Fimela.com, Jakarta Untuk anak-anak yang ada di kota-kota besar membaca buku-buku berkualitas selain buku pelajaran tentunya bukanlah hal yang susah. Namun kondisi yang sangat berbeda dirasakan oleh anak-anak yang ada di pinggiran kota atau di daerah-daerah terpencil yang ada di Indonesia. Yang mereka miliki mungkin hanya buku pelajaran atau buku-buku yang sudah lawas.
Hal tersebutlah yang menggerakan hati Yessi Chandra dan Sarah Hutauruk untuk membangun sebuah yayasan bernama Taman Baca Inovator. Berdiri sejak tahun 2014, Taman Baca Inovator dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca dan pendidikan bagi anak di daerah yang kekurangan akses dalam hal membaca buku.
“Kalau bicara sosial ada banyak isu. Kita harus pilih antara kesehatan, pemberdayaan perempuan dan lain-lain. Background saya dibidang buku dan pendidikan. Akhirnya setelah sedikit research, ternyata banyak anak-anak yang baca buku tidak proper,” jelas Yessi saat ditemui Fimela.com di kantor Taman Baca Inovator, Maspion Plaza, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Utara.
What's On Fimela
powered by
Taman Baca Inovator yang dikhususkan untuk anak-anak berusia mulai 4 hingga 12 tahun kini telah hadir dibeberapa daerah di Indonesia, mulai dari Tangerang, Bogor, Bandung Barat, Jember, Kalimantan, Ketapang, Tapanuli, Palembang hingga Maluku. “Kita meng-cover golden age. Kenapa taman baca? Kita pengin bangun reading habbit-nya. Anak-anak masih bisa dibangun reading habit-nya,” tegas Yessi.
Tidak hanya membaca saja, banyak program yang dibuat oleh Taman Baca Inovator di masing-masing daerah, antara lain calistung (baca tulis berhitung), book club, English day, les membaca, melibatkan kepala desa untuk mengajar dan masih banyak lagi. “Saya bilang ke tokoh lokal kalau anak-anak jangan diajak baca buku banyak-banyak. Satu buku satu hari cukup. Dan jika itu berlangsung selama satu bulan, maka pastinya akan jadi kebiasaan yang baik,” tambahnya.
Saat ini keinginan Yessi dan teman-temannya di Taman Baca Inovator adalah membuka lebih banyak taman baca. “Kami pengin mambuat taman baca di Sumba. Ia juga berharap pemerintah kembali mengadakan pengiriman buku ke daerah secara gratis. “Kirimnya itu yang menjadi tantangan karena biaya pengirimannya lebih mahal dibandingkan dengan biaya bukunya. Kita kirim ke Maluku hanya berapa kilo biayanya bisa Rp6 juta sendiri.”