Pertunjukan besar pertama Teater Koma di tahun 2019 ini bertajuk Goro-Goro: Mahabarata 2, dan akan di pentaskan mulai 25 Juli sampai 4 Agusutus 2019 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
“Dalam lakon barunya, Teater Koma kembali mengangkat kisah kehidupan para Dewa dan wayang sebagai kelanjutan dari semesta Mahabarata.” Ujar Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Didukung para aktor kawakan seperti Slamet Rahardjo, Ratna Riantiarno, Netta Kusumah Dewi, Budi Ros, dan Idries Pulungan ini disutradarai Nano Riantiarno, selaku penulis naskah dari Goro-Goro: Mahabarata 2. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
“Jadi modernitas itu menjadi alat, erat kaitannya dengan milenial. Orang bisa lihat gimana orang jadi raja, tidak jadi Raja,” papar Nano Riantiarno, di sela latihan saat sesi wawancara pada Rabu (17/7/2019) di Kampus lll Universitas Tarumanagara, Jakarta. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Padi menjadi salah satu cerita penting karena merupakan hal yang direbutkan kerajaan dalam pementasan yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation dengan mengajak 200 generasi milenial di Jakarta untuk menonton pertujukan Teater Koma. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
Diceritakan, Dewi Lokawati berubah menjadi padi, maka tak tanggung-tanggung padi asli pun digunakan sebagai totalitas, didukung busana yang cakap untuk memvisualikan Dewi Lokawati menjadi Padi. (Bambang E.Ros/Fimela.com)
“Angkatan perang, angkatan bersenjata, kalau dia tidak makan padi atau gandum, lemah, itu intinya.” Pungkas Nano Riantiarno. (Bambang E.Ros/Fimela.com)