Fimela.com, Jakarta Pernah mendapatkan pengalaman buruk saat cuti yang kita ajukan kepada atasan ditolak? Hanya karena alasan kita mengambil cuti adalah untuk liburan, atasan yang keras kepala langsung menolaknya. Padahal jatah cuti adalah hak kita sebagai pekerja. Kita semestinya boleh memanfaatkan jatah cuti untuk liburan.
Perempuan karier juga butuh piknik. Setelah sehari-hari disibukkan dengan berbagai macam urusan pekerjaan, ada saatnya kita butuh menyegarkan isi kepala dengan berlibur. Bahkan manfaat liburan ini bisa berdampak langsung pada produktivitas kerja kita yang berikutnya.
1. Liburan Sangat Bermanfaat untuk Kesehatan Kita
Dilansir dari business.com, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa liburan bisa memberi manfaat kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Liburan bisa bantu meredakan stres, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan produktivitas aat kembali bekerja, dan mengatasi rasa gelisah. Bahkan liburan bisa bantu mencegah penyakit jantung. Dikutip dari epi.umn.edu, orang yang liburan setidaknya satu kali setahun memiliki risiko 30% lebih rendah terkena serangan jantung. Jadi, bila pengajuan cuti kita ditolak karena alasan kita yang dianggap kurang penting (alias liburan), penting nih untuk memaparkan informasi ini kepada atasan atau pihak HRD. Pihak kantor pun pastinya nggak mau dibuat susah bila pegawainya sakit-sakitan karena kurang piknik, ya kan?
2. Liburan Bisa Meningkatkan Kreativitas
Bila kita bekerja di industri kreatif, maka kebutuhan untuk liburan ini sangatlah penting. Untuk mendapatkan ide-ide baru dan segar, kita butuh mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman baru ini pun bisa diperoleh dari kegiatan kita liburan atau piknik. Dari pengalaman baru dan menyenangkan selama liburan, biasanya kita akan mendapat sejumlah perspektif baru. Ide-ide unik dan menarik pun bisa didapatkan.
What's On Fimela
powered by
3. Liburan Bantu Mengatasi Burnout
Burnout adalah kelelahan fisik dan mental yang disebabkan oleh jam kerja yang panjang dan rutinitas kerja dengan tanggung jawab besar. Saat mengalami burnout, biasanya kita akan merasa letih, kurang bersemangat, rentan jatuh sakit, dan sering mengalami insomnia. Burnout bisa berdampak serius pada kondisi kesehatan dan karier kita. Memanfaatkan hak cuti untuk liburan bisa menjadi salah satu cara efektif mengatasi burnout. Dengan liburan, energi kita bisa kembali terisi dan pikiran lebih segar. Sehingga saat kembali bekerja, bisa mendapat suntikan semangat baru.
4. Liburan adalah Kebutuhan dan Cuti adalah Hak Kita
Kita bukanlah mesin. Saat bekerja di bidang yang kita sukai, kita tetap perlu waktu untuk berisitirahat. Ada jeda yang kita butuhkan untuk liburan. Ada saat kita butuh rileks sejenak demi menjaga keseimbangan hidup. Liburan pun merupakan kebutuhan kita. Jatah cuti yang diberikan sudah semestinya jadi hak kita dan kita bebas menggunakannya untuk keperluan kita. Selama tak melanggar aturan dan tetap mengikuti prosedur perusahaan dengan baik, pengajuan cuti untuk liburan sudah semestinya dikabulkan.
Untuk para bos yang sering melarang karyawannya mengambil cuti untuk liburan, semoga kali ini sudah tidak keras kepala lagi. Perempuan karier pun butuh waktu untuk liburan. Bahkan demi hasil pekerjaan yang lebih baik, liburan menjadi kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kerja keras itu perlu, tapi liburan juga dibutuhkan untuk menjaga kewarasan.
#GrowFearless with FIMELA