Fimela.com, Jakarta Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini.
***
Oleh: S - Tangerang
Setiap orang memiliki cerita yang berbeda-beda, karena alasan itulah aku selalu antusias bertemu dengan orang baru untuk mendapatkan pelajaran berharga yang dapat aku terapkan di kehidupanku.
Suatu hari aku berkenalan dengan seseorang, dia meminta nomor teleponku, aku melihat iktikad baiknya, hanya untuk berteman saja. Tak ada yang salah jika kita berteman dengan siapapun selagi kita dapat memilih dan memilah mana yang bisa berpengaruh baik kepada kita.
Roti dan Masa Kecilnya
Aku sampai pada sebuah cerita di mana dia menangis tersedu-sedu saat menceritakan kisah hidupnya. Ketika sebelumnya aku sempat memberitahunya mengenai aku yang pernah memberikan makanan berupa roti kepada pengamen yang masih usia kanak-kanak di sebuah kendaraan umum.
Pada saat itu aku mulai terbiasa memberikan makanan karena aku berpikir siapa yang akan mempedulikan anak-anak yang sedang mengamen jika bukan diri mereka sendiri dan aku juga tidak tahu akan ke mana uang yang mereka dapatkan. Intinya aku ingin anak yang ditemui dapat memakan apa yang telah aku berikan.
Tanpa bermaksud membuat orang yang belum lama aku kenal untuk menangis namun di seberang telepon terdengar suara yang menitikan air mata. Aku bertanya, “Kamu kenapa?”
“Aku terharu denger cerita kamu ngasih makanan ke anak-anak yang lagi ngamen,” jawabnya sambil menangis.
“Bagian mana yang membuatmu terharu? Orang lain justru memberikan uang, aku hanya memberikan makanan yang sengaja aku beli lebih untuk anak-anak,” ucapku.
Ya, karena aku pernah mengikuti orientasi untuk menjadi relawan akhirnya aku memahami hal penting ini.
“Bukan keinginan anak-anak untuk mengamen. Usia kanak-kanak pada dasarnya adalah usia untuk bermain dan belajar agar mendapatkan banyak ilmu pengetahuan juga mengembangkan potensi serta kreativitas yang dimiliki. Namun, keadaan mengharuskan turun ke jalanan agar mendapatkan uang.”
Seseorang yang belum lama aku kenal, dia bercerita mengenai masa lalunya yang pernah menjadi pengamen, aku terkejut sekaligus penasaran bagaimana hal itu bisa terjadi. Bagaimana caranya untuk bertahan hidup?
Masa kecil teman baruku ini bisa dikatakan tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, bersama adiknya mengamen dari satu bus ke bus lainnya. Dia bernyanyi dan sang adik yang memainkan alat musik. Dia sempat memberitahu lagu yang sering dinyanyikan. Saat ini jika mendengar lagu itu, spontan teringat kembali masa-masa perjuangannya.
Bagaimana pun kita berusaha melupakan sesuatu, sejatinya tidak ada yang benar-benar sempurna terlupakan. Dia sempat bertanya, “Apakah kamu malu mengenalku?”
Tentu jawaban yang dia dengar adalah tidak. Karena untuk apa aku malu? Justru aku ingin mengenalnya lebih dalam, aku ingin belajar darinya. Tidak semua orang mengalami hal yang sama, seperti apa yang kutulis di awal bahwa setiap orang memiliki cerita yang berbeda-beda.
Bagiku, bisa bernyanyi ketika usia kanak-kanak di hadapan orang banyak yang tidak dikenal merupakan suatu keberanian yang luar biasa hebatnya. Kalau aku jadi dia, belum tentu aku mampu.
What's On Fimela
powered by
Titik Balik Hidupku
Mengenalnya membuatku sedikit demi sedikit paham arti perjuangan. Aku yang saat itu sedang terpuruk kemudian kembali bangkit dengan nasihat yang ia berikan. Dia begitu sabar meladeni cerita sedihku padahal aku tahu bahwa ceritaku tidak ada apa-apanya ketika dibandingkan dengan hidup yang sedari dulu ia jalani.
Dia berkata, “Aku mengenalmu belum lama tapi baru kali ini aku menangis dan berani menceritakan kisah hidupku yang lama aku pendam dari kebanyakan orang.”
Aku terharu dia mengatakan itu yang artinya aku bisa membuatnya nyaman, berbagi kesedihan, dan bersama-sama saling menguatkan. Karena menangis itu wajar sebagai bentuk luapan emosi kita.
Hari itu dia menangis karena mengingat masa lalunya. Dari lubuk hati yang paling dalam aku ingin terus menemaninya apa pun takdir yang membawa kami nanti, menjadi pendengar ceritanya, dan aku ingin hidupnya jadi lebih baik lagi. Aku berharap nantinya ketika dia menangis bukan karena sedih mengingat masa kecilnya tapi karena dia terharu, masih banyak orang baik yang senantiasa ada di sisinya, dan menyadari bahwa kehadirannya sangat berarti.
Hadirnya Orang Baik di Hidupku
Dia merupakan orang baik yang Tuhan hadirkan dalam hidupku. Tanpa bantuannya dalam segala hal termasuk menguatkan saat terpuruk, mungkin aku tetap berpikir bahwa hidupku yang paling menderita. Dia membuka pikiranku ke arah yang lebih luas, tanpa sadar aku selalu meminta nasihatnya.
Andai dia berkata, “Hidupmu tidak ada apa-apanya dibandingkan hidupku,” bisa saja aku semakin terpuruk. Tapi dia tidak begitu, nasihatnya senantiasa menyejukkan hatiku.
“Semangat ya, kamu pasti bisa!” katanya.
Terdengar simpel, tapi nyatanya saat itu tidak ada orang lain selain dia yang memberiku semangat. Ketika malam hari aku menangis, pagi harinya aku kembali tersenyum karena kata-katanya mulai tertanam dalam pikiran dan hatiku, “Aku pasti bisa, aku pasti bisa, aku pasti bisa.”
Kawan, tanpa kita sadari, ucapan bisa melemahkan juga di lain sisi bisa menguatkan.
Jadilah tumbuh, jadilah berkembang, dan kuat.
Cacian dan makian menjadi titik balik saat semua hal terasa sulit.
Biarlah orang lain melihat senyuman, bukan tangisan.
Tidak semua orang dapat memahami apa yang terjadi.
Hanya perlu percaya bahwa kita bisa menjalaninya.
Sebab di luar sana banyak yang ingin jadi seperti kita.
Teruntuk kamu pahlawanku. Terima kasih karena kehadiranmu membuatku sadar, dalam hidupku masih banyak yang harus diperjuangkan. Untuk semuanya yang berkenan membaca ceritaku, aku ingin menyampaikan ulang sebuah kalimat yang tidak asing didengar.
“Kalau kita merasa tidak ada orang baik di sekeliling kita, berusahalah agar kita yang menjadi orang baik tersebut.”
#GrowFearless with FIMELA