Menantikan Malam Puncak Dewi Fashion Knights di JFW 2020

Meita Fajriana diperbarui 14 Okt 2019, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pekan mode Jakarta Fashion Week (JFW) 2020 segera berlangsung. Di antara deretan aksi para desainer yang memamerkan karyanya, Dewi Fashion Knights (DFK) menjadi momen puncak yang dinantikan para pecinta mode. Gelaran ini menjadi momen perhelatan JFW yang akan menampilkan desainer-desainer pilihan pada tanggal 28 Oktober 2019.

Pada tahun ini, DFK mengusung tema borderless yang akan semakin mewarnai penyelenggaraannya. Tema ini dipilih sebagai bentuk penerjemahan dunia digital teknologi yang kini semakin kompleks dan tidak lagi mengenal batasan.

“Hal ini menggambarkan dunia tanpa batasan atau stigma. Bagaimana dunia melebur jadi satu. Kita bisa lihat melalui teknologi yang telah meruntuhkan beragam batasan. Begitu pula dengan gender yang menjadi fluid dan sudah tak bisa Iagi dikotak-kotakan,” kata Margaretha Untoro Editor in Chief Dewi Magazine kepada Fimela, Rabu (9/10/2019). 

Setiap tahunnya juga, Dewi Fashion Knights hadir dengan desainer atau kesatria mode terpilih. Sejak pertama kali diadakan pada 2008, DFK telah menampilkan desainer terbaik negeri yaitu Rinaldy A. Yunardi, Toton, Sapto Djojokartiko, Sebastian Gunawan, Barli Asmara, dan Peggy Hartanto.

Tahun ini, tiba waktunya DFK kembali mengumumkan desainer terbaik pilihan yang akan memamerkan karyanya di runway JFW 2020. Eksistensi, ketangguhan, serta kemurnian karya mereka menjadi suatu cerita yang indah. Ditambah, mereka juga akan menyuguhkan interpretasi Borderless versi masing-masing. DFK 2019 mempersembahkan empat orang kesatria mode terpilih, mereka adalah Auguste Soesastro, Mel Ahyar, Jeffry Tan, dan Adrian Gan. 

Nama-nama tersebut sudah lama menghiasi panggung mode tanah air lewat karya nan apik. Berikut inspirasi dari karya yang akan dihadirkan desainer terpilih di Dewi Fashion Knights tahun ini.

 
What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Auguste Soesastro

Dewi Fashion Knights . (Foto: Dok. DFK)

Auguste Soesastro mempunyai visi untuk berkontribusi dalam vokabuler pakaian Indonesia. la membawa modernisasi ke arah yang tetap bisa relevan dengan kehidupan sekarang tanpa mengurangi nilai aslinya.

“Dengan tidak adanya batasan gender, usia, bahkan waktu pada fashion, membuat saya bisa mengeksplorasi banyak elemen dan materi yang belum pemah sebelumnya saya padukan. Uniuk itu, saya akan menampilkan banyak elemen sportswear, terinspirasi dari active wear dan classic sports,” ungkap Auguste Soesastro. 

2. Mel Ahyar

Berbeda dengan Auguste Soesastro, Mel Ahyar memilih bermain dengan sisi ketidaksempurnaan dan keunikan. Keindahan yang ia temukan di dalamnya diangkat untuk mengajak orang mencintai kepribadiannya sendiri.

“Tema koleksi saya adalah Skins. Saya bercerita tentang media sosial dan kesehatan mental.  Skins menjabarkan karakter-karakter yang ada di media sosial,” kata Mel Ahyar.

Mel Ahyar juga membuat koleksi yang berkelanjutan dengan berusaha berkarya tanpa sampah. Polanya dibuat sedemikian rupa. Jikalau masih ada yang  tersisa, ia gunakan untuk bagian detail. 

 

3 dari 3 halaman

3. Jeffry Tan

Sejauh mata memandang by Chitra Subiyakto (Foto: Fimela.com)

Di sisi lain, Jeffry Tan ingin meleburkan beberapa unsur menjadi satu kesatuan seperti elemen laki-Iaki dan perempuan, structured dan fluid, geometrik dan sesuatu yang Spiral, serta tenun tradisional dan bahan material industri.

“Semua itu digabung dengan karakter saya yang maskulin dan tailored, sehingga lahirlah satu tampilan untuk wanita urban yang modern dan dinamis. Saya juga mengeksplor beberapa hal di luar zona nyaman yang tertuang da!am aksesori dan pola pada celana maupun lengan yang belum pernah saya eksplor sebelumnya,” kata Jeffry Tan menjelaskan. 

4. Adrian Gan

Begitu pula dengan Adrian Gan yang juga ingin mengungkap sisi lain dari kreativasnya. Meski ia selalu menampilkan kekhasannya menggabungkan dua elemen budaya yang berbeda. Kali ini, ia akan mengangkat kain ulos Batak yang dirancang Iebih modern melalui beberapa unsur bahan dan detail sehingga nampak kekinian dan wearable.

“Panggung DFK memungkinkan saya untuk menampilkan karakter yang sebenarnya. Koleksi ini adalah sebuah bentuk dari apa yang selama ini ingin saya buat dan belum pernah ditunjukan. Kebetulan, saya suka sekali dengan kain-kain tradisional, terutama kain-kain Indonesia yang sangat kaya motif dan makna.” ujar Adrian Gan. 

Keempat desainer ini siap mempersembahkan karya terbaiknya dalam gelaran DFK 2019. DFK bertujuan merayakan para talenta mode lokal yang telah membuktikan eksistensinya. Diharapkan Dewi Fashion Knights sebuah perayaan yang bertahan Iebih dari semalam dan memiliki peran aktif dalam menggerakkan kedinamisan dunia mode tanah air.

#GrowFearless with Fimela