Fimela.com, Jakarta Setelah menjadi ibu, menikmati me time juga tetap perlu. Hal ini diperlukan agar seorang ibu dapat menjaga kestabilan emosi dan energinya.
Namun, kerap kali melakukan me time disertai rasa bersalah. Rasa bersalah kepada anak, seperti ibu kerja umumnya meninggalkan anak dari pagi sampai malam hari. Sampai rumah bisa pukul 21.00. Maka untuk meninggalkan mereka lebih lama lagi, misalnya dengan berlibur tanpa anak, bukan pilihan saat ini.
Rasa bersalah para ibu ketika pergi me time, juga diiyakan oleh 79% responden survei. Jawaban yang menyertai pilihan tersebut adalah kekhawatiran anak tidak terurus dengan baik, kebutuhan suami tidak terpenuhi, dan hilangnya waktu berharga dengan anak.
Psikolog Anna Surti mengatakan, memang akan ada begitu banyak variabel yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang yang sudah dewasa-terutama bagi wanita yang telah menjadi istri dan ibu, untuk mengambil me time-nya.
“Secara logika, ia harus memastikan bahwa semua urusan rumah tangga dan anak sudah terpenuhi dengan baik, sebelum memenuhi hak me time-nya,” jelasnya.
Namun sebenarnya, me time sangat dibutuhkan oleh siapa saja, terutama para istri dan ibu. “Jadi jangan disepelekan. Penting diingat, ketika menyadari bahwa me time adalah sebuah kebutuhan, maka tidak perlu merasa bersalah untuk melakukannya.” jelas Anna.
Apalagi saat ini di mana kesetaraan hak yang sama antara suami dan istri sudah semakin dipahami. Pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu, tetapi juga suami. Semakin banyak suami yang memberikan restu untuk istri melakukan me time.
“Karena sehari-hari saya sibuk bekerja, waktu dengan anak memang kurang. Nah, ketika istri meminta waktu untuk pergi dengan teman-temannya, malah jadi kesempatan untuk saya menebus waktu yang hilang bersama anak-anak,” cerita Hendrik, suami dari 2 anak dan telah menikah selama 9 tahun.
What's On Fimela
powered by
Grup pertemanan
Anna Surti menekankan bahwa selain me time, penting bagi seorang istri memiliki grup pertemanan setelah menikah dan memiliki anak. Karena selain menjadi sumber dukungan, juga sebagai media pendukung untuk bertumbuh bersama.
“Karena, pasti akan datang saatnya kita membutuhkan teman bicara selain suami. Jika pertemanan tersebut tak dirawat dengan baik, maka akan sulit untuk mengakses kembali pertemanan itu saat dibutuhkan,” jelas Anna.