Alasan Ibu Hamil Rentan Stres dan Cara Mengatasinya

Anisha Saktian Putri diperbarui 19 Sep 2019, 14:00 WIB

ringkasan

  • Kehamilan dapat membuat seorang ibu rentan stress
  • Untuk mencegah stres pada ibu hamil dibutuhkan cara penanggulangan stres yang tepat

Fimela.com, Jakarta Kehamilan dapat membuat seorang ibu rentan stress, hal ini dikarenakan banyak sekali perubahan yang akan dirasakan ketika mengandung.

Seperti saat trimester pertama, ibu hamil akan cepat kelelehan, mual, muntah, suasana hati berubahah, dan payudara mulai membengkak. Memasuki trimester ke-2 mulai merasakan nyeri perut bawah, keram, bengkak ringan, hidung tersumbat, ngidam, dan ngidam.

Memasuk trimester ke-3 ibu akan mengalami sembelit, heartburn, sulit tidur, masalah tidur, bengkak kaki, hingga kontraksi palsu. Stress pun diperparah ketika kehamilan berisiko tinggi, seperti adanya penyakit asma, anemia, dan darah tinggi.

“Setiap harinya tentu ada perubahan bagi ibu hamil, ini yang membuat ibu stres. Dalam kondisi hamil normal saja, ibu sudah dihadapkan dengan berbagai tantangan dan perubahan psikologis seperti tingkat stress yang lebih tinggi. Kehamilan berisiko tinggi tentunya bisa melipatgandakan tingkat stress ibu dan memberikan dampak negatif pada diri ibu dan janin,” ujar Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari Tiga Generasi, dalam acara Danone, di Jakarta.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Mencegah stres

Penyakit Jantung Kini Rentan Menyerang Ibu Hamil? (Africa Studio/Shutterstock)

Untuk mencegah stres pada ibu hamil, Puti menyampaikan , dibutuhkan cara penanggulangan stres yang tepat melalui dukungan support system yang dapat membantu ibu mengelola tekanan secara sehat. Mulai dari diri ibu sendiri, suami, serta keluarga dan teman dekat.

Dimulai dari diri sendiri, Ibu bisa mengenali mana masalah yang sumbernya ada di dalam kendali dan mana yang tidak. Apabila masalah tersebut berada di dalam kendalinya, ibu dapat melakukan strategi problem focus, yaitu fokus pada penyelesaian masalah dan pencarian jalan keluar seperti menghindari makanan yang bisa semakin membahayakan kehamilan risiko tinggi.

Sedangkan untuk masalah yang ada di luar kendali, strategi emotional focus dapat diterapkan, dimana ibu akan mengelola emosi seperti mencari distraksi dan membuka diri ke orang lain.

Putu melanjutkan, selain diri sendiri, dukungan suami, keluarga dan teman bisa membantu meningkatkan kondisi kehamilan ibu agar ia tidak merasa sendirian saat menjalani kehamilan berisiko tinggi.

“Suami dan keluarga bisa menunjukkan perhatian dengan menomorsatukan gizi sang ibu dan mendukung ibu mengonsumsi nutrisi seimbang yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Dukungan lain juga bisa ditunjukkan dengan membicarakan hal-hal menyenangkan,menciptakan suasana positif, dan memberikan perhatian-perhatian sederhana.”

 

#Growfearless with Fimela