Ragam Risiko Kehamilan Kembar Selain Twin to Twin Transfusion Syndrom

Novi Nadya diperbarui 09 Okt 2019, 16:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Twin to Twin Transfusion Syndrom (TTTS) menjadi bahasan hangat setelah pasangan selebritas Irish Bella dan Ammar ZOni kehilangan bayi kembar berusia 7 bulan di dalam kandungan. Twin to Twin Transfusion Syndrom menjadi salah satu risiko yang kerap membayangi kehamilan kembar.

Twin to Twin Transfusion Syndrom sendiri adalah komplikasi gangguan aliran darah dari plasenta ke janin. Kondisi ini membagi janin pendonor dan janin penerima darah yang menyebabkan salah satunya menerima lebih banyak darah dan satunya sangat sedikit.

"Twin to Twin Transfusion Syndrom menjadi salah satunya dari risiko hamil bayi kembar," ujar CEO Morula IVF Indonesia dr. Ivan Sini, SpOG, ditemui di Jakarta, Selasa (8/10).

Kehamilan kembar juga meningkatkan risiko bayi lahir cenderung prematur. Selain pembagian oksigen, bayi kembar juga akan sharing makanan dan nutrisi.

 

 

 
2 dari 3 halaman

Risiko Ibu yang Hamil Bayi Kembar

ilustrasi/copyright shutterstock.com

karena berbagi satu plasenta dan satu ketuban yang sama, maka terjadi kondisi ketidakadilan. Satu bayi akan lebih banyak mendapat asupan makanan dari kembarannya.

"Risiko lainnya adalah suplai makanan yang seharusnya distribusikan untuk satu anak jadi terbagi dua," lanjut dr. Ivan.

Selain berisiko bagi bayi, kehamilan kembar juga memiliki dampak besar bagi sang ibu. Sebab, perut perempuan didesain untuk seorang bayi.

"Rahimnya enggak cukup. Coba bayangkan bawa beban enam kilo di perut, belum ditambah air ketuban, bisa jadi 10-12 kilo dan dikandung selama sembilan bulan," sambungnya lagi.

Beratnya beban yang tak seharusnya ditanggung tentu mendatangkan risiko baru lagi bagi ibu hamil. Yaitu lebih rentang backhache atau sakit pinggang dengan komplikasi yang lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#GrowFearless with FIMELA