Selalu Ada Drama dalam Persiapan Pernikahan

Endah Wijayanti diperbarui 25 Jul 2019, 10:39 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Novi - Bekasi

“Orang tua saya nggak bisa kalau pernikahan kita dilaksanakan bulan Oktober ini,” ucapan calon suami kala itu. Kata-kata ini selalu teringat di benak saya ketika mau menikah. Keluarga dari suami tidak setuju jika pernikahan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014 yang lalu karena terlalu dekat dengan pertunangan kami yang dilakukan bulan Juli. Alasanya belum matang persiapannya. Tapi saya tetap berusaha meyakinkan supaya tetap dilaksanakan bulan Oktober, dan akhirnya berbuah manis, kami menikah di tanggal 19 Oktober 2014.

Banyak drama yang harus dilewati saat mempersiapkannya, mulai dari tanggal dan hari pernikahan. Dari pihak saya menyerahkan sepenuhnya ke pihak suami untuk masalah hari H karena dalam keluarga saya tidak mempermasalahkan hitung-hitungan hari. Setelah dapat hari H masalah belum selesai di situ, pihak suami meminta suapaya jam akad nikah dilakukan tepat pukul 4 sore, katanya sih itu waktu paling bagus untuk prosesi akad nikah kami, keluarga saya pun menyetujuinya.

Pesta pernikahan di kampung saya umumnya di gelar selama 3 hari 2 malam. Mungkin banyak yang kaget, tapi jangan berpikir selama itu kita dirias dan berdiri di depan tamu undangan. Dua hari untuk tamu undangan yang datang dari jauh dan hari terakhir biasanya untuk kerabat dekat, pelaksanaan pernikahan di hari terakhir. Untuk info saja, dua hari pertama kami di rumah masing-masing dan ketemu pas mau akad nikah di rumah saya, karena biasanya pesta diadakan oleh pihak wanita.

Tiba saatnya untuk persiapan seserahan, kalau mau menurut adat di kampung saya, seserahan itu berupa semua perlengkapan rumah tangga. Mulai dari tempat tidur, lemari, wajan, panci, dan tetek bengek lainya harus lengkap. Yang menjadi masalah adalah suami saya pada saat itu tidak memiliki banyak dana untuk membeli semua perlengkapan itu, akhirnya saya berinisiatif membantu membeli barang-barang seserahan. Karena waktu itu saya berpikir untuk keperluan pesta sudah ada dananya, walaupun dari bantuan saudara terutama kakak dan adik saya.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Kemudahan setelah Kesulitan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Setelah merasa seserahan sudah lengkap semua ternyata masih ada yang kelupaan satu barang yang belum dibeli dan parahnya baru ingat sehari sebelum akad nikah. Suami saya bingung karena dana untuk biaya pernikahan sudah habis, saya pun hanya ada sisa dana cuma sedikit dan tidak mngkin untuk bisa membeli barang seserahan tersebut. Kalang kabut suami saya, harus perpikir keras supaya dapat dana dari mana lagi dan tak disangka-sangka siang itu juga suami saya dapat rezeki yang tak terduga. Bos tempat suami saya bekerja transfer dana sebagai hadiah pernikahan dan luar biasanya jumlahnya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membeli barang seserahan tersebut. Dapat kabar seperti itu saya langsung sujud syukur, Allah memberi kemudahan di kala kita kesusahan.

Tiba hari H, akad nikah yang sudah dijadwalkan pukul 4 sore mendadak membuat semua orang yang sudah hadir khawatir terutama saya. Pasalnya pukul setengah 3 sore penata rias pengantin belum datang untuk merias saya, padahal biasanya merias pengantin butuh waktu lama bisa 2 sampai 3 jam. Sudah berkali-kali ditelepon tapi tidak diangkat juga oleh penata riasnya, jadi tambah deg-degan semua orang. Akhirnya tepat pukul 3 sore datang juga penata riasnya, langsung bak bik buk merias saya.

Alhasil ternyata hasil riasan yang hanya 1 jam itu tidak mengecewakan, lumayan bagus walaupun belum maksimal, katanya akan diperbaiki lagi nanti setelah akad nikah selesai. Karena setelah akad nikah barulah kami ke pelaminan untuk acara adat dan menerima ucapan selamat dari tamu undangan yang hadir.

Alhamdulillah, akhirnya semua acara bisa dibilang berjalan lancar, mulai dari akad nikah sampai acara adat. Walaupun masih ada beberapa kekurangan tapi kami merasa lega dan bahagia.

#GrowFearless with FIMELA