Teknologi Bayi Tabung Terbaik dan Terkini untuk Para Pejuang Buah Hati

Novi Nadya diperbarui 10 Okt 2019, 17:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Salah satu Klinik bayi tabung Morula IVF Jakarta di Jalan Teuku Cik Ditiro tiap harinya selalu terlihat ramai. Saat melihat pasangan suami istri yang keluar masuk, pastinya mereka memiliki harapan sama, yaitu memiliki buah hati.

Pantas saja, menurut data dari Morula IVF, sebanyak 14.000 pasangan sudah menerima pelayanan dan 33.000 orang pernah datang untuk berkonsultasi sepanjang periode 2014-2018. Puncak tertingginya yaitu tahun 2018 dengan 10.000 siklus di seluruh Indonesia.

pasangan seleb Tya Ariestya dan Irfan Ratinggang termasuk di dalamnya. Aktris dan atlet taekwondo yang sudah mengikuti tiga kali program bayi tabung ini berbagi pengalamannya selama mengikuti program in vitro fertilisation (IVF) di Media Gathering "Ultimate Service, Tingkatkan Kepercayaan Pejuang Buah Hati di Morula IVF Indonesia", di Cikang Coffee and Resto, Jakarta, Selasa (8/10).

Ia merangkum seluruh proses sejak awal program bayi tabung sampai mengetahui keberhasilan yang dijalani selama satu setengah bulan. Ia bersyukur mendapat dukungan dari orangtua yang menurutnya paling utama karena kala itu, dan bisa jadi sampai saat ini, bayi tabung masih dianggap tabu.

Belakangan, Tya justru mendapat beberapa pertanyaan tentang bayi tabung dari ibu teman-temannya. Dan dengan senang hati ia menjelaskan sejujur-jujurnya dan sedetail- detailnya, termasuk kegagalan saat proses bayi tabung kedua.

 

 
2 dari 4 halaman

Ikhtiar Para Pejuang Buah Hati

Media Gathering;Ultimate Service, Tingkatkan Kepercayaan Pejuang Buah Hati di Morula IVF Indonesia, di Cikang Coffee and Resto, Selasa (8/10). (Fimela.com/Novi Nadya)

Bayi tabung atau IVF sendiri adalah proses pembuahan yang dibantu dengan teknik reproduksi oleh manusia dengan mengambil sel telur dan sel sperma serta menggabungkannya dalam suatu kultur yang dilakukan di dalam embryologi, kemudian embrio ditransfer kembali ke dalam rahim ibu. Proses ikhitar para pejuang buah hati dibantu dengan tenaga medis kompeten, teknologi terkini, dan tentu menyerahkan semuanya pada yang Yang Maha Kuasa.

Sebanyak 48 tenaga medis mulai dari obgyn sampai scientist terus bertukar pengalaman dan mengobservasi kasus setiap harinya. Mereka tersebar di 10 klinik Morula IVF seluruh Indonesia, teranyar di Ciputat, Tangerang Selatan yang semuanya sudah mendapat akreditasi dari The Reproductive Technology Accreditation Committee di Australia.

Dengan SDM berpengalaman serta sepak terjangnya, klinik fertilitas yang merupakan bagian dari Bundamedik Healthcare System ini selalu melakukan improvisasi dan berinovasi pada teknologi. "Maka kami menyebut Morula IVF hi- tech, hi-result. Bukan cuma di Jakarta tapi tersebar di klinik Morula di Indonesia," ujar Scientific Director Morula IVF, Prof.Arief Boediono PhD.

Sejauh ini teknologi menyempurnakan pelayanan program bayi tabung, terutama untuk memilih sperma terbaik yang akan dipertemukan dengan sel telur menjadi embrio dan diantar kembali pada rahim para ibu pejuang buah hati.

 

Media Gathering;Ultimate Service, Tingkatkan Kepercayaan Pejuang Buah Hati di Morula IVF Indonesia, di Cikang Coffee and Resto, Selasa (8/10). (Fimela.com/Novi Nadya)
3 dari 4 halaman

Sederet Teknologi Terbaik dan Terkini

Kegiatan di laboratorium Morula IVF (Dok. Morula IVF)

Teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy) yang sudah berjalan selama tiga tahun terus ditingkatkan kualitasnya. PGT-A adalah tindakan pemeriksaan kromosom pada embrio dengan teknologi Next Generation Sequencing (NGS) yang dilakukan sebelum transfer embrio atau penanaman kembali embrio ke dalam rahim sebagai indikator kesuksesan proses bayi tabung.

"Dengan PGT-A, kami confidence tingkat ketepatan kromosom mencapai 93 persen dan saat ditanam embrio akan sehat di kemudian hari. Opsi PGT-A akan menyeleksi embrio lebih akurat," timpal CEO Morula IVF dr. Ivan Sini Sp.OG.

Teknologi canggih berikutnya adalah Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection (IMSI). Yaitu memilih sperma terbaik yang dilakukan lebih detail menggunakan mikroskop khusus dengan pembesaran sperma hingga 6.000 kali.

"Sebab sperma yang tidak sempurna bisa berakibat pada perkembangan embrio kurang baik dan berakhir dengan gagalnya program bayi tabung. Teknologi IMSI memungkinkan ahli embriologi memilih sperma terbaik dengan pembesaran sampai 6.000 kali," tambah Prof.Arief Boediono PhD.

Kecanggihan lainnya yang ditawarkan adalah teknologi Timelapse di mana pertumbuhan embrio dimonitoring dengan kamera sejenis cctv untuk mengurangi aktivitas buka tutup inkubator. "Bahaya jika kami terlalu sering buka-tutup inkubator untuk melihat embrio. Maka kami taru seperti mikroskop dalam inkubator yang meng-capture sepanjang hari," lanjut Prof.Arief.

Dan terakhir adalah layanan terbaru, yaitu ERA (Endometrial Receptivity Alanysis) untuk menentukan waktu paling tepat melakukan transfer embiro lewat biopsi pada endometrium atau dindin rahim. ERA diperuntukkan bagi pasien yang telah mengalami kegagalan program bayi tabung yang berulang dan bukan disebabkan oleh kualitas embrio.

 

4 dari 4 halaman

Biaya Mahal Vs Hidden Cost

CEO Morula IVF dr. Ivan Sini Sp.OG.

Group Morula IVF Indonesia memberikan kontribusi sebesar 40% dari pasar di Indonesia. Sementara pasar bayi tabung di Asia Tenggara masih didominasi pasien dari Indonesia.

Salah satu faktor penyebabnya adalah karena stigma layanan yang tidak baik dan mahal di Indonesia. Apakah benar program bayi tabung di negeri tetangga lebih murah ketimbang di Indonesia?

"Memang harga per harga sedikit lebih murah, tapi belum hitung biaya akomodasi, makan, nongkrong, stres karena jauh dari keluarga, banyak waktu hilang enggak bisa bekerja, kalau dihitung-hitung jadi lebih mahal jatuhnya karena ada hidden cost," ujar dr. Ivan.

Sementara soal biaya, faktor penentu terbesar adalah usia perempuan. Semakin muda, semakin kecil karena dosis yang dibutuhkan lebih sedikit. "Biaya tergantung usia wanita, lebih muda cost lebih murah sekitar Rp60-70 juta, sementara pasien yang sudah umur Rp 90-100 juta," jelasnya lagi.

Menurutnya, banyak pasien menjadikan bayi tabung sebagai opsi terakhir. Selain tabu, kebanyakan pasangan beranggapan buat apa bayi tabung di usia muda?

"Ada orang yang dari awal memang sudah harus bayi tabung karena misalnya salurannya buntu dan ini kartu mati, sperma nol, serta kondisi-konsisi lain yang mengharuskannya. Kami juga mengedukasi secara scientific, medis, dan etis, mana pasien yang layak dan tidak untuk bayi tabung," pungkas dr. Ivan.

 

#GrowFearless with FIMELA