Fimela.com, Jakarta Gempa bumi mengguncang Banten pada Jumat (2/8) sekitar pukul 19.04 WIB. Semula, gempa dikabarkan terjadi di 47 km BaratDaya Sumur - Banten dengan kekuatan magnitudo 7,4. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memutakhirkan data dan memastikan kekuatan gempa hanya magnitudo 6,9.
Gempa yang terjadi di Banten ini juga terasa hingga Jakarta, Lampung, Pesisir Jawa Barat hingga Mataram. Dilansir dari Liputan6, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa yang cukup besar tersebut belum merupakan puncak dari potensi gempat di sekitar Banten.
Pasalnya, ketidakadaan gempa besar selama ini di kawasan tersebut dianggap sebagai proses akumulasi dari medan tegakan kerak bumi yang sedang berlangsung. Jadi, di daerah Selat Sunda menurut catatan BMKG tidak ada gempa di atas magnitudo. Meskipun pernah pada 1903 sempat terjadi gempa dengan magnitudo 7,9.
Namun, dia tidak bisa memperkirakan apakah gempa yang besar tersebut akan berulang. Pasalnya, proses akumulasi medan tegakan kulit bumi tidak bisa distatistikkan. Terlebih, berdasarkan hasil hitungan potensi gempa, guncangan kemarin belum puncak, karena potensi maksimal dapat mencapai magnitudo 8,7.
“Kalau melihat hasil hitungan potensi gempa, ini belum puncaknya, karena potensi maksimal dapat mencapai magnitudo 8,7. Potensi itu tidak bisa diperkirakan dan kapan saja bisa terjadi,” jelas dia.
What's On Fimela
powered by
Kenapa Potensi Gempa Maksimal Sangat Besar?
Lantas, kenapa bisa potensi gempa maksimal sangat besar? Daryono menjelaskan, ada 6 subduksi di Indonesia. Subduksi ini, tulis Brainly, merupakan sebuah zona yang terjadi akibat adanya pergerakan lempeng tektonik konvergen. Gerakan saling mendekat ini akhinya mengakitbatkan tumbukan lempeng. Salah satu lempeng bergerak menghunjam ke bawah dan satu lagi ke atas. Nah, zona yang menghunjam ini disebut dengan subduksi.
Subduksi ini, kata Daryono, bisa dirinci lagi menjadi 16 segmen megatrust, yang berpotensi memicu gempa besar di atas 7 magnitudo.
Selain megatrust ini, Indonesia menurutnya juga memiliki banyak sesar aktif yang bisa saja bergerak kapan pun. Sebagagian sesar aktif terletak di dataran yang jika bergerak, akan menimbulkan efek goncangan yang cukup signifikan. Sementara, sesar di Indonesia ini bersifat aktif dan kompleks.
"Aktif, artinya gempa terus terjadi, sedangkan kompleks karena memang banyak sekali sumber gempanya," kata Daryono seperti dikutip dari Liputan6.
#Growfearless with FIMELA