Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagan yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.
***
Oleh: N - Samarinda
Kalau ada yang bilang jodoh itu ada di tangan Tuhan, aku sangat percaya. Aku selalu percaya bahwa takdir Tuhan selalu membawa sebuah kebaikan. Sama seperti takdir Tuhan yang mengenalkan aku dengannya.
Aku dan dia adalah teman satu SMA. Namun saat itu aku hanya tau namanya. Sebut saja namanya “Bee”. Dia pacarnya Momo. Momo adalah temanku di ekstrakurikuler PMR. Dia cukup terkenal di sekolah. Tidak denganku. Aku hanya murid yang biasa-biasa saja. Aku dan dia tak pernah bertegur sapa.
Setelah beberapa tahun kami lulus, aku dan dia bertemu lagi. Namun bertemunya di media sosial Facebook. Awalnya kami hanya saling menyapa dengan kalimat, “Alumni SMA II ya?” Lalu obrolan pun terus berlanjut. Dia mulai sering mengomentari apa pun yang aku tulis di Facebook. Kemudian kami menjadi akrab. Tapi kami tidak pacaran.
Pagi itu, ada seorang bernama seperti orang Jepang add Facebook-ku. Sebut saja Yoza. Aku terima saja pertemanannya. Aku selalu terbuka pada siapa saja yang ingin berteman dengan ku. Lalu dia menyapaku. Dia termasuk orang yang seru. Aku cukup senang ngobrol dengannya. Lalu kami bertukaran nomor handphone. Kami sering ngobrol banyak hal via telpon. Kami tak pernah ketemu karena kami berada di kota yang berbeda. Kami mengobrol setiap hari dan sepanjang hari. Obrolan kami terlalu banyak, hingga akhirnya membuat kami saling nyaman. Siapa menduga aku dan dia akhirnya pacaran. Entah apa yang ada di pikiran ku saat itu. Tak pernah bertemu, hanya mendengar suaranya, namun aku memutuskan mau berpacaran dengannya.
Beberapa bulan kemudian, entah apa yang ada di benaknya. Dia mengajukan beberapa pertanyaan aneh padaku. Seperti, “Bagaimana kalau kita tiba-tiba tidak disengaja bertemu di sebuah tempat? Apakah kamu akan menyapaku? Bagaimana jika aku tak setampan yang ada di fotoku?”
Saat itu aku cukup bingung dengan pertanyaannya, aku hanya menjawab “Kita beda kota, tak mungkin tiba-tiba bertemu tanpa sengaja.” Lalu dia bertanya, “Bagaimana jika agamaku sama denganmu?” aku lebih bingung lagi dengan pertanyaannya.
Sebelumnya aku pernah berkata padanya bahwa hubungan kami tak akan pernah berlanjut lebih dari ini karena perbedaan agama. Tapi setelah membuktikan beberapa hal, aku bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?" Dia tak mau menjawab langsung, dia hanya memberikan clue agar aku menjawab sendiri pertanyaanku. Setelah beberapa clue yang dia beri, aku pun dapat menebak dengan pasti siapa dia sebenarnya. Dia adalah Bee.
Karena terkejut dengan apa yang dia lakukan kepadaku, aku tidak menghubunginya lagi. Namun aku masih membaca tulisan-tulisan yang dia tulis di Facebook-nya untukku. Sejujurnya, aku cukup merasa kesepian juga karena tidak mengobrol dengannya. Lalu, akhirnya aku yang menghubunginya kembali.
Hubungan yang Penuh Liku
Banyak hal yang akhirnya kami bahas secara jujur. Kami pun membahas tentang hubungan kami. Aku sendiri cukup bingung karena harus berpacaran dengan orang yang berbeda. Namun, karena dari awal aku memang tak pernah melihat wajahnya langsung, kupikir aku memang jatuh hati padanya karena dia membuatku nyaman dengan segala macam obrolan kami, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami. Kami berpacaran.
Beberapa bulan menjalani LDR, dia akhirnya pulang ke Kota Samarinda. Untuk pertama kalinya kami bertemu. Permasalahan baru muncul dalam hubungan kami. Orangtua dia tidak menyukaiku. Alasannya karena saat itu Bee sudah memiliki pacar. Sebut saja nama gadis itu Isty. Orangtua Bee masih menyayangi Isty. Mereka lebih menyukai Isty sebagai pacar Bee, bukan aku. Entah bagaimana sebenarnya hubungan Isty dan Bee saat itu. Orangtua Bee mengira aku merebut Bee dari Isty. Padahal yang aku tahu, Bee tidak memiliki pacar, dia hanya bercerita bahwa ada seorang perempuan yang menyukai dia, yaitu Isty.
Setelah aku tanya langsung ke Bee, ternyata Isty adalah mantan pacar Bee waktu SMP. Sekarang hanya berteman. Aku sedikit bingung dengan hubungan mereka. Di pihak Bee, dia berkata telah putus. Di pihak Isty, dia berkata bahwa aku merebut Bee dari dia, Aku tak mengerti. Lalu aku hanya meminta kejelasan hubunganku dengan Bee. Aku meminta Bee untuk memilih di antara kami berdua. Bee memilih aku.
Beberapa bulan berlalu, banyak hal yang terjadi hingga akhirnya orangtua Bee menyukai ku. Keluarga mereka menerimaku. Permasalahan dengan restu keluarganya selesai. Lalu muncul permasalahan selanjutnya.
Cukup lama hingga akhirnya aku dan Bee memutuskan mempublikasikan hubungan kami ke teman-teman kami. Banyak yang senang dan mengucapkan selamat. Namun banyak juga yang terkejut. Beberapa temanku di SMA bahkan langsung menghubungiku dan menanyakan kebenarannya. Aku sedikit merasa aneh dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Lalu aku menceritakannya kepada Bee, yang berujung pada pengungkapan sebuah rahasia dari Bee.
Ternyata Bee dan Momo setelah lulus SMA memutuskan untuk menikah. Aku langsung syok mendengar rahasia itu. Mereka juga telah memiliki satu orang anak. Aku juga menceritakannya kepada keluarga besarku. Ada keluargaku yang tidak mempermasalahkan. Ada pula yang menyuruhku mencari tahu penyebab perceraian mereka agar aku tahu apa alasan sang istri meminta berpisah.
Aku cukup lama mempertimbangkannya. Aku seorang lajang menikah dengan seorang duda beranak satu. Lama sekali aku memikirkannya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkannya. Kalau sudah jodoh dari Tuhan, duda atau pun bujang, pasti yang terbaik.
Dia Menikah dengan Perempuan Lain
Kami melanjutkan hubungan kami. Kami juga mencoba saling mengenal keluarga besar kami. Semua keluarga merestui kamu. Semua keluarga menyukai hubungan kami. Kami juga mengenalkan ke teman-teman kami. Temanku adalah temannya, temannya adalah temanku. Begitulah prinsip hubungan kami agar tidak perlu ada yang ditutup-tutupi.
Namun hubunganku sering sekali diganggu oleh Isty. Mantan pacarnya Bee. Entah apa yang diinginkan oleh perempuan itu. Dia seringkali mengusik hubungan kami. Hingga kemudian akhirnya kami harus putus. Aku yang memutuskan hubungan. Alasan aku memutuskan hubungan dikarenakan hubungannya dengan Isty. Aku tidak menyukai perempuan itu. Menurutku perempuan itu gila. Dia mencium pacarku di depan wajahku. Di depan orang tuanya Bee.
Kedua orangtuaku dan Bee sempat marah dengan keputusanku. Hingga akhirnya aku dan Bee dilarang untuk menjalin hubungan dengan yang lain. Kami disuruh untuk introspeksi diri masing-masing.
Namun pada kenyataannya, aku dan Bee melampiaskan rasa kesal kami dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Yang membuat ku menjadi lebih meradang adalah dia memacari temanku. Teman yang aku kenalkan. Entah aku harus marah kepada siapa. Kepada Bee ataukah kepada Endah? Endah sangat tahu hubunganku dengan Bee. Aku jugalah yang mengenalkan Endah pada Bee. Tapi dengan tak tahu malu Endah menggoda Bee di saat kami harusnya introspeksi diri.
Beberapa bulan kemudian, aku mendengar Bee akan menikah dengan Endah. Seolah dendam, Bee juga sengaja mengirimkan foto lamaran dia ke aku. Hatiku hancur sehancur-hancurnya. Duniaku serasa runtuh. Setiap malam aku menangis. Aku mengadu kepada Tuhan, kepada Mama, kepada Kakakku, kepada sahabat-sahabatku.
Cukup lama aku untuk bisa move on dari perihnya luka di hatiku. Aku merasa dikhianati oleh seorang teman dan seorang terkasih.
Dia Berpulang
Bee mengundangku ke acara pernikahannya. Namun aku tak datang. Bukan karena aku tak sanggup melihatnya bersanding dengan temanku. Entah mengapa aku justru memikirkan perasaan pihak perempuan. Aku sangat tahu bagaimana sayangnya keluarga Bee terhadap aku. Aku tak ingin menyakiti perasaan Endah karena melihat keakraban aku dengan keluarga Bee. Aku tak peduli jika ada yang bilang aku takut sakit hati karena Bee menikah. Aku yang paling tahu tentang perasaanku terhadap Bee. Aku sudah tak sakit hati lagi. Aku ikhlas melepaskan Bee untuk bahagia. Aku cuma berharap Endah mampu menjaganya lebih baik dari aku.
Hampir dua tahun aku tak pernah mendengar kabar Bee. Hari itu sahabatku bertanya pada ku. “Bee beneran sakit kanker?”
Aku sendiri tak mampu menjawab karena aku sendiri tak tahu kabarnya dia bagaimana. Hingga akhirnya aku terlalu penasaran dan mencari tahu kebenarannya. Ternyata benar. Bee menderita penyakit kanker laring. Bee harus mengangkat pita suaranya. Bee bisu. Aku terkejut sekali.
Beberapa minggu kemudian aku memberanikan diri untuk menghubunginya. Dia merespons baik atas pesan-pesan yang aku kirim. Dia bercerita banyak hal. Hingga dia bercerita tentang istrinya yang tak membalas pesan-pesannya. Istrinya tak mendampinginya saat dia melakukan operasi selama 10 jam. Istrinya tak ada kabar. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan mereka. Namun, sejujurnya aku kecewa. Aku kecewa karena ternyata dia tak mampu merawat Bee lebih baik dari aku.
Bulan Mei 2015, Bee pulang ke Samarinda. Dia dirawat di rumah sakit umum di sini. Pada kesempatan itu pula aku menjenguknya. Hatiku perih ketika pertama kali menjenguknya. Orang yang aku sayang terbaring lemah di rumah sakit berbulan-bulan. Setiap hari.
Selang beberapa minggu setelah aku menjenguknya, Bee menghembuskan napas terakhirnya. Aku patah hati lagi. Aku kehilangan dia lagi.
Mamahnya Bee berkata, “Syukurlah kamu tidak menikah dengan Bee, sayang. Jika jadi menikah, kamu akan menjadi janda.”
Aku tanpa sadar meneteskan air mata. Aku sangat sayang dengan Bee. Aku rela melepaskannya agar dia bahagia.
Aku percaya Tuhan memberikan yang terbaik untuk kami. Jodoh itu memang takdir Tuhan. Sekuat apa pun aku memaksa untuk bersama Bee, Tuhan tetap tidak mengizinkannya. Bee bukan jodohku. Tuhan menakdirkan aku bertemu dengan Bee agar aku memiliki keluarga yang hangat seperti keluarga Bee. I miss you, Bee. Damai bersama Tuhan.
#GrowFearless with FIMELA