Karam Selama 107 Tahun, Bakteri Gerogoti Bangkai Titanic

Karla Farhana diperbarui 24 Agu 2019, 12:00 WIB

ringkasan

  • Setelah 14 tahun, peneliti dan ahli mengunjungi kembali Titanic yang karam di dasar Samudra Atlantik selama 107 tahun.
  • Para peneliti dan ahli terkejut melihat kondisi Titanic yang rusak dalam waktu cepat.
  • Kerusakan yang dialami bangkai Titanic disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya Halomonas titanicae, bakteri yang memakan besi tubuh Titanic.

Fimela.com, Jakarta Bangkai RMS Titanic terbaring di dasar Samudra Atlantik di lepas pantai Newfoundland, Kanada, sejak April 1912 usai menabrak gunung es dalam pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris ke New York City, Amerika Serikat. Dalam bencana laut terbesar sepanjang sejarah ini, lebih dari 1.500 penumpang dan kru kapal tewas. 

Bangkai kapal termewah pada masanya itu sudah lama tak dikunjungi. Untuk pertama kalinya setelah 14 tahun, sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Caladan Oceanic CEO dan penjelajah laut dalam Victor Vescovo bersama 5 penyelam dari Triton Submarines baru saja turun ke dasar laut untuk mengunjungi bangkai Titanic. 

 

'Kunjungan' ke lokasi tenggelamnya Titanic ini bukan pertama kali dilakukan. Time Magazine menulis, ada 4 ekspedisi yang sebelumnya dijalankan. Sementara, ekspedisi kelima ini dilakukan selama 8 hari untuk merekam gambar termutakhir dari Titanic. 

Dalam penelusurannya, para ahli dan ilmuan terkejut menyaksikan bangkai Titanic yang terbelah menjadi dua dan masing-masing bagian terbaring di dua lokasi berjarak ratusan meter tersebut telah membusuk. Tim yang merekam ekspedisi sekaligus kondisi terkini Titanic mendapatkan beberapa gambar yang menunjukkan sisi kanan kapal telah rusak parah. 

 

2 dari 3 halaman

Rusaknya Bangkai Titanic Akibat Korosi

Bangkai RMS Titanic telah terbaring selama 107 tahun sejak menabrak gunung es dan karam di dasar Samudra Atlantik. Kini kondisinya telah rusak dimakan bakteri. | Splashnews.com

Hasil rekaman menunjukkan bangkai kapal mewah tersebut mengalami korosi akibat air laut. Namun, kerusakan juga disebabkan mikroba laut yang menggerogoti Titanic. Presiden dan co-founder Triton Submarines, Patrick Lahey, menggambarkan bagaimana Titanic 'dimakan' oleh Samudra dan kembali ke bentuk elemental. 

"Aspek paling menarik adalah melihat bagaimana Titanic 'termakan' saumdra dan kembali ke bentuk elemen asalnya, sembari meyediakan tempat perlindungan bagi sejumlah hewan laut yang beragam," ungkap Patrick seperti dikutip dari CNN. 

Sementara itu, tim dibalik pembuatan dokumenter Titanic, Atlantic Productions London, merekam detail korosi dan kerusakan lain pada sisi kanan kapal yang paling parah. Para anggota tim memeriksa bagian yang tersisa dari kapal tersebut. Kali ini, perekaman footage dilakukan dengan teknologi mutakhir, Limiting Factor depth submergence vehicle (DSV), dalam resolusi tinggi 4K dan 3D untuk pertama kalinya. 

3 dari 3 halaman

Halomonas titanicae, Bakteri yang Menggerogoti Bangkai Titanic

Hancurnya bangkai Titanic dalam waktu yang cepat ini bukan cuma disebabkan oleh korosi. Henrietta Mann, seorang peneliti di Dalhousie University di Halifax, Nova Scotia, telah mempelajari bangkai kapal Titanic selama bertahun-tahun. Delapan tahun lalu, dia menemukan sebuah spesies bakteri, Halomonas titanicae , yang ditemukan pada sample dari bangkai kapal tersebut. 

Henrietta menjelaskan kepada Time Magazine, Halomonas titanicae merupakan satu dari berbagai bakteri yang ditemukan di tubuh Titanic. Bakteri inilah yang memakan besi-besi pada bangkai kapal dan menyebabkannya menjadi lapuk dan rusak. 

Proses ini disebut rusticles, yang merupakan karat mirip dengan es atau stalaktit pada besi di bawah air akibat bakteri. Namun, Henrietta mengatakan bakteri ini bukan satu-satunya faktor rusaknya bangkai Titanic. Korosi, pusaran laut, berat kapal itu sendiri, dan arus juga menjadi faktor kerusakan dalam waktu yang terbilang cepat. Kesemua faktor ini tentu saja juga akan memengaruhi bentuk dan kondisi bangkai Titanic.

#Growfearless with FIMELA