Kekurangan pada Diri Bukanlah Penghalang Meraih Mimpi

Endah Wijayanti diperbarui 01 Nov 2019, 13:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.

***

Oleh: Maitra Tara - Pati

Masih terbersit di ingatan, sekitar lima tahun lalu ada teman di dunia maya melayangkan sebuah pertanyaan ke kotak pesan. “Kamu di Singapura, ya? Sedang kuliah?”

Saat membaca pesan itu tidak banyak yang kupikirkan. Barangkali, dia tidak membaca postingan-postingan-ku di beranda. Aku sempat ragu untuk menjawabnya. Apakah harus kubilang aku ini adalah orang Indonesia yang berkuliah di sini atau aku bilang saja bahwa aku ini seorang tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja di sektor rumah tangga?

Lama berpikir. Bukannya apa-apa, saat itu aku memiliki sedikit perasaan minder jika teman-teman baruku di sebuah grup kepenulisan Facebook mengetahui pekerjaanku yang (maaf) dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya aku membalas pesan itu. Dan aku bilang aku tidak kuliah atau sekolah di Singapura. Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Nada kecewa bisa terbaca dari balasannya. Entah kecewa karena ternyata aku bukan orang yang diharapkan untuk memenuhi ekspektasinya atau karena latar belakang pekerjaanku.

 

2 dari 2 halaman

Jangan Pernah Berhenti Bermimpi

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@mentatdgt-330508

Semakin hari dan semakin lama aku terjun di dunia kepenulisan, bertemu dengan beberapa teman-teman penulis di Singapura, belajar menulis dari internet, dan juga meng-upgrade kemampuanku dibidang make-up (mengambil kursus make-up profesional) aku mulai tumbuh menjadi pemikir yang lebih dewasa dan menerima diri sendiri apapun keadaannya.

Aku yang dulunya minder, tidak percaya diri, kini mulai membuka diri dan berani bercerita melalui status-status media sosial maupun blog bahwa aku ini seorang pembantu rumah tangga dan latar belakang keluargaku adalah petani. I’m proud of it. Aku bangga dengan diriku sendiri yang anak petani dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, namun juga sebagai seorang penulis yang sudah memiliki buku, sekaligus mulai berani menyebut dirinya seorang blogger.

Teruntuk sahabat Fimela yang barangkali memiliki cerita yang mirip sepertiku, teruslah belajar dan yakinlah bahwa kekurangan yang ada pada diri kita bukanlah penghalang dalam meraih impian.

***

Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini.

#GrowFearless with FIMELA