Fimela.com, Jakarta Kasus kekerasan para perempuan meningkat 14 persen dibandingkan 2018 berdasarkan data Catatatan Tahunan 2019 yang dikeluarkan Komnas Perempuan. Bahkan kasus pemerkosaan dalam pernikahan terjadi sebanyak 195 kasus pada 2018.
Payung hukum yang belum kuat serta budaya patriarki yang mengakar menjadi salah satu penyebab pemerkosaan terus terjadi. Melansir dari Youthkiawaaz pada Jumat (8/11/2019) Dari sudut pandang sosiologis, masyarakat tidak secara terbuka berani berbicara soal pemerkosaan. Mereka justru mempromosikan pemerkosaan sebagai suatu hal yang menjijikan, bukan peristiwa kekerasan.
Diamnya masyarakat menjadikan pemerkosaan seakan sebagai bagian dari budaya, yang artinya dianggap biasa. Sebagai pemahaman praktis tentang istilah budaya pemerkosaan, kita harus menyadari bahwa istilah budaya ini menyiratkan bagaimana kita secara kolektif tentang pemerkosaan.
Mengabaikan dan memaafkan pelakukan serta kejahatan yang dilakukan menjadi sangat berbahaya karena menghambat kemajuan kecil apapun untuk menghilangkan kekerasan seksual. Promosi soal budaya pemerkosaan dimulai ketika perempuan diajarkan bagaimana caranya agar mereka tidak diperkosa. Seperti sangat memperhatikan pakaian yang dikenakan.
What's On Fimela
powered by
Menjadikan tindak pemerkosaan sebagai hal umum
Ini dinilai lebih baik dan lebih umum terjadi daripada memberikan edukasi pada laki-laki Sehingga ketika terjadi kasus pemerkosaan, korbannya akan cenderung ditanyai tentang apakah mereka mabuk atau menanyakan apa yang mereka kenakan saat itu.
Budaya pemerkosaan terbentuk dengan sangat sistematis di beberapa negara berkembang. Pertama dan yang paling utama adalah dibutuhkannya pikiran yang terbuka untuk bisa memahami konsep dan bagaimana budaya pemerkosaan tersebut menjadi sangat berbahaya.
Tidak ada solusi kondusif yang dapat ditemukan kecuali kita mengenali di mana budaya pemerkosaan itu dimulai dan bagaimana hal tersebut bisa dihentikan. Banyak tokoh dunia yang cukup akrab dengan budaya pemerkosaan. Fokus mereka akan mempersalahkan alkohol, pornografi, kebebasan tanpa batas untuk akses internet, dan pakaian sebagai alasan melakukan pemerkosaan. Sehingga mereka menghilangkan tanggung jawa pelaku pemerkosaan atas tindakan mereka.
Definisi budaya pemerkosaan yang melekat di masyarakat mendorong dan mendukung agresivitas seksual laki-laki dan kekerasan seksual terhadap perempuan akan diremehkan. Budaya pemerkosaan menyetujui dan mengabaikan kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan. Sekaligus mengirimkan pesan bahwa pemerkosaan sama halnya dengan seks.
Simak video berikut ini
#GrowFearless with Fimela
FIMELA ingin mengajakmu menjadi perempuan Indonesia yang tangguh, dan terbebas dari rasa takut. Ketahuilah bahwa setiap perempuan terlahir istimewa. Yuk, Grow Fearless bersama Fimela. Segera daftarkan dirimu di sini dan dapatkan undangan FIMELA FEST 2019.