#RambutAkuKataAku, Sharing Inspiratif Bareng Dian Sastro di Event Dove x Fimelahood

Iwan Tantomi pada 22 Okt 2019, 18:03 WIB

Fimela.com, Jakarta Kesehatan mental jadi isu yang sering dialami perempuan, namun sayangnya banyak yang belum aware tentang persoalan yang satu ini. Masalah kesehatan mental terutama untuk perempuan disebabkan dari banyak hal, misalnya media sosial. Terlebih hidup di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, penggunaan media sosial seringkali menampilkan standar tertentu bagi seseorang untuk tampil di depan publik. Hal yang paling sederhana adalah standar untuk kecantikan.

Sahabat Fimela pernahkah merasa bahwa kecantikanmu ditentukan oleh stereotip yang dibuat orang lain?

Mengenai hal itu, Clinical Psychologist, Intan Erlita menyatakan bahwa tak sedikit orang menilai kalau perempuan cantik itu adalah mereka yang bertubuh langsing, berkulit putih, serta berambut hitam, lurus dan panjang.

"Itulah stereotip yang menempel dan membuat para perempuan yang tidak masuk kriteria tersebut menilai bahwa dirinya tidak cantik," jelas Intan dalam acara Dove X Fimelahood dengan Campaign #RambutAkuKataAku di The Hermitage Hotel, Menteng, Kamis (10/10).

© FIMELA

Ketika stereotip itu melekat dipikiranmu, apa yang akan terjadi? Pastinya kamu berusaha tampil mengikuti apa yang ingin dilihat orang lain. Nah yang paling sering dibahas para perempuan kebanyakan adalah model rambut.

Artis cantik Dian Sastro misalnya. Dalam acara itu, Dian mengaku bahwa dia adalah tipe orang yang suka gonta-ganti gaya rambut. Dipanjangin, dipendekin, diwarnain, semua pernah dilakukannya. Tapi ketika dia mengubah penampilannya, tak sedikit warganet yang memberi penilaian tajam.

© FIMELA

"Pernah posting model rambut baru. Terus aku lihat komentar netizen sudah banyak banget. Buat mereka yang bagus itu rambut panjang menggelora. Padahal kan enggak. Mereka harusnya lebih open minded. Pernah enggak sih abis potong rambut, terus kita sendiri masih belum biasa dengan potongan rambut yang baru? Jadi kayak masih cari bagusnya belah tengah atau belah pinggir? Komentar itu yang bikin jadi enggak pede melihat postingan aku sendiri," kata Dian.

Harus Lebih Berani

Ya, tak memiliki rambut lurus dinilai sebagai kekurangan. Padahal hal itu enggak benar lho, Sahabat Fimela. Editor in Chief Fimela, Amelia Ayu Kinanti menjelaskan, saat ini tak sedikit perempuan yang fokus pada kekurangan orang lain.

"Kami (Fimela.com) enggak bosan ngasih tahu bahwa kita enggak mungkin enggak punya kekurangan. Tapi kita punya kelebihan juga. Narasi itu yang terus diberitahukan. Enggak apa-apa punya kekurangan, brave dulu saja. Gimana caranya membuat orang lain enggak fokus ke kekurangan kita itu," kata Ayu.

© FIMELA

Senior Brand Manager Dove dan TRESemmé, Miranti Burhan membeberkan hasil riset Dove pada 2017. Ternyata 86 persen orang Indonesia merasa dirinya tidak cantik. Juga 58 persen merasa kesuksesan didapat dari penampilan.

Maka dari itu, melalui acara ini, Dove ingin mengedukasi Fimelahood agar ikut menyebarkan informasi positif mengenai kesehatan mental dan stereotip seputar kecantikan. "Dove berkomitmen untuk meningkatkan rasa percaya diri perempuan terutama di Indonesia, karena semua orang berhak merasa cantik, dimulai dari rambut," kata Miranti.

Lewat acara ini, Dian menambahkan agar para perempuan Indonesia harus lebih yakin dan percaya diri dengan apa yang dimiliki. Ketika sudah mengenal diri sendiri, Dian berharap agar perempuan Indonesia bisa lebih mandiri.

"Untuk menghadapi stigma negatif konsep kecantikan yang sudah terlanjut stereotip, perempuan jadi harus bisa mandiri dan mendikte konsep cantik menurut diri kamu sendiri. Enggak perlu mengikuti kata netizen," katanya.

Aktivitas Seru

Tanpa perlu merasa malu atas semua perbedaan jenis rambut dan fisik dengan perempuan lain yang menjadi masalah kesehatan mental, Mutia Ribowo dari Art Therapy Jakarta, dalam materinya menyampaikan tentang self-awareness. Menurutnya self-awareness menjadi kunci utama dalam proses pemulihan kesehatan mental.

© FIMELA

Art therapy terkait kesehatan mental itu dilakukan singkat dengan kegiatan seru, yaitu Dual Self Potrait. Puluhan peserta terlihat antusias ketika dibagikan lembaran kertas dan pensil warna. Ya, mereka diminta untuk bersikap jujur dalam menginstrospeksi diri dengan menggambarkan serta menuliskan outer dan inner self mereka.

"Manfaat kegiatan yang didapat dari kegiatan ini adalah peserta dapat dengan jujur mengenali dirinya, mawas diri, mengakui jati dirinya, serta berani untuk meminta pertolongan dan memulai perjalanan penyembuhan kondisi mental mereka," jelas Mutia.

Tag Terkait