Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.
***
Oleh: Wini Mahnela - Bekasi
Menikah adalah sebuah target dan harapan yang selalu ingin dibuat secara sempurna yang konsepnya harus dibuat secara matang dan maksimal. Keindahan yang selalu dibayangkan dan juga sangat dinantikan bukan hanya dari pihak wanita saja tetapi juga pihak laki-laki. Hmm, rasanya seperti mimpi ketika hari di mana aku dengan mantan pacar yang saat ini sudah menjadi suamiku (menjadi milikkku seutuhnya) memantapkan hati dan jiwa menetapkan keyakinan melangkah ke jenjang pernikahan dan mulai merancang rencana demi rencana yang harus dipersiapkan khususnya yang terpenting adalah kesiapan secara materi.
Agus Nurhandoko itu adalah nama suamiku. Seorang pangeran yang Tuhan turunkan dan ditunjuk untuk mendampingiku menjadi bagian hidupku untuk menyandang status menjadi Suami dari Nyonya Wini Mahnela. Dia adalah seorang montir dari salah satu bengkel yang letaknya tidak jauh dari rumah dan dengan tanpa sengaja kami dipertemukan di bengkel itu dan dia yang melakukan service kendaraan yang kubawa. Namun karena antrean begitu panjang maka aku putuskan untuk meninggalkan motor dan meninggalkan nomor telepon di meja kasir. Singkat cerita baru kali itu service motor sangat lama hingga aku mulai kesal dan marah hingga memaksanya segera menyelesaikan motorku. Setibanya di rumah tiba-tiba ada SMS masuk yang mengajak kenalan dan dia menjelaskan bahwa dia adalah montir yang tadi.
Hari demi hari Agus tiada henti terus menerorku dengan alasan ingin mengenal lebih jauh hingga akhirnya kuberi kesempatan untuk bertemu, dan ternyata kami memiliki hobi yang sama yaitu di dunia musik, dia sebagai bassist dan aku sebagai singer. Lalu kami membentuk sebuah band bersama Cahyo dan Dedy hingga akhirnya memiliki beberapa lagu single. Karena waktu terlalu sering mempertemukan kita, maka kami putuskan untuk menjalin hubungan satu langkah selanjutnya yaitu pacaran.
Tidak lama hanya sekitar 3 bulan Agus mulai melamarku dengan bicara kepada ayahku. Seminggu kemudian keluarganya datang dan kami mulai menentukan tanggal pernikahan. Kami mulai merancang kebutuhan-kebutuhan yang akan kami perlukan untuk pesta pernikahan yang akan dilangsungkan pada bulan 07 Maret 2015, di mana tanggal itu adalah pilihan dari nenek tercinta dengan beberapa alasan adat Jawa yang menurutnya adalah hari baik.
Perlahan-lahan kami mulai mencari tempat penyewaan tenda, baju pengantin, tata rias yang semua lingkupnya menjadi satu. Mulai dari beberapa teman yang memberikan rekomendasi dan kamimulai datangi namun belum ada yang cocok hingga akhirnya kami menemukan Yati Salon. Dengan perawakan tubuh yang besar dan rambut sedikit terurai dan mekar juga logat bicaranya yang gemulai dia adalah Ibu Yati pemilik dari salon tersebut. Kami diberikan beberapan penawaran yang sangat menarik seperti tenda model baru, baju adat paling baru, hingga penawaran foto prawedding. Nah yang seru di sini adalah kami sepintas memikirkan konsep foto prawedding untuk pernikahan, di mana budget yang kami miliki sangat minim sekali. Satu sisi calon suami saat itu sudah habis kontrak bekerja dan aku baru saja mulai bekerja setelah lulus kuliah.
What's On Fimela
powered by
Pengalaman Tak Terlupakan Menuju Pernikahan
Terpikir saat itu konsep dalam benakku sesuai dengan hobi kami berdua dan beberapa referensi yang kami coba cari-cari yaitu konsep anak band (sedikit alay, ya). Kami putuskan untuk meminta bantuan kepada teman satu band biasa dipanggil Cahyo namanya, menurutnya tetangga ada yang punya kamera DSLR yang bisa dipinjam. Baiklah sudah cukup matang rupanya konsep kami dan juga sudah menemukan tempat yang bagus dan tidak berbayar.
Konsep pertama kami ambil di daerah Sunter dekat kali yang ada tembok penuh dengan kreativitas anak bangsa yaitu coretan-coretan piloknya, dengan suasana petang sekitar pukul 17.30 menjelang magrib dan lampu kuning jalan pun sudah mulai dinyalakan. Suasana yang sangat bising dan banyak yang memperhatikan kami pada saat hendak melakukan sesi pemotretan karena kami membawa perangkat-perangkat musik seperti bass dan sound musik.
Selesai sudah konsep pertama dan akan berlanjut menuju konsep kedua yaitu berada di perumahan Summarecon yang pada saat itu baru saja mulai dibangun perumahannya. Ada beberapa view mulai dari taman dan danau, namun kami memilih untuk berada di pinggir danau yang ada rumput hijau. Tidak semudah pengambilan foto seperti pada lokasi di konsep pertama. Di lokasi kedua ini kami berkali-kali di usir oleh satpam yang berjaga di sana. Hingga akhirnya kami pun tetap mengeyel dan mengambil foto dengan tergesa gesa dengan gaya melompat ke atas dan pengambilan kamera dari dasar tanah. Apes pun menimpa diriku sesaat setelah melakukan lompatan dan hendak kembali menginjak daratan kakiku tepat berada di atas kotoran kucing (oh, ya ampun). Dan selesai sudah tahap foto prawedding kami.
Tibalah di bulan Maret hari di mana aku dan calon suami masuk ke tanggal pernikahan. Pada pukul 08.00 calon suami melakukan ijab qabul di depan orang tuaku, di depan semua orang yang datang hingga akhirnya muncul lah kata, "Sah!"
Alhamdulilah sebuah perasaan yang sangat menegangkan namun menggetarkan hati akhirnya aku dipersunting olehnya. Janji suami istri pun mulai diucapkan, kehidupan baru akan segera dimulai. Dan doaku adalah, “Ya Tuhan terima kasih untuk jodoh yang Kau turunkan ini, semoga dia adalah pilihan yang tepat dari-Mu yang bisa membawaku ke dalam surga-Mu, menuntunku ke dalam surga-Mu. Amin."
#GrowFearless with FIMELA