Jodoh Pasti Hadir di Waktu Paling Indah atas Jawaban Semua Doa

Endah Wijayanti diperbarui 26 Jul 2019, 07:16 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Tiaramaratus - Jakarta Selatan

Pernikahan adalah mimpi bagi setiap perempuan di seluruh belahan dunia, namun cara merealisasikan pernikahan bagi setiap orang sangatlah berbeda. Sejak masa remaja dulu aku sangatlah memimpikan pernikahan yang sangat mewah dan meriah dengan konsep garden party, beberapa venue di Bandung sudah masuk list bahkan ada yang sudah disurvei.

Bagiku pernikahan adalah saat di mana kehidupan yang sesungguhnya dimulai karena semua tanggungjawab orangtua sudah diserahkan kepada lelaki yang akan menjadi pasangan hidupku. Aku mulai menabung dan menghitung biaya persiapan pernikahan yang direncanakan pada tahun 2018 kemarin, dengan semangat 45 aku mulai mencari makeup artist dan katering yang akan digunakan.

Pada pertengahan perjalanan aku merasa semakin tidak yakin dan merasa bimbang, “Apakah aku menjalaninya dengan dia?” Ya, lelaki yang akan aku nikahi adalah kekasihku sejak aku kelas 3 SMP dan kami sudah bersama selama kurang lebih 10 tahun. Dalam bimbang dan keraguan aku terus berdoa kepada Sang Pencipta, jika dia adalah jodohku maka dekatkan dan jika dia tidak baik bagiku maka tunjukkan walaupun itu menyakitkan. Tuhan memang memberi apa yang kita pinta, dengan menyakitkan aku mendapatkan kenyataan yang begitu pahit bahwa laki-laki yang akan menikahiku memiliki perempuan lain. Semua itu terjawab beberapa bulan setelah aku meminta dan berdoa pada setiap sujudku.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kebenaran Terungkap

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku masih mengingatnya, bulan Juni tahun 2018 aku mendapati tagihan kartu kreditnya dengan transaksi di sebuah hotel di kota Bandung setelah itu aku semakin curiga dan memaksanya untuk memberikan password handphonenya, setelah terbuka betapa kagetnya aku mendapati chatting message dia dengan seorang perempuan yang tidak asing lagi sebut saja dia TNY dan perempuan itu adalah temanku semasa SMA.

Dalam pesan yang aku baca dia dan TNY sudah beberapa kali ketemu dan dia mengirimkan perempuan itu banyak hadiah. Aku sangat kesal melihatnya karena selama kami bersama dia hanya pernah memberikan aku sebuah hadiah berupa boneka bebek saat aku kelas 1 SMA. Aku memilih pergi dan mengakhiri semuanya, walaupun dengan muka penyesalannya dia datang dan meminta maaf tapi aku tidak mau lagi dan sudah telanjur membencinya. Bahkan beberapa minggu setelah kami berpisah perempuan itu masih mengirimi aku pesan melalui social mediaku dan bertanya, “Apakah benar kalian sudah berpisah? Karena dia masih mengajakku untuk berkencan,” dan aku semakin membenci dia.

Beberapa bulan aku sendiri dan mencoba membuka diri karena aku yakin Tuhan telah menyiapkan laki-laki baik yang siap bertanggungjawab atas hidupku dan akan membahagiakanku, dan jika kita menyerahkan semuanya pada Tuhan maka semua akan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Doaku dijawab dengan cepat, aku bertemu dengan lelaki yang entah dari mana datangnya dan dia membawa kebahagiaan dalam setiap hariku mengajarkanku cara bersyukur.

3 dari 3 halaman

Doa yang Terjawab

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku memanggilnya Abang. Dia datang dengan penuh cinta dan penuh harap tanpa berpikir lama dia mengajakku untuk menikah dan aku mengiyakan. Abang menawarkan pernikahan mewah dan sesuai dengan keinginanku, tapi aku berpikir bahwa hakikat pernikahan adalah akad nikah untuk beribadah kepada Allah, akad untuk menegakkan syariat Allah, akad untuk membangun rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah bukan untuk selebrasi.

Setelah beberapa waktu aku meminta kepada Abang untuk pernikahan yang sederhana, karena aku ingin merasakan khidmat dalam kesederhanaan pernikahan. Alhamdulillah setelah proses yang panjang kami menikah dengan cara sederhana berupa akad nikah saja dan kami merasa bahagia sampai saat aku menulis cerita ini. Aku mensyukuri setiap bagian hidupku baik itu bahagia ataupun menyakitkan.

Kami sudah bahagia dan dapat menikmati senja bersama, untuk mencapai senja nikmat itu kami mampu melewati dinginnya pagi yang sepi, terik panas siang dengan hingar bingarnya. Kami berkomitmen untuk tidak pernah menyerah, ketika bertemu dingin pagi kami akan saling berangkulan untuk menghangatkan mencari selimut tebal dan menyalakan unggun semangat. Jika bertemu panas siang kami akan saling memayungi atau berhenti sejenak mencari tempat berteduh yang tenang, kami tidak akan membiarkan salah satunya kepanasan sementara yang lainnya berteduh atau salah satu larut dalam hingar binger sementara yang lain hanya duduk menonton.

Kami merasa lebih baik bersama walaupun sendiri kita mampu, kami merasa lebih berani menghadapi dunia karena satu orang penakut bersama satu orang penakut maka kami menjadi dua orang yang mulai berani. Jangan pernah meragukan jalan Tuhan, maka berserah adalah hal yang paling mutlak, karena jalan hidup seseorang sudah dituliskan di Lauhul Mahfudz.

Pada akhir cerita ini aku hanya ingin mengucapkan rasa syukurku dan berterimakasih kepada imam dunia akhiratku Abang bahwa aku akan mencintaimu dengan rasa syukurku dan ketaatanku kepada sang pemilik takdir yaitu Allah SWT, semoga kita akan dipertemukan di kehidupan setelah ini.

#GrowFearless with FIMELA