Fimela.com, Jakarta Kain tradisional Indonesia menyimpan nilai budaya yang tak terhingga. Tidak heran menjadi sebuah karya yang indah saat diterjemahkan dalam koleksi busana. Sederet desainer kenamaan tanah air menjadikan kain tradisional sebagai material utama. Seperti Andreas Odang dan Norma Hauri.
Andreas Odang menghadirkan mini koleksinya untuk pagelaran kolektif Kain Negeri tahun ini. Andreas Odang memadukan dua kain khas daerah Indonesia, kain tenun Garut dan kain songket Palembang.
Mengangkat tema “retrOrient”, Odang menggabungkan dua referensi gaya di dalam koleksinya kali ini, gaya retro dan gaya oriental. Kain songket Palembang yang dipengaruhi gaya oriental menjadi lambang akulturasi budaya Palembang dengan budaya Tiongkok, serta Siam. Koleksi ini mengangkat gaya oriental yang dihadirkan dalam potongan cheongsam atau qipao.
Sedangkan tenun Garut yang modern dan memiliki motif geometris menjadi inspirasi gaya retro era tahun 1960-an dan 1970-an. Koleksi ini menampilkan siluet trapeze, potongan mini, midi, dan maksi, serta celana bell-bottom.
Desainer lokal lainnya yang memamerkan karya pada gelaran Kain Negeri yaitu Norma Hauri. Mengusung tema “Monarch”, Norma Hauri terinspirasi dari gaya pribadi para putri dari monarki di era modern yang berbaur dengan gaya putri di dunia imajinasi.
Kain Tenun Bali
Pada koleksi terbarunya untuk pagelaran kolektif Kain Negeri tahun ini, Norma Hauri kembali memilih mengolah kain tenun Bali menjadi ragam interpretasi tampilan gaya seorang monarch yang terjebak di antara dunia nyata dan fantasi.
Desain dalam koleksi Norma Hauri
Perpaduan kain tradisional tenun Bali dengan bahan modern, seperti jacquard, gabardin, dan organza, menghasilkan kombinasi potongan modern dengan efek drama yang romantis dari volume potongan A-line, gelombang ruffles, lengan balon, efek lipit, serta aplikasi payet yang menjadi esensi dari koleksi ini.
#GrowFearless with Fimela