Fimela.com, Jakarta Mager atau malas gerak menjadi salah satu kebiasaaan umum yang dilakukan generasi milennial. Berawal dari perasaan malas justru bisa menjadi sebuah kebiasaan yang membuatmu enggan melakukan apapun.
Dari kebiasaan mager ini akan membuatmu enggan bersosialisasi. Menurut psikolog Kasandra Putranto, seseorang yang memiliki kebiasaan malas gerak justri menjadi rentan terhadap depresi.
"Depresi umumnya disebabkan karena tidak bahagia, tidak bergerak dan banyak pikiran. Dopamin rendah, Adrenalin rendah dan serotonin tinggi," jelas Kasandra saat dihubungi melalui telepon.
Remaja yang menyuarakan kebiasaan mager atau malas gerak menjadi kelompok yang rentan depresi. Lebih lanjut, Kasandra menyebut bahwa mager bisa berujung pada depresi disebabkan oleh kadar adrenalin dan dopamin yang rendah. Sementara tingkat serotoninnya menjadi tinggi.
What's On Fimela
powered by
Membuat pikiran diisi dengan hal positif
Sementara itu, depresi menjadi salah satu penyebab remaja untuk melakukan bunuh diri. Di Indonesia, bunuh diri karena depresi menjadi nomor empat berdasarkan data pada tahun 2000. Diprediksikan jumlahnya akan bergerak naik menjadi pembunuh nomor dua di 2020.
Untuk mengantisipasi adanya peningkatan tersebut, menurut Kasandara, diperlukan penanaman nilai-nilai kebahagiaan, giat bergerak dan mengendalikan pikiran pada generasi milennial. Kebiasaan untuk aktif bergerak, memiliki kegiatan yang bermanfaat, menjaga pola hidup sehat, berprestasi, membatasi pikiran negatif, dan memperoleh makna kebahagiaan.
Dengan demikian, bunuh diri tidak menjadi solusi untuk mengakhiri tekanan yang hadir dalam kehidupan. Ketika seseorang masih menggandrugi rasa mager, kemudian menjadi depresi, akan cenderung memikirkan hal negatif daripada berusaha bergerak atau mencoba mencari makna positif.
Simak video berikut ini
#GrowFearless with Fimela
Fimela ingin mengajak kamu untuk lebih inspiratif dan positif dengan berbagai kelas inspiratif di Fimela Fest 2019. Yuk! daftarkan dirimu, di sini.