Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.
***
Oleh: E - Magelang
Tidak Ada Keberhasilan Tanpa Kerja Keras
Sebuah gerobak kayu berisi beberapa jeriken air itu beberapa kali membelah jalanan kecil menuju sebidang tanah yang akan dibangun sebuah rumah. Dinginnya angin malam tak menyurutkan semangat sepasang suami istri dan kedua gadis kecilnya, bolak balik mengumpulkan air dari sebuah sumber mata air ke sebuah drum penampungan, ditemani riuhnya suara jangkrik dan rembulan yang sesekali mengintip. Dua anak kecil yang belum paham benar tentang kerasnya hidup. Yang mereka rasakan saat itu adalah kegembiraan bisa bermain air, bersenda gurau sambil membantu mendorong gerobak yang penuh berisi jeriken air dan tertawa gembira setiap kali diperbolehkan naik di atas gerobak yang ditarik oleh ayahnya.
Ya, itulah salah satu titik perjalanan hidup keluargaku 25 tahun yang lalu. Aku dan keluargaku berupaya merenovasi rumah yang sebelumnya berdinding anyaman bambu yang sebagian sudah berlubang dan lapuk dimakan usia, menjadi sebuah rumah semi permanen yang lebih layak huni. Keterbatasan penghasilan keluargaku saat itu membuat sebagian besar pekerjaan diatur sendiri agar biaya tukang yang dikeluarkan tidak terlalu besar, hingga pada akhirnya rumah yang lebih layak itu bisa kami tempati meskipun masih terkesan seadanya. Kini aku paham, bahwa rumah yang kami tinggali saat ini adalah kumpulan dari tetesan peluh dan keringat kami saat itu. Sebuah kerja keras yang luar biasa dari kedua orangtuaku yang hanya berprofesi sebagai petani kecil.
Kehidupan sehari-hari pun demikian. Bekerja di sawah dari pagi hingga petang. Istirahat di siang hari hanya untuk salat dan makan siang. Sengatan matahari tak mereka hiraukan, derasnya hujan tak mereka indahkan. Lumpur, bau pupuk kandang dan cacing tanah sudah bukan lagi menjadi hal yang menjijikkan. Saat kami libur ataupun sepulang sekolah, kami ikut membantu pekerjaan mereka di sawah. Kesulitan secara finansial pun sudah menjadi hal biasa, terutama saat aku dan kakakku masuk perguruan tinggi. Gali lubang tutup lubang menjadi jalan yang bisa dilakukan, sertifikat tanah sudah biasa keluar masuk bank dan pegadaian, hingga pada akhirnya kami bisa menuntaskan kuliah dengan predikat cum laude meskipun banyak lika-liku di dalamnya. Dengan semua kondisi yang kami lalui, mereka mengajarkanku sebuah pelajaran hidup bahwa tidak ada keberhasilan yang dibangun tanpa kerja keras.
Cinta Seorang Ibu Menenangkan, Cinta Seorang Ayah Menguatkan
Terkadang, kupandang lekat-lekat wajah orangtuaku saat mereka terlelap. Kulitnya yang gosong dan keriput menandakan perjuangannya selama ini untuk memastikan anak-anaknya bisa tetap makan. Garis-garis di telapak kaki dan kasarnya telapak tangan yang selalu kusentuh saat mencium tangan mereka, menandakan kerasnya tekad untuk bisa menyekolahkan kedua anaknya sampai ke perguruan tinggi, meskipun mereka sendiri tak tamat SD. Cita-cita mereka hanya satu, bisa melihat kedua anaknya bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan menjalani kehidupan yang jauh lebih baik dibanding mereka.
Seperti roda yang selalu berputar, saat kenyataan tak sesuai harapan, ibu selalu memberikan ketenangan dan kedamaian lewat nasihat dan untaian doanya. Sedangkan ayahku, selalu memberikan atmosfer kekuatan dan keyakinan bahwa dengan hadirnya masalah justru kita akan menjadi lebih kuat. Dari tangan ibuku, aku banyak belajar tentang kasih sayang. Dari tangan ayahku, aku belajar tentang cara menjaga kasih sayang itu. Kedua tangan mereka adalah wakil Tuhan untuk melangsungkan kehidupanku. Mereka layaknya pelita sebagai penerang hidup, ibarat cahaya lilin yang selalu setia menerangi setiap sudut jalan dan sebagai motivasi untuk tetap kuat dan melangkah maju.
Orangtuaku, Pahlawanku
Tidak berlebihan jika gelar pahlawan kusematkan pada mereka. Di balik dinginnya ruangan ber-AC di tempat kerjaku saat ini, ada mereka yang selama ini berjuang melawan panasnya sengatan matahari di sawah demi kehidupanku. Di balik suasana haru saat menerima beberapa penghargaan atas prestasiku, terbayang mereka yang dengan ikhlas terjaga di sepertiga malam terakhir untuk mendoakan kesuksesanku.
Memang, mereka bukanlah makhluk yang sempurna, tapi perjuangan mereka sangat berarti di setiap detak jantungku. Mereka tak pandai ilmu pengetahuan, tapi mereka pandai mengajariku ilmu keikhlasan dan ilmu kejujuran. Mereka bukan ahli agama, tapi mampu membentukku menjadi pribadi yang berusaha menghindari dosa. Kepribadian yang pantang menyerah dan kerja kerasnya menjadi inspirasiku dalam setiap upaya untuk melukis pelangi dan menghadirkan senyum mereka sebelum kanvas usianya habis dilukis senja. Berusaha membuat mereka bangga adalah salah satu cara untuk membalas pengorbanannya, meskipun tak akan pernah bisa terlunasi.
Orangtuaku benar-benar bisa memerankan dirinya sebagai pahlawan sejati di keluargaku. Ayahku, benar-benar bertanggung jawab untuk menghadirkan nafkah yang halal untuk keluargaku, rela bermandi keringat, berpeluh debu dan membimbing anak-anaknya mengenalkan makna hidup dan kehidupan. Demikian juga ibuku, dengan kasih sayangnya, tak kenal lelah membimbing langkah anak-anaknya menapaki setiap asa dan tak pernah melewatkan anaknya untuk disebut dalam doa.
Di balik film yang dahsyat, ada sutradara yang hebat. Di balik decak kagum dan tepuk tangan penonton, ada kerja keras dari sang sutradara dari balik layar. Pun sama, d ibalik kesuksesan anak, ada peran besar dari orang tuanya. Sehebat apa pun kita, ingatlah, kita hebat karena kedua orang tua kita.
Selamat Hari Pahlawan.
#GrowFearless with FIMELA