Fimela.com, Jakarta Dalam berkomunikasi dengan pasangan, penting untuk bisa saling mendengar dengan baik. Yang dimaksud mendengar ini bukan sekadar duduk diam secara pasif mendengar semua perkataan pasangan. Tapi mendengar dengan empati.
Daniel Goelman dalam bukunya, Emotional Intelligence menuliskan bahwa mendengarkan merupakan keterampilan yang membuat pasangan-pasangan bersatu. Bahkan di tengah panasnya pertengkaran, bila salah satunya dapat menerapkan keterampilan mendengarkan, maka amarah bisa segera diredam. Jika hanya mengutamakan sikap defensif atau membeli diri, pertengkaran tak akan ada habisnya.
Empati dan Pencerminan
Bentuk paling ampuh mendengarkan yang bersifat nondefensif adalah berempati, yaitu sungguh-sungguh mendengarkan perasaan di balik apa yang tersurat. Salah satu metode untuk mendengarkan perasaan secara efektif adalah yang disebut pencerminan. Metode pencerminan ini pun lazim digunakan dalam terapi perkawinan. Jadi, metode pencerminan itu yang seperti apa?
Metode pencerminan dilakukan dengan seakan-akan kita berada di posisi yang sama dengannya. Misalnya, bila pasangan kita mengeluh, kita bisa mengulangi keluhan itu dengan kata-kata kita sendiri. Kita berusaha menangkap gagasannya dan perasaan yang menyertainya. Kita berusaha memahami dengan sepenuh hati yang dirasakan pasangan. Tidak serta merta langsung memberi nasihat atau malah mengkritik pasangan.
Seni mendengarkan ini tampak sederhana teorinya. Seakan mudah dilakukan tapi pada praktiknya bisa cukup sulit dilakukan. Perlu adanya penyelarasan fisiologis dengan sikap empati yang baik. Tidak saling mengalahkan atau menyalahkan. Tapi saling memberi ruang untuk mengutarakan yang sedang dirasakan.
#GrowFearless with FIMELA