Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
***
Oleh: Ratna Junita - Pekanbaru
Mengubah yang biasa menjadi tak biasa. Awalnya biasa saja tapi lama-lama itu membuatku tidak nyaman. Menepis rasa itu tidak cukup sekali, kan? Apalagi akan terasa ringan jika kita mempunyai banyak teman yang bisa melindungi, tapi nyatanya, malah mereka yang membuat aku sakit.
Dulu sewaktu SD aku sering di-bully oleh teman-teman sekelas yang melabeliku dengan sebutan “virus”, hingga banyak dari teman-teman yang tidak mau berteman bahkan menghindariku. Aku tidak tahu bagaimana sejarahnya kenapa aku dilabeli seperti itu dan sampai sekarang, itu hanya menjadi kenangan buruk.
Meski waktu itu cukup kecil, tapi banyangan dari ocehan buruk itu terkadang menghantui juga. Bayangkan saja, setiap harinya apa yang aku lakukan selalu jadi lelucon mereka untuk menertawaiku. Untungnya waktu itu aku bersikap bodoh amat dan diuntungkan dengan kondisi mata yang kurang bisa melihat dengan jelas. Sehingga bagaimana pun mimik muka orang-orang yang melabeliku tadi, tidak akan pernah bisa aku lihat dengan jelas.
Hingga akhirnya, di akhir semester kenaikan kelas, aku pindah ke sebuah sekolah negeri. Aku tidak tauh apa yang terjadi setelah itu, apakah ada nama-nama lain yang mereka cantumkan untukku atau mereka menerimaku apa adanya. Aku berharap semua baik-baik saja, apa yang telah sebelumnya buruk terpikirkan, ternyata tak pernah kualami lagi. Mereka menerimaku, Mungkin dari sinilah, aku menjadikan ejekan virus itu menjadi arti yang baik. Menyebarkan pengaruh baik bagi orang-orang di sekitar. Menonjolkan sisi positif dari diriku, mencoba membenahi kejadian masa lampu yang terkadang hampir tidak muncul lagi. Hari-hari yang dijalani pun terasa lebih ringan.
What's On Fimela
powered by
Memaafkan dan Menghapus Dendam
Aku tahu bagi sebagian orang itu adalah hal yang paling sulit, bahkan pelabelan pada diri seseorang bisa menyebabkan masalah yang cukup serius kedepannya. Untungnya aku berada di samping orang-orang yang baik, orang-orang yang mau menerima segala macam kekurangan, maupun kebodohan yang sering aku lakukan, nemerima semua hal yang ada pada diriku. Sejak saat itu aku belajar untuk mencintai diriku sendiri.
Kemudian, dari masa lalu lah aku belajar untuk memperbaiki setiap waktu. Kadang-kadang ketika kembali mengulang cerita lama aku hanya tersenyum, sebab bukannya tak mampu membalas tapi karena kebetulan Tuhan sedang melindungiku. Aku belajar untuk mencintai diri dengan mengali potensi-potensi terpendam yang selama ini tak kugunakan sebaik-baik mungkin.
Terkadang masa lalu lah yang mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik di kehidupan yang akan datang. Menepis stigma negatif, kemudian mengartikan dan bertindak positif. Percayalah, yang awalnya terasa negatif akan terasa positif jika kita bisa mengubahnya dan itu tergantung pada mindset kita masing-masing. Dan percayalah berubah adalah pilihan. Menerima dengan hati yang lapang dan hapus semua dendam adalah pilihan terbaik untuk bisa menikmati hidup yang lebih baik ke depannya.
***
Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini.
#GrowFearless with FIMELA