Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
***
Oleh: D
Mencintai diri sendiri berarti mengakui kekurangan diri dan memaafkan segala kekurangan itu. Perjalananku dalam mencintai diri sendiri ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Semua bermula ketika aku menjalin hubungan dengan seseorang. Untuk informasi saja, aku tidak termasuk cantik jika dibandingkan dengan standar cantik di luar sana. Di mana cantik selalu identik dengan badan ideal dan kulit putih. Sedangkan aku? Aku kurus, tidak terlalu tinggi juga, aku memiliki warna kulit gelap, aku terlahir di keluarga yang serba pas-pasan, dan aku kuliah di kampus swasta.
Tahun pertama dalam hubungan sangat baik. Jika ada sesuatu yang kurang dalam diriku dan hidupku dia selalu membimbingku ke arah yang lebih baik. Ya, pastinya aku sangat senang karena dia membimbingku. Namun, ternyata bahagia tak selamamya.
Dia berubah ketika kita menjalin hubungan jarak jauh. Circle pertemanan dia juga berubah. Yang awalnya teman-temannya orang biasa, berubah jadi orang yang tuntutan sosialnya tinggi, orang-orang elit. Mungkin sebab itu dia berubah terhadapku. Dia sering memuntutku ini itu, memintaku untuk menggunakan produk pemutih lah, produk penggemuk lah, bekerja ini lah bekerja itulah agar aku mendapat uang tambahan untuk memberi produk kecantikan. Tentu saja aku tak menuruti perkataan dia. Dia hanya sebatas pacar untukku dan aku berhak atas apa yang akan kulakukan terhadap tubuhku.
Sikap dia yang selalu menuntut itu tak berhenti, dia mempermasalahkan aku yang kuliah di kampus swasta dengan kalimat, "Seandainya kamu kuliah di perguruan tinggi negeri." Setelah mendengar dia berkata itu aku langsung mengerti. Oh, dia nggak bersyukur jika aku kuliah di swasta, aku dipandang sebelah mata. Oke, aku masih terima.
Masalah Jerawat
Hingga akhirnya aku diberi cobaan berupa breakout (wajah yang penuh jerawat) karena salah dalam meracik face mask sendiri. Alih-alih memberi dukungan terhadap diriku yang saat itu down dengan breakout-ku. Siapa sih yang nggak down kalau dikasih cobaan jerawat seluruh wajah? Dia malah menyalahkanku karena adanya jerawat itu. Tentu saja aku sakit hati dengan omongan dia.
Seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau dia toxic buat aku, hubunganku yang awalnya hubungan yang saling support sudah berubah menjadi toxic relationship. Selain itu, dengan banyak pertimbangan aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Aku berpikir no matter how much I love him, but I love myself more. Aku nggak mau sering sakit hati lagi karena omongan dia. Aku nggak mau kegiatanku kacau karena dia. Aku nggak mau menjalin hubungan jika aku saja tidak bahagia. Kami berpisah.
Hanya dalam rentang satu bulan kami berpisah, dia punya pacar baru yang dia pamerkan ke aku, ''Nih kenalin pacar baruku, dia lebih cantik kan?'' katanya. Entah kenapa duniaku sedih seketika, di depanku hanya ada warna kelabu, bersedih. Dan pertanyaan-pertanyaan protesku yang kutunjukkan kepada Tuhan, kenapa kenapa dan kenapa? Kenapa Tuhan? Kenapa aku tak secantik mereka?
Meninggalkannya demi Kebahagiaanku
Saat itu ada laki laki yang menawarkan dirinya untuk membersamaiku walaupun saat itu aku sangat down dan wajah yang sedang breakout, dia menerimaku apa adanya. Tapi kutolak dengan halus karena aku sadar, yang kubutuhkan saat itu aku harus mencintai diriku sendiri dahulu sebelum menjalin komitmen dengan seorang laki-laki.
Aku berusaha mencintai diriku sendiri. Aku berusaha mengakui segala kekuranganku dan aku berusaha menerima itu. Tapi keadaan ternyata tak berjalan mulus, mencintai diri sendiri itu tak semudah yang dibayangkan. Yang ku lakukan saat itu aku membaca artikel atau buku tentang self-love sebanyak banyaknya, sibuk dengan hal hal positif yang menyenangkan bagiku, memanjakkan diri dengan travelling dan menjaga kesehatan kulitku.
Waktu begitu cepat berlalu bulan sudah berganti tahun. Ada beberapa laki laki yang menawarkan hubungan tapi selalu kutegaskan bahwa aku masih ingin sendiri. Mantanku juga datang dengan penyesalan, "Oh, maaf aku sudah bahagia," kataku.
Kini, aku menikmati kesendirian yang penuh kebahagiaan. Walaupun aku tak sempurna tapi aku bahagia.
Untuk kalian perempuan di seluruh dunia, tak peduli latar seperti apa yang ada di belakangmu, tak peduli kekurangan apa yang melekat pada dirimu, aku menegaskan, kalian cantik dan hebat. Jangan merutuki diri karena tak sesempurna perempuan lainnya. Jadilah dirimu sendiri, jangan terkecoh untuk menjadi orang lain agar disukai orang. Dengan menjadi diri sendiri, akan ada sesuatu yang terpancar dari dalam dirimu. Jadilah cantik dengan caramu sendiri, karena sudah fitrahnya perempuan itu cantik.
***
Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini.
#GrowFearless with FIMELA