Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
***
Oleh: Eneng Iseu Erisma - Cianjur
Terlalu terfokus pada masa lalu dan mencari yang lebih baik adalah kesalahan terbesarku. Bukan masalah menetapkan kriteria yang ketinggian. Tapi soal mencari tanpa memantaskan diri. Ditambah luka yang belum kelar, serta cercaan dari lingkungan sekitar, membuat hidup seolah tidak punya pilihan.
Keputusan mencari pendamping menjadi tergesa tanpa naluri cinta. Mungkin karena sebelumnya aku pernah gagal. Dan kegagalan itu telah meninggalkan goresan yang dalam, membayangkannya saja begitu seram. Hingga tokoh imajinasi tercipta membabi buta, mengharap kisah Cinderela terlaksana tanpa pintu hati yang terbuka. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana bisa segera memiliki sang imam dan membuat anak tak kehilangan sosok ayah. Karena, bukankah yang paling terdampak dalam perpisahan orang tua adalah anak? Dan aku tak mau itu.
Seperti kehilangan jalan, aku hanya menentukan tujuan tanpa tahu arah yang benar. Gejolak batin terus bertarung, bahkan sempat pula memulai hubungan hambar tanpa cinta, yang berujung kekerasan di masa pendekatan. Jelas saja, trauma semakin menjadi. Tapi penjuangan mencari lelaki tepat tak surut langkah. Mungkin sebutan janda terlalu sakit di telinga. Sehingga ingin memusnahkan status itu segera.
Aku sungguh kehilangan rasa. Hingga terjatuh dalam tuntutan nafkah dan membiarkan anak ditinggalkan demi sebuah pekerjaan. Hidup penuh kegundahan di awal, celoteh pun berseliweran dan mempertanyakan “rasa cintaku pada anak." Bagaimana seorang anak kecil yang belum bisa berjalan dengan benar tiba-tiba ditinggalkan, dititipkan tanpa pendampingan orangtua?
What's On Fimela
powered by
Semestinya Memang Tak Perlu Buru-Buru
Aku menderita, tapi inilah takdir yang harus diterima. Keputusan harus segera diambil meski berdampak pada suatu hal lain. Maka, belajar menyalurkan rasa bersalah dengan kerja yang benar, supaya semua bisa selesai dan pulang segera untuk memaksimalkan quality time yang terbatas quantity time, menjadi hal yang perlu dilakukan. Perlahan semua ternikmati. Meski dulu telah kehilangan banyak hal, tapi masih ada yang tersisa untuk tetap disyukuri.
Mengeksplorasi diri, mempermudah pekerjaan rumah dengan mencari pengasuhan terbaik , demi kebersamaan yang lebih intim. Benar-benar aku nikmati. Entah karena kicauan tetangga yang mulai surut disebabkan intensitas hubungan mulai berkurang atau karena aku sudah mulai sibuk dengan pekerjaan dan berfokus terhadap apa yang diperjuangkan. Entahlah, karena semakin hari rasa syukur dipanjatkan, cinta terhadap diri sendiri kian ada.
Aku menjadi tersipu, ketika dulu begitu menggebu mencari imam yang diinginkan, tertawa geli sendiri mejadi ajang menikmati masa lalu. Dan aku sampaikan, semudah membalikkan telapak tangan, jodoh idaman mudah ditemukan saat kita mampu mencintai diri dengan benar. Sungguh, karena ia kini telah ada di sampingku tanpa harus mengkhayal dan berjibaku dalam pencarian.
Pesanku, buat kamu yang memiliki trauma dengan hubungan sebelumnya namun mulai kepikiran ingin kembali membuka hati, jangan dulu terburu-buru. Sebab ada satu hal yang sangat penting dikuasai sebelum mengizinkan hati kembali mencintai si dia, yaitu mencintai diri sendiri.
***
Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini.
#GrowFearless with FIMELA