Kenapa Setelah Menikah, Pria Makin Susah Diajak Bicara?

Endah Wijayanti diperbarui 25 Agu 2019, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada fase sebelum dan sesudah menikah kita akan dihadapkan pada sejumlah perubahan. Termasuk perubahan sikap pasangan kita. Misalnya, saat dulu masih pacaran, pasangan kita selalu mudah untuk diajak bicara dan ngobrol banyak hal. Tapi begitu menikah, suami kita jadi berbeda dan makin susah diajak bicara.

Kenapa setelah menikah, kaum pria semakin malas meluangkan waktu untuk berbicara? Dikutip dari buku Emotional Intelligence, Ted Huston, seorang ahli psikologi di University of Texas yang mempelajari secara mendalam pasangan-pasangan suami istri mengamati bahwa, "Bagi istri, keintiman berarti membahas berbagai hal sampai tuntas, terutama mengenai hubungan itu sendiri. Para suami, pada umumnya, kurang memahami apa yang dikehendaki istrinya dari mereka. Mereka berkata, 'Saya ingin melakukan banyak hal bersama istri saya, tapi yang diinginkannya hanyalah berbicara.'"

Huston pun menjelaskan lebih lanjut bahwa saat masih pacaran, kaum pria masih bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengan cara-cara yang cocok baginya, dengan harapan terdapat keintiman dengan calon istrinya. Tetapi, setelah menikah, ketika waktu berjalan terus, kaum pria terutama pada pasangan-pasangan yang lebih tradisional, semakin lama semakin malas meluangkan waktu untuk bicara dengan tujuan ini dengan istrinya. Kaum pria merasa kebersamaan dapat tercapai dengan melakukan sesuatu bersama-sama, bukannya ngobrol membahas ini itu.

Memang tak semua pria akan makin sulit diajak bicara setelah menikah. Tapi pada kasus kaum pria yang sikapnya jadi makin sulit untuk diajak mengobrol atau mendiskusikan sesuatu bersama, penyebabnya bisa jadi karena adanya perbedaan pemahaman terkait kebersamaan.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Bisa Jadi Justru Kita yang Terlalu Sensitif

ilustrasi pasangan/copyright Shutterstock

Sikap tidak acuh di pihak para suami barangkali sebagia disebabkan oleh kenyataan bahwa kaum pria sedikit bersikap serba optimis tentang kondisi perkawinannya. Sedangkan kaum istri peka akan adanya titik-titik yang bermasalah. Dalam salah satu studi terhadap perkawinan ditemukan bahwa kaum pria mempunyai pandangan yang lebih bersemangat daripada istrinya pada hampir semua hal dalam hubungan mereka, seperti bercinta, keuangan, hubngan dengan ipar, seberapa baik mereka saling mendengarkan, seberapa jauh kekurangan mereka mengganggu. Pada umumnya, para istri lebih sering mengeluh daripada para suami, terutama pada pasangan yang tidak bahagia. Kondisi seperti itu yang kadang membuat istri merasa jengkel pada suaminya yang sepertinya makin susah diajak serius berbicara dan mendiskusikan hal-hal yang berkenaan dengan hubungan mereka.

Untuk menghadapi sikap suami yang mungkin sudah makin berubah dan berbeda dari saat masih pacaran, kita perlu tetap berusaha mengendalikan diri agar tidak langsung meledak marah-marah. Coba izinkan dia untuk berbicara dan mengutarakan isi hatinya. Dia mungkin bukannya sudah tidak peduli tapi ada pemahaman lain soal kebersamaan yang ia yakini.

 

#GrowFearless with FIMELA