Kenalkan Pendidikan Seksual Sejak Dini, 9 Tahapan Ini Bisa Kamu Terapkan untuk Anak

Nabila Mecadinisa diperbarui 27 Okt 2019, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pendidikan seksual merupakan sarana untuk mengajarkan mengenai kesehatan alat reproduksi. Melalui pendidikan seksual ini, diharapkan pelecehan seksual dapat dicegah serta menyadarkan kepada masyarakat luas betapa pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi. Untuk itu, dilansir dari id.theasianparent.com UNICEF bersama WHO, dan UNAIDS bekerjasama dalam merancang panduan pendidikan seksual bagi orangtua dan pendidik. Panduan pendidikan seksual ini bisa dijadikan acuan untuk menjelaskan berbagai fenomena seksualitas manusia, termasuk LGBT. International Guidance Sexuality Education volume 2 membagi pendidikan seksual anak dalam empat level yang bisa kamu terapkan pada si kecil.

Level I untuk anak usia 5-8 tahun

1. Mulai dengan hal dasar

Jelaskan pada anak fungsi dan peran keluarga serta masing-masing anggotanya. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua yang bertanggungjawab terhadap anak-anak. Setiap anggota keluarga harus saling menjaga satu sama lain. Komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan membangun hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Kamu bisa mengatakan kepada si kecil, “Adik bisa berbagi cerita apa saja dengan anggota keluarga, cerita sedih dan senang. Jika ada yang ingin adik tanyakan, tanyakan pada ibu, ayah atau kakak.”

2. Ajarkan anak untuk berteman dengan siapapun

Pertemanan berlandaskan pada rasa percaya, peduli, empati dan solidaritas. Teman bisa ditemukan di mana saja, seperti di lingkungan rumah, di sekolah, dan di tempat ibadah.

2 dari 3 halaman

Kenalkan Pendidikan Seksual Sejak Dini, 9 Tahapan Ini Bisa Kamu Terapkan untuk Anak

Berikut tahapan yang bisa dilakukan untuk kenalkan pendidikan seksual sejak dini bagi si kecil. (Photo by Xavier Mouton Photographie on Unsplash)

3. Cara mengekspresikan cinta dan kasih

Ada banyak cara dalam mengekspresikan cinta. Cinta kepada anggota keluarga dan teman dapat ditunjukkan melalui kata-kata dan perbuatan. Ajarkan ia untuk mengucapkan salam dan berterimakasih. Si kecil juga harus mengekspresikan cintanya, ajari ia mengungkapkan kata cinta seperti “Aku sayang ibu,” atau ” Aku sayang ayah,”. Cinta pada saudara atau teman dapat dilakukan dengan saling berbagi dan saling menjaga.

4. Kenalkan anak dengan perbedaan

Setiap orang terlahir berbeda - beda dan layak untuk dihargai. Perbedaan bisa terjadi karena bentuk fisik, kepercayaan, dan keadaan keluarga. Namun, coba jelaskan pada si kecil bahwa perbedaan bukan penghalangan untuk berteman. Kondisi kesehatan seseorang juga tak bisa jadi alasan untuk tidak berteman. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam hidup yaitu menjalani kehidupan dengan baik.

5. Kenalkan anak dengan arti pernikahan

Setiap orang bisa memilih pasangan untuk menikah atau dijodohkan. Kamu bisa ceritakan bagaimana kamu sebagai orangtuanya akhirnya bisa menikah. Ini akan membangun pemahaman dasar bahwa anak lahir setelah ada hubungan pernikahan antara ibu dan ayah. Terbukalah dengan menerangkan pada si kecil bahwa pernikahan bisa berakhir dengan perceraian, dan perceraian akan mempengaruhi keluarga. Informasikan juga bahwa pernikahan yang dipaksakan dan pernikahan yang melibatkan anak-anak itu ilegal.

 

3 dari 3 halaman

Kenalkan Pendidikan Seksual Sejak Dini, 9 Tahapan Ini Bisa Kamu Terapkan untuk Anak

Ilustrasi/copyright shutterstock.com/Dragon Images

Level II, anak usia 9-12 tahun

1. Peran dan tanggungjawab anggota keluarga

Di usia ini anak tidak hanya mengetahui perannya, namun juga tanggung jawab dirinya sebagai anggota keluarga, misalnya kakak dan adik juga bertanggungjawab saling menjaga selama bermain. Jika ada hal yang membahayakan, kakak atau adik harus segera memberitahu ayah atau ibu.

2. Libatkan anak dalam mengambil keputusan

Komunikasi antar anggota keluarga penting dalam mengambil keputusan. Karena dalam level ini anak sudah dikenalkan dengan tanggung jawab, kamu sebagai orang tua bisa meminta pendapat mereka saat musyawarah keluarga. Misalnya saat orangtua berencana memisahkan kamar anak-anak. “Apakah kamar kakak dan abang sudah saatnya dipisahkan? Bagaimana menurut kalian?” dengan begitu anak akan merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk mengungkapkan isi pikiran mereka.

3. Pertemanan yang sehat

Hubungan pertemanan bisa jadi sehat dan tidak sehat. Jika terjadi kekerasan seperti memukul, mencaci atau bully, artinya hubungan pertemanan tidak sehat. Perilaku buruk seperti melecehkan, mengucilkan dan memukul dapat melukai hati seseorang. “Setiap orang bertanggung jawab membela orang yang dilecehkan, dibully atau dikucilkan. Jika adik atau kakak melihat ada teman yang dipukul atau diperas teman lain, segera beritahu ayah, ibu atau guru di di sekolah”.

4. Pernikahan, menjadi orangtua dan tanggung jawabnya

Ini adalah dasar pendidikan seksual untuk anak. Orang dewasa yang telah menikah kemudian akan menjadi orangtua karena kehamilan, adopsi atau cara lain) untuk memiliki anak. Kamu bisa memberikan penjelasan lebih detil apa itu hamil dan alasan orang mengadopsi anak. Setiap orang berhak memutuskan untuk menjadi orangtua, termasuk mereka yang sedang sakit, berkebutuhan khusus, hingga penyandang disabilitas. Setelah menjadi orangtua, orang dewasa harus bertanggung jawab terhadap anak mereka, misalnya dengan memberi makan, pakaian, kasih sayang, atau hadiah kecil sebagai wujud kasih sayang atau kebanggan kamu sebagai orangtua kepadanya.

(Iffah Nurahmah)

#GrowFearless with FIMELA