Girls Take Over, 5 Anak Perempuan Indonesia Jadi Pemimpin dalam Sehari

Karla Farhana diperbarui 11 Okt 2019, 15:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Lima anak perempuan yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia, mengambil alih posisi sebagai pemimpin untuk sehari. Mereka, di usianya yang masih belia antara 15-17 tahun, belajar melalui kesempatan untuk menempati posisi pemimpin, dengan mengambil alih posisi Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, pimpinan Google di Jakarta, Pimpinan Redaksi di the Jakarta Post dan Media Indonesia, pada 9 Oktober 2019 di Jakarta. 

Kelima anak perempuan tersebut merupakan peserta kegiatan #GirlsTakeOver atau ‘Sehari Jadi Pemimpin’ yang digagas Plan Indonesia dalam rangka menyambut Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober 2019. Kelima anak tersebut terpilih melalui proses seleksi ketat yang dilakukan Plan Indonesia dan Youth Coalition for Girls. 

Selama 10 hari pendaftaran, ada 506 pendaftar dari seluruh Indonesia yang mengirimkan tulisan serta video mengenai isu gender di media. Menurut Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widiastuti, banyaknya anak perempuan yang mendaftar menunjukkan antusiasme yang besar. 

“Ini menunjukkan antusiasme yang besar dari anak perempuan Indonesia untuk menunjukkan potensi dirinya,” ujar Dini. 

Selain di Jakarta, #GirlsTakeOver juga dilakukan di Nusa Tenggara Timur dengan 3 posisi dan 3 anak perempuan. Mereka mengambil alih posisi Gubernur NTT, Pemimpin Redaksi TVRI NTT, dan Pemimpin Redaksi Pos Kupang. Menurut Dini, ada 16 anak perempuan lainnya yang juga ikut berpartisipasi dalam Girls Leadersip Camp. 

“Selain di Jakarta, kegiatan #GirlsTakeover juga dilakukan di Nusa Tenggara Timur dengan tigaposisi yang diambil alih tiga anak perempuan, yaitu Gubernur NTT, Pemimpin Redaksi TVRI NTT,dan Pemimpin Redaksi Pos Kupang. Sehingga ada total delapan anak yang terlibat dalam kegiatanSehari Menjadi Pemimpin, baik di Jakarta dan Kupang. Mereka mendapat pembekalan selama tigahari dalam Girls Leadership Camp secara terpisah di dua kota tersebut. Selain itu, ada 16 anakperempuan lainnya yang berpartisipasi dalam Girls Leadership Camp. Kami berharap mereka lebihberdaya untuk terus maju. Anak-anak perempuan ini juga nantinya dapat menjadi agen perubahanuntuk lingkungan disekitarnya,” jelas Dini.

 
What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Angkat Tema Perempuan di Media

Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf (kiri) dan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berfoto dengan lima anak perempuan terpilih yang berkesempatan mengambil alih jabatan menteri, dubes dan pemimpin redaksi dalam kegiatan 'Sehari Jadi Pemimpin.' | Banyu Communications

Kali ini, gerakan #GirlsTakeOver mengangkan sebuah tema dengan tajung "Perempuan di Media." Menurut Dini, tema ini sangat pas untuk membangun opini pubik yang positif mengenai perempuan dan pemimpin perempuan di media. Dia menjelaskan, pihaknya melibatkan pimpinan beberapa lembaga yang berperan besar dalam membangun opini publik tentang perempuan di media. 

Plan International juga bekerja sama dengan Girls Get Equal untuk melakukan sebuah riset mengenai anak perempuan di media. Tim melakukan riset terhadap 10 ribu anak perempuan di 20 negara dengan mengajak mereka menonton 56 film paling laris di tahun 2018, baik Hollywood, Bollywood. Kelima puluh enam film tersebut kebanyakan merupakan film action, thriller, drama, dan komedi. 

Dari riset tersebut, ditemukan beberapa poin menarik mengenai penggambaran perempuan di media, baik di berbagai film terkemuka serta iklan-iklan di media cetak: 

  • Anak perempuan terinspirasi tokoh dan gambar yang ditampilan media.
  • Perempuan yang memimpin diperlakukan tidak sebaik pria. 
  • Cuma sedikit perempuan yang mendapat peran penting dalam film. 
  • Sering kali, perempuan hanya menjadi pendamping pria untuk membangun unsur romantisme dalam film. 
  • Perempuan masih menjadi objek seks. 
  • Narasi cerita masih didominasi pria. 
  • Anak-anak yang tidak melihat tokoh pemimpin perempuan kurang percaya diri untuk memimpin. 

Sementara itu, masalah ketidaksetaraan ini juga terjadi di belakang layar. Dari 5 produser, hanya satu perempuan yang menempati posisi tersebut. Sementara itu, penilis skenario pun masih belum banyak. Riset ini menunjukkan, dari 10, hanya ada 1 penulis skenario perempuan. 

Temuan-temuan ini kemudian menjadi latar masalah yang akhirnya mendorong Plan International untuk mengadakan #GirlsTakeOver, dengan harapan dapat melahirkan lebih banyak pemimpin-pemimpin perempuan di Indonesia. 

3 dari 3 halaman

Simak VIdeo Berikut

#Growfearless with FIMELA