Fimela.com, Jakarta Asap mengepul dari dalam mangkuk mie. Begitu pelayan meletakkan hidangan yang sudah dinanti-nati, mie yang begitu menggiurkan tidak bisa langsung kamu santap. Karena, "pantang makan sebelum posting."
Foodstagram, sebutan untuk foto-foto makanan dan minuman nan menggiurkan yang memenuhi feed Instagram, merupakan sebuah fenomena masif di kalangan generasi Y dan Z. Entah sejak kapan bermula, kebiasaan memotret minuman dan makanan sebelum menikmatinya menjadi sebuah 'ritual' dan syarat sebelum menyantap hidangan.
Padahal, tanpa dipotret dan diunggah serta dibagikan lewat sosial media pun, mie yang sudah dinantikan sejak lama tadi tetap akan terasa begitu lezat. Tapi demi konten, apa pun harus diperjuangkan.
Tidak masalah makanan menjadi sedikit anyep karena terlalu lama mencari angle foto. Atau, lama ngedit sebelum di-post di media sosial.
Menyaksikan orang-orang yang begitu serius menekuni 'ritual' ini sebenarnya seru juga. Cahaya natural saat capture foto makanan dan minuman itu sangat penting, karenanya tidak jarang orang akan membawa piring dan gelas sajian ke area restoran yang memiliki cahaya lebih terang dan baik. Oh, jangan lupa dengan angle motret makanan dari atas, sehingga akan semakin terlihat menggiurkan bagi siapa saja yang melihatnya.
'Ritual' sebelum menyantap makanan dan menyeruput minuman di tempat makan ini kemudian menjadi sebuah fenomena besar di hampir seluruh dunia. Instagram yang menjadi salah satu wadah tempat saling berbagai foto-foto hidangan yang menggiurkan ini pun akhirnya marak dengan berbagai tagar soal makanan. Dari #foodporn, #foodgasm, #instafood, hingga #yummy.
Kursus Estetika Food Photography
Maka, jangan heran kalau begitu banyak kelas-kelas online yang mengajarkan bagaimana menjadi influencer dengan foto-foto makanan menggirukan, atau kelas fotografi khusus makanan menggunakan ponsel canggih bermunculan.
Social Media Psychology menulis, mengunggah hasil jepretan gourmet merupakan bagian dari presentasi visual yang ingin generasi muda sampaikan kepada para followers-nya. Tetapi, tidak semua yang terpincut Foodstagramming merupakan seorang influencer atau food blogger.
Tahun 2016, 22% foto-foto makanan yang paling banyak diunggah di Instagram merupakan hidangan yang baru mereka masak. Meskipun, tentu saja jumlah foto makanan di hotel, restoran megah, dan jajanan kaki lima penuh nostalgia lebih banyak di media sosial.
Kenapa Motret Makanan Sebelum Menyantapnya Bikin Ketagihan?
Pamer bukan alasan sebagian besar pengguna media sosial membagikan foto-foto makanan dan minuman yang akan atau sedang mereka nikmati. Mereka sebenarnya merupakan pengguna media sosial biasa alias netizen. Bukan fotografer makanan profesional, bukan juga blogger. Lantas kenapa motret makanan dan minuman buat Instagram saja sampai begitu serius?
The Cut menulis, sebuah studi baru yang diterbitkan the Journal of Consumer Marketing menemukan alasan dibalik fenomena ini. Ternyata, memotret sebelum makan, termasuk adegan mencari angle yang pas dan unik serta mencari cahaya alami, bisa membuat makanannya terasa lebih lezat.
Temuan lain yang juga sejalan dengan kumpulan studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science pada 2013 menemukan penundaaan untuk makan dengan melakukan sebuah 'ritual' pendek ternyata memengaruhi persepsi orang tersebut tentang makanan yang ada di atas piring.
Well, apart from the more delicious looking food, taking photos of your food and drink is a hype, nowadays. Di sisi lain, fenomena unik di kalangan milenial ini juga mendorong terbentuknya berbagai komunitas untuk saling belajar bersama soal fotografi.
Sahabat Fimela yang tertarik untuk mengasah kemampuan motret makanan menggunakan kamera ponsel bisa mengikuti workshop Mobile Food Photography bersama Komunitas Jangkrik Kuliner di Fimela Fest 2019. Jangan lupa datang, ya!
***
Masih penasaran dengan fenomena Foodstagramming atau hanya ingin sekadar belajar soal fotografi makanan? Daftarkan dirimu segera dan dapatkan kesempatan untuk hadir di Fimela Fest 2019 di sini!
#Growfearless with FIMELA