Fimela.com, Jakarta Data Globocan 2018 menunjukkan kanker limfoma hodgkin terjadi 79.990 kasus baru dengan 26.167 kematian pada tahun 2018 diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat 1.047 kasus baru dan 574 orang meninggal pada tahun 2018.
Kanker Limfoma Hodgkin sendiri menyerang kelenjar getah bening yang terletak di leher dan kepala. Insiden Limfoma Hodgkin biasanya memiliki dua puncak yaitu pada saat usia dewasa muda (20-24 tahun) dan lanjut usia (75-79 tahun).
Tapi tak perlu khawatir, Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik RSCM mengatakan Limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi. Meski demikian, masih ada kemungkinan kecil (10-30%) kambuh. Untuk itu, perlu pengobatan yang tepat agar penyakit ini bisa disembuhkan.
Pengobatan Limfoma Hodgkin kambuh adalah kemoterapi dosis tinggi yang dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang. Regimen kemoterapi untuk kasus Limfoma hodgkin kambuh tidak banyak mengalamiperubahan dalam 30 tahun terakhir ini. "Transplantasi sumsum tulang juga tidak selalu dapat dilakukan pada kasus Limfoma Hodgkin kambuh karena masalah finansial dan ketidakmampuan fisik terutama pasien-pasien usia lanjut," ujarnya saat ditemui di Jakarta.
What's On Fimela
powered by
Teknologi penyembuhan terbaru
Semakin majunya zaman, teknologi di bidang kesehatan pun semakin berkembang. Seperti Teknologi pengobatan inovatif Antibody Drug Conjugate (ADC)memberikan harapan baru dalam bidang onkologi. ADC dapat meningkatkan harapan hidup pasien kanker Limfoma Hodgkin (kelenjar getah bening) yang mengalami kekambuhan.
Pengobatan ini merupakan salah satu bagian dari manajemen tatalaksana kekambuhan non transplantasi dalam bentuk targeted therapy yang menggabungkan monoclonal antibody dan zat sitotoksik serta mampu secara spesifik mengenali dan membunuh sel kanker.
“Antibody Drug Conjugate (ADC) yang dikategorikan sebagai terapi bertarget. Obat pintar ini berbeda dengan kemoterapi karena mampu mengenali sel Limfoma Hodgkin melalui ikatan antara antibodimonoklonal anti-CD30 dengan CD30 yang berada di permukaan sel Limfoma Hodgkin. Obatpintar ini merupakan kombinasi antibodi dan zat sitotoksik yang disebut ADC," ujar Dr. dr. Ikhwan
Ia pun menambahkan jika ADC inimengandung dua komponen yaitu antibodi monoklonal anti-CD30 yang dinamakancBrentuximab dan monomethyl auristatin E (MMAE) yang merupakan agen anti-neoplastik sintetik dan dinamakan Vedotin. Sehingga obat pintar ini diberi nama Brentuximab Vedotin(BV).
Ia melanjutkan, BV bekerja dengan cara berikatan dengan CD30 di permukaan sel LimfomaHodgkin untuk selanjutnya masuk ke dalam sel dan melakukan penghentian siklus kehidupan sel sehingga terjadi apoptosis sel (kematian sel).
"Obat pintar ini bekerja dengan mengenali dan menghancurkan hanya sel Limfoma Hodgkin dan tidakmenghancurkan sel lain, sehingga efek samping yang ditimbulkannya relatif lebih ringan dibandingkan kemoterapi pada umumnya," tutupnya.
Simak video berikut
#Growfearless with Fimela