Fimela.com, Jakarta Era modern bukan lagi hanya sekadar perkara teknologi yang semakin cepat berkembang, tetapi mengenai dunia yang hampir segalanya telah digitalisasi. Buku, pendidikan, komunikasi, hingga hiburan kini tersedia dalam bentuk digital. Bukan hanya para orang tua yang mengalami perubahan cepat ini, tetapi juga anak-anak.
Sebagai orangtua, tentu harus menyadari soal perkembangan teknologi, terutama yang langsung terkait pada pendidikan dan kehidupan anak-anak generasi Y dan Z. Komunikasi kini sudah berjalan melalui segala macam platform digital, mulai dari aplikasi chatting, video calling, hingga media sosial.
Perkembangan fungsi media sosial yang kini tidak lagi cuma sebatas tempat berkumpul dan saling terkoneksi, tetapi juga menjadi wadah anak-anak muda untuk mengaktualisasi diri ini memegang peranan penting pada efek positif dan negatif pada perilaku dan pola pikir anak.
Bersamaan dengan efek positif, Pakar Ilmu Sosial, Budaya dan Komunikasi, Dr. Devie Rachmawati, M. Hum., CPRmengungkapkan mengungkapkan, media sosial juga memberikan efek buruk terhadap anak-anak muda Indonesia. Seperti stres yang meningkat. Menurutnya, anak-anak muda Indonesia, terutama perempuan, masih terikat pada conventional value meski hidup di era modern.
"Generasi Y dan Z sibuk untuk tampil dengan casing yang baik. Tampil keren. (Mengakibatkan) munculnya pemikiran untuk membandingkan diri mereka dengan diri orang lain. Ini akan mendorong mereka ketingkat stres yang tinggi hingga depresi," jelasnya kepada Fimela.com.
Pendapatnya ternyata sejalan dengan sebuah studi yang diterbitkan the Journal of Abdnormal Psychology yang menunjukkan, depresi yang dialami para remaja meningkat hingga 60% dalam kurun waktu 2009 hingga 2017. Psychology Today menulis, hasil penelitian tersebut menunjukkan anak-anak usia 12-13 tahun mengalami kenaikan tingkat depresi hingga 47%.
Sejalan dengan tingkat stres dan depresi yang meningkat, ada juga tren bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan tekanan psikologis yang cukup serius di antara para remaja. Untuk itu, peran orangtua dalam mendidik anak di rumah sangat penting untuk menjalankan pola asuh berkesadaran atau mindful parenting.
Apa yang Perlu Dilakukan Orangtua?
Psychology Today menulis, ada beberapa hal yang bisa orangtua lakukan. Di antaranya, menanamkan ras empati kepada anak demi mempersiapkan anak menghadapi era modern dan digital. Psikolog pendidikan Michele Borba mengatakan kepada Psychology Today betapa pentingnya menanamkan empati kepada anak di era ini, untuk membentuk karakter anak sehingga sukses di masa depan.
"Empati menjadi landasan untuk emnjadi orang dewasa yang bahagia, mampu menyesuaikan diri dan sukses di masa depan. Dengan empati, anak-anak akan lebih disukai, memiliki peluang untuk bekerja, lebih ulet, mampu memimpin denganbaik, memiliki hati nurani, dan sukses di masa depan," jelasnya.
Selain empati, orangtua juga perlu untuk melakukan pengawasan, pendampingan, dan pengarangan selama anak memanfaatkan media digital untuk menjalankan hidup dan belajar.
***
Ingin tahu lebih banyak tentang mindful parenting? Daftarkan dirimu segera dan dapatkan kesempatan untuk hadir di Fimela Fest 2019 di sini! Jangan lupa juga untuk mengikuti sebuah talkshow bertajuk "Menyiapkan Anak Menghadapi Era Modern" bersama Melly Amaya Kiong.
#Growfearless with FIMELA