Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagian yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
***
Oleh: Riani Nur Fitri - Bandung
Tak ada yang salah dengan rasaku saat remaja dulu. Mencintai pria yang mungkin orang lain memandangnya biasa saja, tapi bagiku dia istimewa.
Pada tahun 2009 lalu, awal pertemuanku. Saat itu aku duduk di kelas dua SMA. Bertemu tanpa disengaja, karena awalnya aku berkenalan dan membuat janji bertemu dengan temannya yang lain, bukan dengannya. Namun, entah apa yang merasuki dirinya hingga dia berani mengirmkan pesan kepadaku. Hingga akhirnya aku dan dia selalu berbalas pesan singkat.
Sesingkat aku dan dia mengirimkan pesan hingga akhirnya aku mulai berpacaran dan mengenalkan dia kepada orangtuaku. Sambutannya begitu tidak sehangat yang kuduga, karena mungkin ibuku tahu dan naluri ibuku pada saat itu langsung menggeliat lantang menolak pria yang sedang menjalin hubungan denganku, dengan berjuta alasan dan demi kebaikanku di masa mendatang, ibuku tetap menolak. Namun, aku tetap teguh pada pendirianku berlandaskan cinta.
Beberapa tahun berlalu hingga akhirnya aku memutuskan untuk menikah pada bulan Juli 2012 dengan dia, pria pilihanku. Sulit sekali rasanya bagi ibuku untuk menerima pria yang bersamaku menjadi menantunya. Banyak sekali penolakan dari keluargaku yang lain untuk tidak menyetujui pernikahan ini. Namun, aku dan dia begitu yakin untuk bisa bersama hingga maut yang memisahkan.
Pada akhirnya kami resmi menikah dan menjadi manusia paling bahagia dengan menanti kehadiran sang buah hati. Semua normal saja seperti layaknya suami istri yang sangat bahagia, hingga akhirnya pada bulan Desember tahun 2013, pria yang kini menjadi suamiku membuat kesahalan yang betul-betul sulit untuk dimaafkan oleh semua anggota keluargaku. Aku harus menerima kenyataan ketika aku betul-betul harus berpisah dengan pria yang sangat kucintai.
What's On Fimela
powered by
Sempat Ada Perpisahan
Selama 3 bulan berpisah aku betul-betul patah hati dengan menggendong seorang bayi hasil buah cinta kami. Selama itu aku diam-diam selalu menghubungi suamiku pada malam hari.
Aku yakin dia bisa berubah menjadi lebih, lebih, lebih, dan lebih baik lagi ke depannya. Hingga aku dan suamiku terus menerus untuk berdoa kepada Tuhan, dan meminta izin kepada orangtuaku untuk dapat bersatu kembali. Kami berjuang bersama untuk membangun kembali bongkahan rumah tangga yang terkoyak oleh derasnya ombak.
Setelah melalui perjuangan yang tidak mudah akhirnya kami bersama kembali, kami membangun bongkahan tersebut dari nol. Tak ada yang tak mungkin jika kita yakin akan hasil. Kini, aku, suamiku, dan anakku yang berusia 6 tahun hidup bahagia dan sederhana dalam kekuatan cinta. Alhamdulillah. Semua yang kami perjuangkan tak sia-sia. Kami mendapatkan izin dan doa dari orangtua, kami juga mendapatkan limpahan rezeki yang tak terukur dari Tuhan.
Ketika Tuhan memberikan cobaan pada hidupmu, mungkin Tuhan ingin memperbaiki kualitas dalam dirimu. Tidak ada yang salah jika kita mau menghadapi kenyataan walaupun kerasnya kenyataan itu. Yakinlah bahwa kenyataan pahit itu di baliknya ada banyak pilihan yang bisa kita nikmati atas apa perjuangan kita sebelumnya.
Saat cintamu hilang karena kesalahan, mungkin kita patut memberi kesempatan. Kadang Tuhan mengujimu lewat pasanganmu. Saat kesalahan terjadi, namun pasanganmu mau memperbaiki, kau patut mempertahankan pasanganmu. Jika dia tak mampu memperbaiki, tinggalkan. Mungkin dia betul-betul ingin gagal.
#GrowFearless with FIMELA