Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
***
Oleh: Laksi - Bekasi
Nama saya Laksi. Saya ingin berbagi cerita. Suatu hari mendapat panggilan kerja di sebuah RS untuk wawancara dan tes. Lolos semua, tapi saya dengan status magang karena tiga bulan menggantikan cuti lahiran teman d ibagian kesmik. Di bagian kesmik berkenalan dan beradaptasi dengan rekan-rekan lalu diajari bidang yang terkait dengan pekerjaan saya. Satu bulan saya menyelami di bidang ini, yakni coding. Satu bulan ini saya sambil menunggu sistem obat selesai dikerjakan, nanti kalau sudah selesai sistem obat di farmasi baru saya dipindah ke sana. Di bidang kesmik, semua rekan baik-baik.
Setelah satu bulan berlalu saya dipindah ke farmasi lalu berkenalan dan beradaptasi dengan rekan-rekan di sana, saya diajari cara entry data obat ke dalam sistem. Dalam beberapa bulan ada obat-obat yang tidak terdaftar di database kemudian saya datangi Mbak Mitha untuk solusi. Saya catat obat-obat yang belum terdaftar di database lalu sebagai penggantinya obat apa.
Hari demi hari saya bertemu dengan Mbak Mitha terkait kesulitan saya ini, karena saya bukan berlatar belakang farmasi, tapi saya berusaha untuk tegar dan menikmati pekerjaan saya. Saya tidak dimasukkkan ke dalam WA Group dengan alasan bukan lulusan farmasi. Saya sedih dalam hati merasa tidak dianggap, dikecilkan oleh rekan-rekan, kalau saya masuk WA Group tersebut saya otomatis tahu nomor HP rekan-rekan dan membicarakan bidang farmasi agar saya tahu pengalaman dari cerita-cerita di grup tersebut walaupun saya bukan lulusan farmasi.
Mungkin saya tidak dianggap penting. Namun, mungkin di kemudian hari saya memiliki teman-teman yang aware dan care terhadap saya. Berkas-berkas obat sudah selesai semua di-entry, dan pada tahun 2018 diluncurkan BPJS yang baru jadi cara mengoperasikannya berbeda, yaitu pasien datang langsung entry, rekan-rekan farmasi enjoy dengan sistem ini akhirnya saya sudah tidak dibutuhkan lagi.
Keesokan paginya saya melapor diri kepada koordinator farmasi. "Bu, saya sudah tidak punya pekerjaan lagi di sini, entry data saya sudah selesai semua, bagaimana dengan kelanjutan saya di sini?"
"Baik Laksi. Terima kasih laporannya. Kamu mau data entry lagi?"
"Data entry boleh atau yang lain boleh terserah Ibu."
Bu Koordinator Farmasi, "Nanti saya beritahu kembali jika sudah ada, sementara bantu mengemas obat pasien dulu ya sambil nunggu." "Baik, Bu." Dua hari kemudian Ibu Koordinator berangkat umroh.
Sudah Melakukan yang Terbaik
Selama membantu pengemasan obat untuk pasien saya ditelepon staf HRD untuk ke lantai 7. Dari awal hingga selesai di farmasi kurleb 1,5 bulan, belum dapat seragam, status magang, belum dapat THR dan cuti tahunan. Dalam hati hanya bisa menangis saat berada di kamar dan selalu berdoa agar menjadi menjadi manusia yang sabar dan tabah dalam musibah ini. Ingat selalu di dalam jiwa yang sehat terdapat raga yang kuat, lalu saya bangkit walau keadaan apapun.
Di lantai tujuh berkumpul di sebuah ruang kosong. Di sana ada Manager HRD, Koordinator Rekam Medis, dan saya. Saya diberitahu kalau Senin sudah bisa bergabung di Rekam Medis. Terjadi untuk kedua kalinya saya tidak dimasukkkan kedalam WA Group. Di sini bekerja dengan sistem sif.
Saya diberi jadwal dalam satu bulan, selama tiga minggu masuk siang dan satu minggu masuk pagi. Hampir setiap rekan bertanya lulusan saya, saya menjawab sarjana. Lalu pertanyaan tidak enak dilontarkan kepada saya, "Mbak Laksi kan sarjana, cari yang lebih baik lagi di luar sana. Saya sudah 45 tahun di sini. Mbak kan masih muda masih banyak peluang."
Dalam tiga minggu kemudian saya dipanas-panasi dengan pertanyaan/sindiran yang konyol yang menjatuhkan. Setelah tiga minggu berlalu ada telepon dari HRD ke koordinator bahwa saya sudah tidak diperpanjang magang tersebut dan diberikan waktu satu bulan masih bekerja untuk mendapatkan paklaring. Saya menyetujui demi mendapatkan paklaring.
Satu bulan terakhir sedih hati saya sampai wajah saya tidak bisa tersenyum, jika berpapasan dengan pasien saya menunduk. Saya minder dengan wajah yang sedih banget tapi masih mau bicara jika ada yang mengajak ngobrol. Setelah genap satu bulan kerja saya ditelepon untuk janjian dengan HRD untuk bisa mendapatkan paklaring. Saat pulang kantor bertemu dengan beliau. Saling jabat tangan rekan-rekan rekam medis dan mereka memberi saya cinderamata atas patungan mereka. Saya menerima dan saling memaafkan kesalahan di antara kami.
Setelah saya mendapatkan paklaring, plong hati saya untuk mencari pekerjaan kembali. Terima kasih kepada Allah SWT, ternyata di dalam hidup selalu ada musibah dan cobaan yang dihadapi. Tinggal bagaimana bersikap, berpikir jernih, dan ikhlas semua akan berakhir pada waktu yang telah ditentukan. Dengan adanya musibah dan cobaan membentuk karakter atau jati diri yang lebih baik lagi untuk masa depan.
***
Sudah siap untuk hadir di acara FIMELA FEST 2019? Pilih kelas inspiratifnya di sini.
#GrowFearless with FIMELA