Fimela.com, Jakarta Pernah nggak bertemu dengan seorang teman yang lama tak jumpa, lalu dia menanyakan, "Sudah menikah belum?" Atau ada seseorang yang mendadak menyapa di media sosial, lalu bertanya, "Anakmu sudah berapa?" Oke, mungkin temanmu itu hanya basa-basi. Tapi rasanya agak menyebalkan bila situasinya adalah kita sudah lama sekali tidak bertemu dengannya. Eh, sekalinya menyapa bukan menanyakan kabar tapi malah status pernikahan.
Bagi sebagian orang, pertanyaan semacam itu hanyalah basa-basi belaka. Tapi bagian sebagian yang lain, pertanyaan itu bisa cukup menyinggung perasaan. Menanyakan status pernikahan pada seseorang yang lama tak pernah dijumpai, bahkan tak pernah dekat, agaknya bukan hal yang bijak. Apa susahnya sih bertanya, "Apa kabar?"
Basa-basi Jangan Sampai Melukai Hati
Saat bertemu teman lama, memang kita ingin mengetahui hal baru dalam hidupnya. Menanyakan kabar lebih aman dibandingkan langsung menondong menanyakan status pernikahan. Topik mengenai pernikahan bisa cukup sensitif bagi beberapa perempuan. Bila kita sebelumnya tak mengenal dekat teman kita ini, sebaiknya jangan buru-buru membahas soal status pernikahan pada percakapan pertama.
What's On Fimela
powered by
Kita Belum Tentu Memahami Perjuangan Hidupnya
Siapa tahu selama ini dia masih sibuk memperjuangkan kariernya. Siapa tahu saat ini ia sedang berjuang melakukan sesuatu untuk kedua orangtuanya. Siapa tahu dia memang sudah pernah menikah tapi gagal di tengah jalan. Siapa tahu juga saat ini sebenarnya dia baru patah hati dan sedang berjuang untuk move on.
Kita belum tentu memahami perjuangan seseorang bila selama ini kita tak pernah bertemu dengannya. Jangan sampai sikap kita malah terlalu menghakimi dan melukai perasaannya. Perjuangan dan masalah hidup seseorang, siapa yang tahu? Bila ingin menjaga hubungan baik atau menyambung tali silaturahmi, kita perlu memilah-milah ucapan yang sekiranya tak menyinggung perasaannya.
Menghadapi Teman Nyinyir, ya Sudah Sabar Saja
Nah, bila kita berada di posisi sebagai pihak yang "tersakiti" karena pertanyaan, "Sudah menikah belum?" kita memang harus lebih bersabar. Jika nyinyiran berlanjut dengan, "Pantas nggak nikah-nikah, kamu sibuk kerja terus, sih," atau, "Kamu terlalu pemilih, sih," atau, "Ih, kamu nggak takut jadi perawan tua?" dan semacamnya, kita bisa sampaikan rasa kesal kita dengan berkata jujur bahwa perkataan itu melukai kita. Bisa juga membalasnya dengan candaan supaya situasi lebih cair. Tidak semua orang punya keahlian untuk menjaga perasaan seseorang. Tak semua orang bisa peka dalam melihat situasi dan kondisi.
Kita memang tak bisa menyuruh-nyuruh orang lain atau mengendalikan ucapan yang dilontarkan orang lain. Yang terpenting kita pun tetap perlu berusaha merespons dengan kepala dingin.
#GrowFearless with FIMELA