Fimela.com, Jakarta Pemerintah Singapura memiliki perhatian yang cukup besar dalam menggarap wisata budaya atau heritage tourism yang mereka miliki untuk menarik jumlah wisatawan ke negeri Singa ini.
Menurut Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Panca Sarungu, Singapura lebih serius dalam mengaktualisasikan spot-spot peninggalan sejarah dan budaya mereka jika dilihat dari bagaimana pemerintah negara tersebut memelihara situs bersejarah warisan penjajahan Inggris untuk dijadikan destinasi wisata yang unik.
“Banyak gedung-gedung peninggalan kolonial yang masih berfungsi seperti sekarang. Bisa kita lihat seperti gedung bekas kantor pos yang menjadi hotel, ruko-ruko lama, hinga museum seni. Mereka lebih maju dalam heritage tourism service, dan ini bisa menjadi alat jualan mereka juga,” tuturnya di Jakarta, Senin (14/10/2019).
Panca menambahkan, di Indonesia juga banyak spot-spot wisata sejarah dan budaya yang bisa dikunjungi wisatawan. Menurutnya, pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah bisa meniru bagaimana keseriusan Singapura dalam hal manajemen pariwisata di bidang ini.
“Untuk mengelola wisata sejarah, kita perlu belajar dari mereka. Namun sebenarnya daya tarik Singapura bagi orang Indonesia lebih mengarah pada wisata belanja dan manmade attraction seperti Universal Studio. Sedangkan daya tarik Indonesia bagi wisatawan Singapura adalah panorama alamnya yang masih asli, dan ini yang tidak dimiliki negara-negara yang berorientasi pada pembangunan fisik kota,” ungkap Ketua Umum DPP Masyarakat Sadar Wisata tersebut.
What's On Fimela
powered by
Wisata sejarah di Singapura
Senada dengan itu, Tatiana Gromenko, pendiri SGB, sebuah digital platform multi-channel mengenai Singapura, mengungkapkan bahwa wisata budaya dan sejarah di Singapura cukup beragam, mulai dari gedung, museum, hingga situs bersejarah. Bahkan menurutnya, di balik lokasi wisata yang sering dikunjungi para pelancong, terdapat nilai sejarah di belakangnya.
“Misalnya saja Merlion Park. Banyak sekali wisatawan yang mengabadikan momen mereka di sana karena tempatnya yang estetis, apalagi kalau malam hari. Namun mungkin tidak banyak yang tahu kalau lokasi tersebut dulunya adalah kampung nelayan dan konon merupakan tempat pertama kalinya Stamford Raffles menginjakkan kaki di Singapura,” tuturnya.
Singapura merupakan negara multi etnis
Selain itu, Tatiana menambahkan, Singapura sebagai sebuah negara yang multi etnis menyimpan segudang peninggalan sejarah dari berbagai ras khususnya bangsa Melayu.
“Di Singapura banyak sekali masjid-masjid yang sejak zaman dulu yang hingga saat ini masih eksis. Bahkan umurnya rata-rata hampir dua abad, seperti masjid Sulthan, masjid Hajjah Fatimah, dan masjid Omar Kampung. Semua didirikan di zaman kolonial sehingga menjadi prasasti sejarah yang masih diberdayakan sampai sekarang,” tambahnya.
Wanita Rusia yang fasih berbahasa Indonesia ini juga mengatakan kalau jumlah wisatawan Indonesia di Singapura meningkat setiap tahunnya. Untuk membantu mereka, tuturnya, ia membuat sebuah platform multi-channel berbahasa Indonesia yang mengedukasi tentang Singapura.
“Kami menerbitkan majalah digital yang bisa diunduh gratis sebagai panduan para wisatawan Indonesia. Harapannya, SGB ini bisa menjadi pelengkap informasi yang lebih terintegrasi mengenai Singapura bagi wisatawan, khususnya dari Indonesia,” tutupnya.
#GrowFearless with Fimela
Daftarkan dirimu di sini untuk mengikuti berbagai kelas inspiratif di FIMELA FEST 2019!