Fimela.com, Jakarta Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
***
Oleh: R - Solok
Aku adalah perempuan tamatan S2 dari salah satu universitas ternama di Indonesia, tapi mencintai seseorang membuat aku menyerah untuk berkarier dan menikah dengan laki-laki pilihanku, sehingga menunda untuk berkarier. Sungguh suatu pilihan hidup yang berat bagi aku dan orang tuaku, tapi kadang hidup tetaplah harus memilih. Maka, aku memilih berumah tangga.
Sekarang setelah 6 tahun perjalanan rumah tangga kami, kami telah dikaruniai dua orang buah hati yang pintar dan lucu. Sungguh suatu kebahagiaan hidup yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Awalnya semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja, semuanya begitu sempurna dengan kehadiran buah hati kami.
Namun, seiring berjalannya waktu semua berangsur-anssur mulai berubah, suami yang awalnya sangat manis dan perhatian mulai terlihat menjauh dari kami. Entah apa penyebabnya, aku benar-benar tidak paham. Semuanya terasa sama saja. Tidak ada yang berubah sama sekali sejak kami menikah. Entah hidup yang monoton membuat suamiku mulai bosan, entah apa aku tidak mengerti.
Kesibukanku mengurus buah hati kami yang masih balita dan bayi membuat aku sampai tidak menyadari bahwa suamiku mulai berubah. Suami lebih sering sibuk sendiri dengan HP-nya ketimbang bersenda gurau dengan aku dan anak-anak. Suami tidak lagi senang mendengarkan cerita-ceritaku tentang hari-hariku bersama anak-anak, seakan semua begitu membosankan baginya.
What's On Fimela
powered by
Menjadi Bahagia Lebih Dahulu
Tidak sekali dua kali aku berusaha mengerti, hingga tidak lagi terkatakan betapa aku mulai merasa kesepian tanpa perhatian dari suami. Aku berusaha memberi suamiku ruang untuk dia dapat sedikit menikmati waktunya tanpa kami dan hanya bertanya kabar melalui HP. Tapi tetap saja suamiku tidak berubah. Hingga aku benar-benar merasa frustrasi dalam diamku. Menjadi ibu yang frustrasi sangat berpengaruh terhadap anak-anak kami, mereka sering rewel dan sulit diatur. Beberapa bulan aku terjebak dalam kondisi seperti ini, hingga aku menyadari betapa bodohnya aku.
Sekarang aku berusaha untuk memahami dan memperbaiki keluargaku. Aku mendapatkan pekerjaan yang sekaligus tetap bisa mengurus anak-anak dengan baik. Aku mulai berbicara dari hati ke hati dengan suami, sehingga menemui jalan tengah masalah kami, sehingga semua kembali normal.
Aku berusaha menjadi ibu dan istri yang bahagia sehingga keluarga kami menjadi keluarga yang bahagia. Diam dan hanya menyimpan semua di dalam hati tidak akan menyelesaikan masalah, tapi mulai untuk bergerak dan berkata dengan bijaksana akan memperbaiki semuanya. Semua ini dimulai dari mencintai diri sendiri dan mulai belajar untuk memperbaiki diri, mengoreksi diri tanpa menyalahkan orang lain. Kadang kita hanya melihat suatu keadaan dari sisi orang lain, tanpa memandang dan bercermin pada diri sendiri bahwa sebenarnya kitalah sebagai seorang istri yang harus mulai memperbaiki semua keadaan.
***
Hai Sahabat FIMELA, pastikan dirimu untuk hadir di FIMELA FEST 2019. Ikuti semua keseruannya, dan jangan lupa untuk submit data darimu di sini, untuk mendapatkan undangannya.
#GrowFearless with FIMELA