blog pribadi yang sudah lama aku tinggalkan, mencoba aktif di media sosial serta mengikuti sebuah perlombaan menulis.
Tanpa aku harapkan sepenuhnya karena telah lama tidak menulis, pada hari pengumuman pemenang akhirnya aku mendapati diriku menjadi juara pertama di perlombaan menulis tingkat mahasiswa yang diperuntukan untuk satu provinsi. Aku terkejut sekaligus tidak menyangka berada di titik di mana aku bisa memenangkan perlombaan.
Aku memegang piala sambil bergetar dan terus berpikir, “Apakah aku pantas memegang piala ini?”
Pemenang kedua yang berada di sebelahku mengatakan bahwa aku hebat dan meminta agar aku tetap santai. Aku pulang dari acara penyerahan hadiah sambil terus menangis saat keberadaanku sudah tidak jauh dari rumah. Sesampainya di rumah, aku kembali mengingat semua ucapan buruk yang pernah aku dengar. Ucapan buruk itu sudah aku kalahkan dengan kemenanganku! Kali ini aku menangis karena bahagia.
Masih di situasi menangis, tanpa sengaja teringat sebuah kalimat indah, “Sesudah kesulitan, ada kemudahan,” juga sebuah channel YouTube yang menjelaskan bahwa rezeki memang tidak kemana, sudah diatur namun itu semua bagaimana kita memperolehnya. Rezeki diatur bukan diantar, oleh karena itu kitalah yang berusaha mengambilnya.
Aku menggunakan uang dari hadiah menulis untuk diberikan kepada ibu dan adik-adikku. Mereka adalah orang-orang yang selama ini menerima keberadaanku bagaimana pun buruknya aku.
Periode kelam sudah aku lalui, aku menyadari diriku ini berguna. Suatu hari nanti aku sangat bersyukur ketika kisahku ini dapat menjadi motivasi bagi siapa saja tentang bagaimana aku berjuang untuk menyelamatkan diriku dari kepungan pikiran buruk yang kerap membelenggu.
Aku menceritakan kisah ini bukan hanya karena diriku adalah seorang pahlawan di kehidupanku sendiri. Aku ingin menyampaikan kepada orang-orang sepertiku yang seringkali terpuruk ketika mendapatkan komentar negatif untuk belajar mengelola pikiran.
Semua orang bisa berkomentar tapi kita punya kendali terhadap diri sendiri dengan cara tidak mendengarkan komentar buruk yang tanpa disertai solusi. Selamat berjuang! Semoga suatu hari nanti kita bisa menjadi pahlawan untuk lingkungan sekitar.
#GrowFearless with FIMELA