Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagian yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
***
Oleh: Sekar Kinanti - Kudus
Terkadang kita suka lupa untuk memcintai diri sendiri dan fokus untuk mencintai seseorang. Selalu mengupayakan apapun demi membuat orang itu bahagia, sampai takut melakukan hal-hal yang tidak disukainya. Aku pun pernah merasakan hal itu.
Selama hampir tujuh tahun, berjuang sekuat tenaga mencintai seseorang dan mengesampingkan keinginan, impian, dan kebahagiaan diri sendiri. Akhirnya aku tersadar bahwa hubungan itu sudah tidak sehat dan tidak layak diperjuangkan. Aku pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu. Lega, jarang sekali seseorang putus cinta tanpa merasakan patah hati. Tapi saat itu memang terasa seperti bernapas dengan lega.
Dari hubungan itu aku pun belajar untuk lebih mencintai diri sendiri. Karena sejalan dengan hal itu kita akan menjadi seseorang yang tulus memahami orang lain tanpa harus menuntut ini dan itu. Dalam perjalananku mencintai diri sendiri, aku bertemu kawan lama yang dulu tak pernah ada bayangan sekalipun bisa dekat dengannya. Perasaan yang mengganggap kami berdua beda aliran, tak akan cocok, padahal aku dulu jarang sekali berinteraksi dengannya. Panggil saja dia “Mas”.
Dalam perjalanan mencintai diri sendiri, aku pun berusaha membuka hati dan pikiran untuk bertemu, bersenda gurau, berdiskusi dengan banyak orang, termasuk dengan Mas. Nyambung dan terasa nyaman saat berada di dekat Mas. Di awal pertemuan sejujurnya masih biasa saja dengan Mas walaupun dia sering menggoda, maklum saat itu Mas sedang patah hati setelah hubungannya dengan seoraang perempuan yang diyakininya akan dinikahi, kandas. Apalagi di usia kami saat itu yang tergolong sudah sewajarnya untuk menikah.
What's On Fimela
powered by
Semakin Dekat dan Nyaman
Tapi kami dekat bukan karena saling curhat. Saat bertemu dengan Mas untuk kali keduanya, aku bertemu dengan Ibunya Mas. Hal yang sangat langka aku bisa seterbuka itu dengan orang yang baru aku kenal. Mungkin ini juga hikmah dari mencintai diri sendiri. Karena dulu, aku tipe yang suka menyendiri dan menjadi pasif saat bertemu dengan orang baru atau dunia baru. Ternyata malam itu, sepanjang perjalanan aku bisa mengobrol banyak dengan Mas dan Ibu, hingga sampailah aku di rumah dan tak lama kemudian, Mas menyampaikan pesan singkat, “Ibu suka sama kamu." Deg! Agak kaget dan sesenang itu, semacam mendapat pujian.
Lalu kami mulai menjadi intens dalam berkomunikasi dan pada pertemuan selanjutnya, di mana waktu itu aku masih berada di Yogyakarta, menyusul Mas yang sedang bekerja di Jakarta. Pertemuan yang akhirnya membuat kami untuk saling mencoba mengenal lebih dalam satu sama lain dan berkomitmen untuk menjalin hubungan.
Cukup kilat untuk kami bisa berkomitmen seperti itu, padahal aku pun di awal belum menaruh hati pada Mas. Tapi aku percaya cinta itu akan menguat, sejalan dengan kami yang mencoba untuk terus mencintai diri sendiri. Sampai detik ini pun, aku tidak perlu merasa bersusah payah dalam memberikan kasih sayang pada seseorang, tidak ada tuntutan ini dan itu, karena apa yang kami lakukan adalah hal tulus dan sadar diri saat melakukannya atau tidak melakukannya.
#GrowFearless with FIMELA